Jungkir Balik Hidup Sirivat, Dulu Miliarder Kini Jadi Penjual Roti di Jalan
Azkia Nurfajrina - detikJabar
Minggu, 12 Jan 2025 04:30 WIB
Thailand - Hidup seperti roda yang berputar, kadang kita di atas dan kadang kita di bawah. Hal itu dirasakan oleh Sirivat Voravetvuthikun, seorang miliader yang mendadak bangkrut dan jatuh miskin.
Kendati begitu, Sirivat yang memiliki mental pebisnis tak patah arang. Ia bangkit dan berjuang, walau ia memulai lagi dengan hanya menjadi penjual roti lapis di pinggir jalan.
Pialang Saham yang Sukses
Dilansir situs Bangkok Post, awalnya Sirivat Voravetvuthikun adalah pialang saham yang sukses. Keahliannya dalam memilih saham yang tepat sampai-sampai membuatnya dijuluki "The Phantom".
Selesai dari Universitas Texas di Austin pada 1974, Sirivat menjabat sebagai CEO di perusahaan investasi Asia Securities pada usia 28 tahun. Setelah 20 tahunan terjun di dunia saham, ia meraup banyak keuntungan hingga menjadikannya salah satu miliarder Thailand pada awal 1990-an.
Bangkrut dan Terjerat Utang
Namun nasib berkata lain. Tak berselang lama, bisnis investasi Sirivat hancur saat jatuhnya pasar saham Thailand pada 1994. Krisis keuangan yang menyebar ke sebagian besar negara Asia pada 1997 menjadi pukulan terakhir bagi bisnisnya, terutama proyek kondominium mewahnya di Taman Nasional Khao Yai.
Keterpurukannya tidak berhenti di situ. Sirivat juga terlilit utang mencapai 30,4 juta USD atau setara Rp 492 miliar (kurs Rp 16.196). Ia pun dinyatakan bangkrut pada 2003 dan itu menjadi masa paling sulit bagi dirinya dan keluarga.
"Jadi hidup saya berubah total dari gaya hidup mewah menjadi gaya hidup orang biasa," ujar Sirivat dalam pemberitaan VOA.
Dengan menumpuknya utang yang ditinggalkan, jelas para kreditur silih berganti mendatangi Sirivat Voravetvuthikun. Demi bertahan hidup dan membayar utangnya, ia mengesampingkan harga dirinya dan mulai menjajaki sandwich di jalanan Bangkok dengan kotak busa kuning yang tergantung di lehernya.
Omzet di Hari Pertama dan Usahanya Kini
Pada hari pertama berjualan, ia hanya memperoleh 14 USD atau setara Rp 226 ribu. Rerata penghasilan hariannya juga tak seberapa. Namun itu tak membuatnya patah semangat, Sirivat bersama istri terus berjuang untuk melanjutkan hidup.
Ia pun keluar dari kebangkrutan tiga tahun kemudian dengan perlahan-lahan meningkatkan skala bisnisnya, Sirivat Sandwich, diikuti membuka kedai kopi dan usaha katering.
Kisah perjuangan Sirivat menyebar, ia dikenal sebagai 'Tuan Sandwich' dan bisnis roti lapisnya menjadi terkenal, sebagai simbol harapan dan penolakan menyerah pada takdir. Berbekal pengetahuan dan pengalamannya, ia mengaku masih melakukan investasi saham di samping bisnis F&B-nya meski tidak dengan modal sebanyak dahulu.
$BBRI $ROTI $SRIL