$SP500 $NASDAQ $DOW30
Mungkin beberapa dari kita ada yang baru ingin masuk di saham Amerika atau sudah bertahun-tahun masuk di bursa US karena lelah dan muak dengan IHSG yang cenderung stagnan dan tidak memberikan return yang memuaskan. Saya pribadi juga sudah cabut dari IHSG dan fokus di bursa AS dan crypto. Namun bagi yang baru ingin masuk harus waswas dan melihat beberapa aspek dan risiko berikut:
PASAR YANG SUDAH OVERVALUED?
1. Buffett Indicator (Wilshire 5000 to GDP Ratio)
Buffett Indicator saat ini menunjukkan rasio di atas 200%, jauh melampaui rata-rata historisnya.
Pasar saat ini sangat overvalued. Dalam sejarah, rasio setinggi ini sering diikuti oleh koreksi atau return yang lebih rendah di masa depan. Buffett juga all-time high cash preserve, yang mungkin ini menjadi sinyal untuk hati-hati bagi investor.
2. Shiller P/E Ratio
Shiller P/E Ratio saat ini berada di angka 37,94, salah satu level tertinggi dalam sejarah (hanya kalah oleh dot-com bubble pada akhir 1990-an).
Apa artinya? Rasio ini menghitung valuasi pasar saham berdasarkan rata-rata laba perusahaan selama 10 tahun terakhir, disesuaikan dengan inflasi. Semakin tinggi angkanya, semakin mahal valuasi pasar.
APA RISIKO LAINNYA SELAIN VALUASI PASAR SAHAM YANG MAHAL?
M2 Money Supply: Likuiditas Mulai Menyusut
Data terbaru menunjukkan bahwa M2 Money Supply (jumlah uang beredar) tumbuh sangat lambat dibandingkan periode stimulus pandemi. Dengan likuiditas yang terbatas, pasar saham menjadi lebih rentan terhadap penurunan, terutama jika terjadi tekanan eksternal.
The Fed Hawkish
Pada pertemuan terakhir Desember 2024, The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 5.25%-5.50% dan mengindikasikan hanya sedikit penurunan di 2025.
Efeknya pada pasar saham:
1. Biaya Pendanaan Tinggi: Perusahaan menghadapi margin laba yang lebih tipis.
2. Arus Dana Keluar: Yield obligasi tinggi menarik dana keluar dari saham ke aset pendapatan tetap.
Bagaimana Proyeksi S&P 500 di 2025?
Goldman Sachs memperkirakan S&P 500 mencapai 6.500 pada akhir 2025, tetapi ini bergantung pada peningkatan laba perusahaan besar, terutama di sektor teknologi.
Namun, dengan valuasi tinggi dan kebijakan moneter ketat, beberapa analis memperingatkan potensi koreksi besar.
Apa yang Harus Dilakukan Investor?
1. Diversifikasi Portofolio:
Jangan hanya fokus pada saham teknologi. Pertimbangkan sektor defensif seperti obligasi (TLT), emas (GLD), atau ETF volatilitas rendah seperti USMV.
2. Hindari Saham yang Overvalued:
Fokus pada saham dengan fundamental kuat dan valuasi wajar. Hati-hati dengan saham yang sudah all-time high, overvalued, dan yang terlalu di-hype-kan seperti Nvidia dan Tesla yang sudah naik ratusan atau bahkan ribuan persen. Perhatikan risk to reward nya jika kita mau masuk saham yang sudah tergolong mahal.
3. Simpan Likuiditas:
Siapkan dana untuk memanfaatkan peluang jika pasar terkoreksi. Jika melihat bear market 2022 yang lalu yang berlangsung setahun terlihat ada drawdown 30-50% jadi kita harus siap cash, remember cash is king!
Dengan valuasi pasar yang tinggi, likuiditas terbatas, dan The Fed yang tetap hawkish ada potensi koreksi di kemudian hari. Jangan FOMO dan Don't forget to Do Your Own Research!