ADRO TANPA AADI JADINYA HOPELESS?
Kalau ditanya saham apa yang cukup “hype” di tahun ini selain emiten properti yang backdoor listing itu, mungkin jawabannya adalah duo emiten milik Grup Thohir, yaitu ADRO dan AADI dimana AADI yang sebelumnya merupakan anak usaha dari ADRO dijual atau spinoff sehingga yang pada awalnya keduanya merupakan perusahaan dalam satu grup yang sama kini menjadi terpisah dan berdiri sendiri.
Sebelum spinoff, Grup Adaro memiliki 3 lini bisnis utama di segmen usaha energi (Gambar 1), yakni :
=> Adaro Energy (ADRO) : Kegiatan utama segmen Adaro Energy adalah pertambangan batubara thermal. Buat yang belum tahu, batubara thermal adalah batubara dengan kalori rendah yang memiliki harga jual yang lebih murah yang biasanya digunakan dalam industri pembangkit listrik.
=> Adaro Minerals (ADMR) : Masih seputar batubara namun batubara yang dimaksud adalah batubara metalurgi (kadar kalori yang lebih tinggi sehingga memiliki harga jual yang lebih tinggi) serta memproduksi produk turunan dari mineral yang digunakan dalam baterai pada kendaraan listrik.
=> Adaro Green : Kegiatan usaha terfokus pada sumber energi terbarukan, seperti air, angin, dan sinar matahari.
Dari ketiga lini bisnis tersebut, Adaro Energy merupakan pilar bisnis utama dengan kontribusi terbesar ketimbang segmen lainnya. Sebelum di-spin off, berdasarkan laporan keuangan per Juni 2024, AADI memiliki andil sebesar 89.4% terhadap pendapatan ADRO dan kontribusi laba bersihnya mencapai 75% laba bersih ADRO (setelah mengeluarkan faktor one time income), yang artinya AADI ini bisa diibaratkan sebagai itik yang bertelur emas bagi ADRO.
Lantas, mengapa ADRO menjual itik yang bertelur emas ini? Sebelum bisa menjawab pertanyaan tersebut, mari coba kita sama-sama pahami apa yang sedang terjadi di dunia belakangan ini :
1. Kalau kita bandingkan suhu sepanjang musim kemarau di Indonesia saat ini dengan 10 tahun lalu, tentu kita akan merasakan bahwa suhu saat ini jauh lebih terasa panasnya dari 1 dekade yang lalu. Itulah pemanasan global, fenomena yang sedang terjadi dengan maraknya tren industrialisasi yang menggunakan energi fosil yang tentunya tidak ramah lingkungan.
2. Apa akibat dari pemanasan global? Salah satunya adalah suhu yang lebih panas, kenaikan permukaan laut seiring semakin cepatnya kutub mengalami pencairan, serta perubahan iklim yang mengakibatkan produksi beberapa komoditas pertanian seperti beras yang mengalami penurunan di beberapa wilayah (seperti yang bisa dilihat pada Gambar 2).
3. Jika apa yang terjadi saat ini dibiarkan untuk terus terjadi, maka bumi cepat atau lambat tidak akan menjadi tempat yang layak huni lagi bagi generasi muda ke depan. Oleh karena itu, beberapa negara di dunia mulai menyadari pentingnya penerapan sumber energi terbarukan dan mulai secara perlahan beralih ke energi terbarukan, termasuk Indonesia. Indonesia turut berkomitmen dalam mencapai net zero emission (tidak mengggunakan energi fosil sama sekali) paling lambat pada tahun 2060.
Namun, transisi ke energi terbarukan ini juga tidak bisa jadi dalam semalam, tidak seperti cerita yang satu itu, melainkan membutuhkan waktu yang panjang mengingat harga energi yang dihasilkan energi terbarukan masih lebih mahal daripada energi fosil. Alhasil, karena tantangan yang relatif besar, belum begitu banyak pemain di industri energi terbarukan ini.
So, untuk menjawab pertanyaan sebelumnya terkait alasan penjualan AADI, maka alasannya adalah ADRO mendukung komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission. Selain itu, belum ada pemain yang benar-benar menguasai industri ini menjadi peluang yang cukup baik bagi ADRO yang sebelumnya juga sudah memiliki Adaro Green.
Meskipun ADRO bisa dibilang memiliki rencana jangka panjang yang menarik, tidak bisa dipungkiri bahwa ADRO tetap saja kehilangan mesin pencetak uangnya. Per tulisan ini dibuat, kepemilikan ADRO di AADI hanya tersisa sekitar 15.37%. Dengan sisa kepemilikan tersebut, AADI yang semula memiliki kontribusi sekitar 75% terhadap laba bersih ADRO menyusut jauh menjadi hanya sebesar 11.5%. Berdasarkan perhitungan kasar (Gambar 3), jika harga batubara masih stabil di level yang sama seperti sekarang di masa depan, maka ADRO akan kehilangan sekitar 50-60% laba bersih tahun 2023 meskipun penurunan signifikan ini tidak akan tercatat seluruhnya pada laporan keuangan tahun 2024 karena AADI dijual di penghujung tahun sehingga penurunan kinerja ini seharusnya akan tercermin pada laporan keuangan tahun depan.
Berkurangnya laba bersih yang signifikan tersebut tentunya akan berdampak negatif bagi investor, terutama potensi berkurangnya dividen yang akan dibagikan ADRO secara signifikan. Selain itu, dengan kinerja yang “drop”, maka ADRO yang saat ini dihargai di Rp2,430/share juga tidak bisa dibilang reasonable. Singkatnya, sebelum pilar bisnis lainnya yaitu ADMR dan Adaro Green mulai membukukan kinerja yang baik, maka ADRO masih tidak begitu menarik.
Kira-kira sampai kapan? Kalau bicara energi terbarukan, sepertinya tidak dapat terealisasi dalam jangka waktu dekat. Namun kalau bicara soal kendaraan listrik yang juga merupakan salah satu upaya dalam mencapai net zero emission, ADRO bisa dibilang cukup menarik karena anak usahanya yaitu ADMR saat ini sedang membangun smelter aluminium yang ditargetkan akan rampung pada kuartal 3 tahun 2025 dimana aluminium merupakan salah satu bahan baku utama untuk memproduksi baterai pada kendaraan listrik.
Singkatnya, sebagai investor ADRO ataupun ADMR, kita bisa memantau perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia karena semakin maraknya penggunaan kendaraan listrik maka semakin tinggi pula permintaan akan aluminium yang tentunya menguntungkan ADRO dan ADMR.
Selain cerita terkait smelter aluminium tadi, ADRO masih memiliki segmen batubara metalurgi melalui ADMR yang terbilang masih bakal sustain ke depan mengingat ADMR masih memiliki cadangan batubara yang sudah terbukti sebesar 173 juta ton dan cadangan potensial sebesar 975 juta ton yang mana cadangan tersebut masih cukup bahkan hingga 50 tahun ke depan (Gambar 4).
Berbeda dengan batubara thermal yang relatif flat, permintaan untuk batubara metalurgi diproyeksikan meningkat meskipun tidak signifikan (Gambar 5) yang dikarenakan kegunaan batubara metalurgi yang lebih spesifik dan terkait erat dengan industri baja dimana baja memiliki banyak kegunaan di berbagai sektor usaha.
So, apakah ADRO menarik? Jangka pendek mungkin tidak namun untuk jangka panjang kata kuncinya cuma tiga sih : Harga batubara yang stabil, smelter aluminum, dan perkembangan kendaraan listrik. Anyway, tulisan ini dibuat berdasarkan opini dan analisis pribadi jadi bukan ajakan jual beli ya. Akhir kata, thanks for reading and happy investing-!
Tags :
$ADRO $TPMA $UNTR
@husin1030 @Stockbit
Source :
Gambar 1 - Public Expose Grup Adaro
Gambar 2 - Bappenas
Gambar 3 - Laporan Keuangan ADRO & AADI, Diolah
Gambar 4 - Public Expose Grup Adaro
Gambar 5 - Public Expose Grup Adaro
1/5