Sharing Ilmu Jalanan 101:
Laggard dan Leading Trading, Memanfaatkan Peluang dan Momentum di Laggard Trading
Mengawali 2025 ini saya mencoba ingin sharing di stockbit juga, sekaligus mencoba give back to this community. Ulasan atau ide strategi yang saya bagikan kali ini adalah mengenai strategi sederhana Momentum di Laggard Trading.
Berbicara mengenai Laggard, tidak bisa terlepas dari kata Leading di dunia persahaman ini. Laggard dan Leading merupakan dua buah kata yang cukup lazim digunakan di dunia investasi ataupun trading saham.
Kita semua pasti tidak asing dengan dua kata tersebut. Secara arti kata sederhana, Leading mengacu dan merujuk pada top performer, pemimpin, dan si unggul. Namun Laggard adalah kebalikannya, antonym dari leading. Laggard berarti lamban, lemot, di belakang jika dicompare dengan benchmark / kompetitornya.
Semua orang ingin menjadi yang tercepat. Namun, jika berbicara soal trading dan pasar, terkadang saham yang sudah mengalami kenaikan signifikan perlu juga berkonsolidasi dan pullback koreksi sehat. Ketika saham leading mulai beristirahat, saham laggard pun bisa menunjukkan tajinya dan mengalami kenaikan.
Apakah lamban dan laggard, belum diapresiasi pasar berarti buruk?
Setiap sesuatu ada momentum yang dapat kita manfaatkan. Jika kita mengingat sebuah cerita dongeng fabel anak-anak, kita mengingat cerita si kelinci dan kura – kura. Kura – kura memiliki peluang untuk melawan sang kelinci.
Saya berikan cerita lain.
Anda penggemar F1? Di GP Brazil 2024, Max Verstappen berhasil mendapatkan podium setelah start dari posisi yang sangat cukup belakang, tepatnya P17. Dari belakang, bukan berarti selalu terburuk bukan.
Bagaimana memanfaatkan momentum untuk mencari trading laggard di IHSG?
Jika mengacu pada ilmu jalanan dan pengalaman sekaligus pengamatan saya, ada karakter laggard leading yang umum dapat diterapkan di IHSG. Saya menamai karakter peluang kondisi laggard – leading tersebut dengan sebutan “Barang pasangan”.
Barang pasangan merupakan Kumpulan / kelompok saham yang memiliki suatu kesamaan dan ciri khas identik yang tercermin dari kepemilikan konglomerasi / UBO (Ultimate Beneficial Owner) yang sama, ataupun dari karakter sectoral bisnis yang sama. Lebih jelasnya, izinkan saya jelaskan secara simple kedua contoh karakteristik barang pasangan tersebut.
Strategi yang digunakan umumnya adalah beli laggardnya, alias yang belum naik. Diharapkan katalis dari Leading akan mencoba mempengaruhi kondisi saham yang berada di mode laggard.
a. Konglomerasi / ownership: Identik UBO yang sama.
Umumnya saham – saham di pasar IHSG memiliki tendensi untuk manggung secara bergantian, bahkan bisa terjadi di saham konglomerasi.
Terkadang, pola laggard dan leading bisa kita temukan di dalam suatu saham yang memiliki ultimate beneficial owner yang sama.
Sebagai contoh, izinkan saya memberikan contoh kondisi:
Group B7 Bakrie: Saat ini BRMS naik dan merupakan leader dari konglomerasi Bakrie. Namun, perlu dicatat ada peluang BUMI & ENRG mengalami kenaikan, walaupun tidak sesignifikan BRMS. Ada peluang posisi disana.
Group Barito Prajogo Pangestu: PTRO dan CUAN memiliki hubungan parenting. PTRO sudah naik terlalu. Ketika PTRO sudah mulai berkonsolidasi selama satu bulan terakhir, CUAN yang laggard sebagai shareholder BO dari PTRO pun bisa menyusul CUAN dan outperforming PTRO dalam satu bulan terakhir.
Group Emtek Eddy Saariatmadja: Saya ingin mengambil case likuidnya EMTK pasca Covid di era 2021, dimana ini salah satu contoh case yang sangat menarik. Ketika BUKA belum IPO, EMTK mengalami kenaikan signifikan, begitupula disusul SCMA dengan narasi Vidio IPO, SAME yang dibeli Group EMTK juga rally dsb. Adapun jika merujuk kondisi saat ini: Kita bisa mengingat dan mereview kejadian beberapa bulan yang lalu terkait sentiment e-commerce Temu di BUKA, EMTK dan SCMA pun juga muncul narasi-narasi IPO Vidio dsb. Yang laggard bisa mendapatkan katalis pendukung dari manggungnya si leading.
Group Panin Mu’min Ali G: M&A Play. Jika PNBN & PNLF manggung, ada peluang laggard play di PNIN sebagai holding utama dari Panin Group.
Grup Artha Graha x Agung Sedayu: Kenaikan fantastis PANI juga dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mencoba menaikkan saham partner UBO ASG, Aguan yaitu Artha Graha Group.
Jika kita mencari pemilik lain dari saham INPC, JIHD, nama Agung Sedayu Group dan Aguan juga muncul sebagai shareholder lain.
Kenaikan INPC juga mentrigger unlock value dari JIHD yang bisa dikategorikan sebagai value stock, begitupula dengan ECII.
Dan masih banyak konglomerasi lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Sebagai catatan ilmu jalanan konglomerasi:
Umumnya, manggungnya saham konglomerasi pasti dibumbui dengan cerita – cerita yang atraktif dan menarik Ketika manggung. Entah dari prospek, valuasi dan narasi – narasi noise pasti akan menghantui jalannya dan kenaikan saham – saham tersebut.
Untuk saham yang belum naik, katalis tersebut dapat dimanfaatkan untuk memainkan laggard play di IHSG.
b. Kesamaan sektor / sektor yang berada pada tipe bisnis yang sama.
Dari sectoral, kita juga bisa memahami bahwa kondisi ini lebih sering cenderung terjadi.
Jika bank digital manggung, ARTO BBYB BBHI dsb memiliki peluang naik.
Begitupula dengan BUMN Karya. Beberapa bulan yang lalu, sentiment WIKA dapat PMN (Leading), 2 BUMN lain yaitu ADHI dan PTPP juga mengalami kenaikan.
Oleh karena itu, barang pasangan tidak hanya terjadi di konglomerasi yang identic, namun bisa terjadi di kondisi saham secara sectoral.
Saya berikan contoh lain:
Carbon Trading play 2023 EBT: PGEO BRPT, ARKO dan KEEN.
Saham – saham tersebut mengalami siklus laggard dan leading.
Dan banyak lagi contoh sektor yang sama memiliki peluang untuk bergerak dalam siklus laggard dan leading. Bahkan sektor microcap saat ini pun kita dapat menemukan saham yang berada dalam satu sektor barang pasangan. Sebagai contoh laptop AXIO dan ZYRX, duo TIC stock Uncle MUTU dan CRSN, dan masih banyak lagi.
Pengalaman saya menunjukkan bahwa dalam trading & berinvestasi, kita tidak bisa menang pada semua permainan leading / super performance. Terkadang, ada saatnya untuk bertahan dan mengakumulasi saham yang belum naik dan tentunya masih memiliki potensi upside, baik yang diukur secara teknikal ataupun secara prospek dan proyeksi valuasi.
Namun apakah trading laggard berisiko?
Jika saham laggard tidak mengalami kenaikan, memang ada banyak factor yang mendukung. Sentimen kurang kuat, kurang kuat money flow u/ break resistance.
Bahkan, terkadang alasan valuasi juga sering digunakan sebagai latah untuk menjustifikasi mengapa saham laggard terkadang tidak bisa perform. Yang mahal makin mahal, yang murah emang murah aja. Dan lain sebagainya.
Semoga, ide Teknik simple ini bisa dimanfaatkan untuk mendulang profit yang bermakna bagi kita semua. May the cuan be with us.
Regards,
Ed Gordon Geckoleon.
Kiranya $IHSG $JAYA dan $NAIK selalu