imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Sharing ilmu jalanan 102: Tips and Trick Analisis Struktur Bentuk Kepemilikan & Float (Kekeringan suatu barang)

Selamat pagi untuk teman – teman stockbit. Sehat selalu, cuan selalu walau 2025 nampaknya abu – abu cenderung gelap.
Kali ini, saya mencoba sharing ilmu jalanan terkait dengan struktur kepemilikan & karakter float emiten. Sebenarnya, saya cukup bingung untuk istilah yang cukup ramah & merepresentatifkan kondisi ini sebetulnya.
Dalam keseharian kita di market, kita tidak asing dengan perkataan sebagai berikut, “Aduh barangnya berat, eh barangnya kering banget, ah barangnya banjir, ah masyarakatnya banyak, dsb”.
Mungkin bisa dibilang analisis ini dikelompokkan sebagai analisis bandarmologi kepemilikan ini oleh sebagian besar pelopor / influencer / praktisi pasar modal.
Namun, kali ini saya mencoba untuk jelaskan dan eksplorasi lebih jauh sekaligus memanfaatkan tools yang ada di stockbit terkait dengan kepemilikan.

Dalam Analisa kepemilkan seperti ini, ada basic yang harus kita pahami.
A. Saham warkat dan non – warkat, atau umumnya dikenal dengan istilah script dan scriptless.
Saham yang kita perdagangkan di OLT kita termasuk dalam kategori scriptless. Jika saham berbentuk script / warkat, perlu dilakukan konversi terlebih dahulu kedalam non warkat / scriptless agar bisa diperdagangkan di OLT dan mengisi bid offer. Konversi saham script ke scriptless nantinya akan mempengaruhi “REAL float shares” yang beredar di market.

B. Mengekstrak dan menganalisis data kepemilikan di KSEI.
Apa asal muasal dari Analisa “Foreign Flow”? Mengapa net flow foreign buy / sell di saham banking / old classic fundamental stocks (ASII, TLKM) cukup berpengaruh terhadap price movement saham tersebut?
Pertanyaan tersebut merupakan bridging awal untuk lebih memahami dan mengerti hal ini. “Barangnya di asing semua”. Kenapa barangnya bisa di pihak asing, bukannya negara majority di himbara banks? Jawabannya adalah jika kita menelisik real float outstanding shares dari data KSEI, kita bahkan mengetahui bahwa mostly outstanding shares saham – saham tersebut cukup banyak dipegang pihak foreign.
Oleh karena itu, foreign inflow / outflow bisa berkorelasi dengan pergerakan saham – saham classic bluechip (Big Banks, ASII, TLKM).

Saya akan berikan ilustrasi kedua:
Umumnya, salah satu kategori redflag dalam struktur kepemilikan company di Indonesia (CATAT Garis bawahi Indonesia) adalah jika kepemilikan masyarakat berada di atas >60% (Subjektif). Dengan kepemilikan masyarakat diatas 60%, hal tersebut berbahaya dong, aduh distribusi, barangnya tercecer dan sudah terdistribusi sempurna.
Kita bisa lihat, SSIA 73% nya dimiliki oleh masyarakat, sering dianggap hal negative. Namun, jika kita breakdown, real float di individual ritel per desember 2024 ada di 25.6% (Local). Artinya, sisa kepemilikan nya tersebar di berbagai individu.
Mengapa masyarakat di MEGA 42% under 5%, namun barangnya sangat kering sekali dan kurang likuid? Jika kita mengecek struktur KSEI, hal yang menarik barang ini super kering, dimana investor ritel individu local hanya memegang 0.2% di saham ini. Hal tersebut juga akhirnya menjawab dan menjustifikasi dongeng jalanan soal proxy jika kita menganalisis kepemilikan lebih lanjut dengan annual report.
Case yang ketiga adalah scriptless convertion. Untuk baru – baru ini, terjadi di PACK dan LOPI, dimana kita bisa melihat pasca dilakukan scriptless convertion, hal tersebut diikuti dengan PACK dibackdoor afiliasi CNGR dan LOPI yang akan melakukan RI + Potensi Backdoor. Dari beberapa case yang ada saham harus dibuat ke dalam scriptless terlebih dahulu untuk bisa ditransaksikan di pasar negosiasi. Jika belum warkat, harus diubah kedalam non warkat terlebih dahulu.

Bicara soal Kekeringan.
Jika kita melihat suatu lembaran saham sebagai komoditas / barang dagangan di pasar, pastinya Analisa kepemilkan seperti ini mendasari kembali apa yang kita pelajari dalam ilmu ekonomi dasar waktu sekolah dulu. “Supply and Demand”.
Barang berceceran / terdistribusi juga cukup menyulitkan pihak big player yang berkepentingan untuk dikumpulkan kembali. Barang terlalu kering juga menjadi problem untuk likudiitas.
Semakin minim supply di market, semakin mudah terkadang untuk ditarik.
Barang kering memang ciri – cirinya adalah kepemilikan individu ritel minim, masih terkonsentrasi di big player serta juga ditandai dengan minimnya likuiditas di market. Semakin barang kering, hal tersebut juga menjadi checklist bahwa saham tersebut cukup mudah untuk diangkat.

Mengapa BREN walaupun big caps, tapi sangat volatile dan atraktif? Jawabannya menurut saya selain Bapak Barito yang memegang, jawabannya adalah real float shares saham ini sangat kering jika kita melihat dari kepemilkan individu yang tidak sampai 0.5%.
Jika sudah sempat, saya akan sertakan dengan mencoba menghitung “real float”.

Nah. Salah satu fitur @stockbit yang sangat bermanfaat untuk membantu Analisa kepemilkan adalah Komposisi Pemegang Saham, yang bisa diakses melalui Profil.
Kita bisa melihat susunan kepemilikan local dan foreign sekaligus transisi dalam beberapa kurun periode terakhir di chart komposisi tersebut, tidak usah olah data KSEI lagi.
Adapun tools yang cukup membantu dari @stockbit adalah akun @insidernews, dimana cukup membantu mengabarkan informasi mengenai adanya konversi script ke scriptless (Persenan saham sama persis). Jika saham dikonversi, hal tersebut diyakini sebagai sign dari corp act.

Well, itu dulu untuk Analisa kepemilikan singkat, semoga bermanfaat untuk pembaca semua. Next akan coba tulis story or dari sisi fundamental. If u have any idea untuk dibahas, please comment below.
Nulisnya sambil ngisi waktu sebelum tidur agak ngantuk biar produktif.

Have a nice day, stay wealthy, stay healthy. CUAN selalu.

Regards,

Ed GordonGeckoleon

Random Tag: $IHSG $CUAN

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy