Pabrik Baru $COCO
PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) adalah perusahaan berbasis di Indonesia yang bergerak di sektor makanan dan minuman, dengan fokus utama pada produk berbasis cokelat. Perusahaan ini memiliki perjalanan panjang yang penuh tantangan namun tetap optimistis terhadap peluang pasar cokelat.
COCO adalah bagian dari Win&Co Group, yang dikenal sebagai salah satu pemain di industri cokelat Indonesia. Perusahaan ini dipimpin oleh Reinald Siswanto sebagai Direktur Utama, didukung oleh Irma Suntita sebagai Direktur Independen. Di jajaran komisaris, terdapat Gde Iswantara sebagai Komisaris Utama, dengan Tonny Sutanto sebagai Komisaris Independen. Manajemen perusahaan memiliki visi untuk memperluas pangsa pasar cokelat di Indonesia sekaligus menjangkau pasar global.
Gde Iswantara memiliki pengalaman profesional yang luas di berbagai perusahaan besar. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Group Procurement Head di Sinarmas Mining, di mana ia bertanggung jawab atas pengelolaan pengadaan skala besar di sektor energi dan pertambangan. Selain itu, ia pernah bekerja di Eber Petrochemical Group sebagai CEO, memimpin operasional perusahaan di bidang petrokimia. Sebelum itu, ia juga memiliki pengalaman di Chevron Indonesia sebagai SCM Manager, menangani rantai pasok dan pengelolaan logistik. Latar belakangnya mencerminkan keahlian mendalam di bidang supply chain management dan efisiensi operasional dalam berbagai industri strategis.
Pada 30 September 2024, total aset COCO tercatat sebesar Rp437,03 miliar, turun dari Rp528,96 miliar pada akhir 2023. Aset lancar berjumlah Rp221,59 miliar, yang mayoritas terdiri dari persediaan senilai Rp99,41 miliar dan piutang usaha pihak ketiga sebesar Rp82,71 miliar. Kas dan setara kas hanya sebesar Rp3,77 miliar, menandakan tantangan likuiditas yang cukup serius. Aset tidak lancar, sebesar Rp215,44 miliar, sebagian besar berupa aset tetap neto senilai Rp182,86 miliar. Aset ini termasuk pabrik baru di Sumedang, Jawa Barat, yang mulai beroperasi pada akhir 2024. Pabrik ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 20.000 ton per tahun. Lebih luas dari pabrik bakso Pak Toto https://bit.ly/406gYAY
Liabilitas total COCO mencapai Rp326,86 miliar, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp153,51 miliar dan liabilitas jangka panjang Rp173,34 miliar. Utang bank menjadi komponen signifikan, dengan pinjaman jangka pendek sebesar Rp67,29 miliar dan utang jangka panjang kepada Bank BCA senilai Rp17,77 miliar. Selain itu, perusahaan memiliki medium-term notes (MTN) senilai Rp200 miliar, dengan Rp50 miliar jatuh tempo dalam waktu dekat dan Rp150 miliar untuk jangka panjang. Beban bunga dari utang-utang ini menjadi tantangan besar dalam menjaga profitabilitas perusahaan.
Ekuitas perusahaan mengalami penurunan signifikan menjadi Rp110,17 miliar dari Rp150,60 miliar pada akhir 2023. Penurunan ini disebabkan oleh rugi bersih selama periode berjalan, yang membuat saldo laba belum ditentukan penggunaannya menjadi negatif Rp59,55 miliar. Meskipun memiliki modal saham sebesar Rp88,99 miliar dan tambahan modal disetor Rp105,04 miliar, akumulasi kerugian mencerminkan tekanan keuangan yang signifikan.
Pendapatan COCO selama sembilan bulan pertama 2024 menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total pendapatan neto mencapai Rp120,14 miliar, turun 13,16% dari Rp138,37 miliar pada 2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh hilangnya kontribusi dari pelanggan besar seperti Mitra Dunia Pangan (MDP), yang sebelumnya menyumbang Rp69,29 miliar. Biaya pokok penjualan (COGS) dan beban penjualan serta administrasi (SGA) yang tinggi turut memberikan tekanan pada laba bersih perusahaan. Upgrade skill https://bit.ly/3YGX6Dc
Salah satu langkah strategis COCO adalah pembangunan pabrik baru di Sumedang, yang berdiri di atas lahan seluas 9.000 meter persegi. Pabrik ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat, dengan target memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor. Pembukaan pabrik ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap revenue perusahaan di masa depan.
Meskipun COCO memiliki aset tetap yang kuat dan potensi pasar yang besar, tantangan utama terletak pada struktur utang yang berat, tekanan likuiditas, dan penurunan pendapatan. Perusahaan perlu fokus pada diversifikasi basis pelanggan, meningkatkan efisiensi operasional, dan merestrukturisasi utang untuk memperbaiki kinerja keuangan. Strategi ini, ditambah dengan optimalisasi kapasitas pabrik baru, dapat menjadi langkah awal untuk mengembalikan momentum pertumbuhan.
Dengan manajemen yang solid, aset yang terus berkembang, dan fokus pada inovasi produk, COCO memiliki peluang besar untuk mengatasi tantangan yang ada dan menjadi pemain utama di industri cokelat Indonesia.
Pabrik baru COCO yang berlokasi di Sumedang memiliki kapasitas produksi sebesar 20.000 ton per tahun dan menjadi bagian penting dari strategi ekspansi perusahaan. Dengan kapasitas ini, COCO dapat meningkatkan skala produksinya secara signifikan, terutama untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor. Saat ini, harga cokelat di pasar internasional berkisar di angka USD 3.500 per ton atau sekitar Rp53 juta per ton (dengan asumsi kurs Rp15.000 per USD). Jika kapasitas produksi penuh tercapai, pabrik ini berpotensi menghasilkan revenue sekitar Rp1,06 triliun per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan COCO pada September 2024 sebesar Rp120,14 miliar. Upgrade skill https://bit.ly/3YGX6Dc
Investasi untuk pabrik baru ini tidak disebutkan secara spesifik, namun didukung oleh langkah strategis perusahaan seperti penerbitan Medium Term Notes (MTN) dan rights issue di tahun-tahun sebelumnya. Pabrik ini juga dirancang dengan teknologi modern yang memungkinkan efisiensi operasional lebih tinggi, sehingga margin keuntungan dapat ditingkatkan. Dengan berbagai produk mulai dari cokelat batangan hingga bahan baku untuk makanan dan minuman, COCO juga berencana memperkuat pangsa pasarnya, baik di sektor ritel maupun industri.
Namun, tantangan tidak dapat diabaikan. Fluktuasi harga kakao, yang merupakan bahan baku utama, serta persaingan di industri cokelat, terutama dari produsen global, menjadi perhatian. Meski begitu, dengan pabrik baru ini, COCO memiliki potensi untuk meningkatkan posisinya di pasar cokelat nasional dan internasional. Dukungan dari manajemen yang dipimpin oleh Direktur Utama Reinald Siswanto dan Komisaris Utama Gde Iswantara menjadi faktor lain yang memperkuat optimisme perusahaan untuk masa depan.
Produksi cokelat COCO menghadapi tantangan serius jika bahan baku utama, yaitu kakao, menjadi langka dan mahal. Kakao adalah komponen esensial dalam proses produksi, dan fluktuasi harga atau kelangkaan dapat berdampak besar pada operasional perusahaan. Saat ini, pabrik baru COCO memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 ton per tahun. Jika kakao sulit didapat atau harganya melonjak di atas USD 3.500 per ton, target revenue pabrik yang diperkirakan mencapai Rp1,06 triliun per tahun bisa terancam. https://bit.ly/406gYAY
Langkanya bahan baku dapat menyebabkan pabrik tidak beroperasi pada kapasitas penuh, sehingga efisiensi menurun. Selain itu, kenaikan harga kakao otomatis meningkatkan biaya produksi. Tantangan terbesar adalah apakah COCO bisa menaikkan harga jual produknya untuk menutupi biaya tambahan tersebut tanpa kehilangan konsumen. Jika tidak, margin keuntungan pasti tertekan.
Namun, COCO memiliki beberapa opsi strategi untuk mengatasi tantangan ini. Salah satunya adalah diversifikasi sumber bahan baku. Saat ini, pasokan kakao global banyak berasal dari Afrika Barat seperti Pantai Gading dan Ghana. COCO dapat memperluas jaringan pemasoknya ke negara-negara tersebut atau mencari alternatif lokal. Selain itu, perusahaan bisa membeli stok kakao saat harga sedang rendah untuk mengamankan pasokan di masa depan.
Langkah lainnya adalah bermitra dengan petani kakao lokal di Indonesia untuk memastikan pasokan lebih stabil dan harga lebih terjangkau. Kemitraan ini juga bisa memberikan dampak positif bagi petani lokal, menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Di sisi lain, COCO dapat berinovasi dengan produk baru yang menggunakan kandungan kakao lebih rendah atau bahan substitusi yang tetap menjaga kualitas.
Meski tantangannya berat, COCO memiliki peluang untuk tetap bertahan. Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan strategi operasionalnya, memastikan pasokan bahan baku yang berkelanjutan, dan menjaga hubungan baik dengan konsumen melalui produk berkualitas dengan harga kompetitif. Dengan pendekatan yang tepat, pabrik baru COCO masih bisa menjadi mesin penggerak utama pertumbuhan perusahaan di tengah tantangan industri kakao yang dinamis.
Harga kakao yang mencapai sekitar $11.100 per ton di pasar internasional saat ini menempatkan tantangan besar bagi PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO). Sebagai produsen cokelat yang sangat bergantung pada kakao sebagai bahan baku utama, kenaikan harga ini memiliki dampak signifikan terhadap biaya produksi. Dibandingkan dengan awal tahun, harga kakao telah meningkat hampir tiga kali lipat sepanjang 2024 akibat cuaca buruk di negara penghasil utama seperti Pantai Gading dan Ghana, yang menyumbang lebih dari 60% produksi global. Selain itu, laporan juga menyebutkan adanya gangguan kualitas akibat angin Harmattan, membuat pasokan semakin langka dan mahal.
Dari sisi operasional, COCO harus menghadapi lonjakan biaya bahan baku yang langsung memengaruhi struktur biaya. Jika sebelumnya COCO mampu menjaga margin laba kotor dengan mengandalkan harga kakao di kisaran $3.500-$4.000 per ton, harga saat ini jauh melampaui angka tersebut. Hal ini mengancam margin keuntungan perusahaan, yang sebelumnya tercatat mengalami penurunan hingga 13,16% pada pendapatan bersih di laporan keuangan September 2024.
Potensi dampak juga dirasakan pada harga jual produk COCO. Untuk mempertahankan margin, perusahaan mungkin terpaksa menaikkan harga produk seperti bubuk cokelat, cokelat batangan, dan minuman cokelat. Namun, dengan daya beli konsumen yang cenderung sensitif, kenaikan harga ini dapat menekan volume penjualan, terutama di pasar domestik yang menyumbang 93,2% dari total pendapatan COCO sebesar Rp120,14 miliar hingga September 2024.
Pabrik baru COCO yang memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 ton per tahun juga menghadapi ancaman dari kenaikan harga bahan baku. Meskipun nilai investasi pabrik mencapai sekitar Rp150 miliar dan diharapkan dapat menambah potensi pendapatan hingga Rp2,5 triliun per tahun dengan harga jual rata-rata Rp125.000 per kilogram, realisasi angka ini bergantung pada kemampuan perusahaan mengelola biaya bahan baku. Jika kakao tetap mahal, maka margin laba dari pabrik baru ini mungkin lebih rendah dari ekspektasi awal.
Meskipun COCO memiliki potensi ekspansi dari pabrik baru, tantangan terbesar terletak pada bagaimana perusahaan dapat mengelola dampak kenaikan harga bahan baku. Langkah strategis seperti mengamankan kontrak jangka panjang dengan petani atau supplier, diversifikasi produk, dan efisiensi operasional menjadi sangat penting untuk memastikan perusahaan tetap kompetitif di pasar yang semakin tertekan oleh fluktuasi harga global. https://bit.ly/406gYAY
馃敟Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan: PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO).
2. Bagian dari: Win&Co Group.
3. Fokus bisnis: Produk berbasis cokelat, termasuk bubuk cokelat, cokelat batangan, dan minuman cokelat.
4. Lokasi pabrik baru: Sumedang, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi 20.000 ton per tahun.
馃敟Manajemen
1. Direktur Utama: Reinald Siswanto.
2. Direktur Independen: Irma Suntita.
3. Komisaris Utama: Gde Iswantara.
4. Komisaris Independen: Tonny Sutanto.
馃敟Kinerja Keuangan per 30 September 2024
1. Total aset: Rp437,03 miliar (turun dari Rp528,96 miliar pada 2023).
Aset lancar: Rp221,59 miliar.
Aset tidak lancar: Rp215,44 miliar.
2. Total liabilitas: Rp326,86 miliar (turun dari Rp378,36 miliar pada 2023).
Liabilitas jangka pendek: Rp153,51 miliar.
Liabilitas jangka panjang: Rp173,34 miliar.
3. Total ekuitas: Rp110,17 miliar (turun dari Rp150,60 miliar pada 2023).
馃敟Aset
Aset lancar
Kas dan setara kas: Rp3,77 miliar.
Piutang usaha pihak ketiga: Rp82,71 miliar.
Persediaan: Rp99,41 miliar.
Uang muka dan beban dibayar di muka: Rp34,30 miliar.
馃敟Aset tidak lancar
Aset tetap neto: Rp182,86 miliar.
Uang muka perolehan aset tetap: Rp29,54 miliar.
Aset pajak tangguhan: Rp1,54 miliar.
Aset takberwujud: Rp76,35 juta.
馃敟Liabilitas
1. Liabilitas jangka pendek
Utang bank jangka pendek: Rp67,29 miliar.
Medium-term notes (MTN) yang jatuh tempo: Rp50,00 miliar.
Utang usaha pihak ketiga: Rp25,92 miliar.
Beban akrual: Rp4,63 miliar.
2. Liabilitas jangka panjang:
Utang bank: Rp17,77 miliar.
Medium-term notes (MTN): Rp150,00 miliar.
Liabilitas imbalan kerja: Rp5,50 miliar.
馃敟Ekuitas
1. Modal saham: Rp88,99 miliar.
2. Tambahan modal disetor: Rp105,04 miliar.
3. Saldo rugi belum ditentukan penggunaannya: Rp59,55 miliar negatif.
4. Total ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik: Rp110,17 miliar.
馃敟Pendapatan dan Beban Operasional
1. Total pendapatan: Rp120,14 miliar (turun 13,16% dari Rp138,37 miliar pada 2023).
Pendapatan domestik: Rp112,00 miliar.
Pendapatan ekspor: Rp8,14 miliar.
2. Biaya pokok penjualan (COGS): Rp102,00 miliar.
3. Beban penjualan dan administrasi (SGA): Rp18,52 miliar.
馃敟Pinjaman dan Utang
Pinjaman bank dari BCA:
Jangka pendek: Rp67,29 miliar.
Jangka panjang: Rp17,77 miliar.
Medium-term notes (MTN): Total Rp200 miliar (Rp50 miliar jangka pendek, Rp150 miliar jangka panjang).
馃敟Pabrik Baru
Lokasi di Sumedang, Jawa Barat.
Kapasitas 20.000 ton per tahun.
Mendukung ekspansi pasar domestik dan global.
鈿狅笍Tantangan
Tekanan likuiditas dengan kas hanya Rp3,77 miliar.
Beban bunga dari utang cukup tinggi.
Penurunan pendapatan karena hilangnya pelanggan besar seperti MDP.
馃敟Peluang
Diversifikasi pasar dengan pabrik baru.
Ekspansi global melalui produk premium.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138 (caranya cek gambar terakhir) Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Jangan lupa kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://bit.ly/44osZSV
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$INKP $FREN
1/4