Kondisi Bank di Amerika Serikat
Bank-bank di Amerika Serikat saat ini berada dalam kondisi yang cukup solid, dengan kinerja keuangan yang kuat dan kualitas aset yang terjaga. Dalam laporan Supervision and Regulation yang dirilis oleh Dewan Gubernur Federal Reserve, disebutkan bahwa pada paruh pertama tahun 2024, bank-bank secara keseluruhan menunjukkan kemampuan yang baik dalam menjaga rasio modal di atas batas minimum yang dipersyaratkan. Pendapatan mereka stabil, dan rasio kredit bermasalah (nonperforming loans) tetap rendah, menunjukkan bahwa sektor perbankan berada di jalur yang sehat meskipun ada tantangan ekonomi yang berlangsung. Bakso Pak Toto tidak diawasi The Fed. https://bit.ly/3OZWjZR
Mayoritas bank yang diawasi oleh Federal Reserve merupakan community banks, yaitu bank-bank kecil dengan aset kurang dari $10 miliar. Dari total 705 bank anggota negara bagian (State Member Banks atau SMBs) yang berada di bawah pengawasan Fed hingga pertengahan 2024, sebanyak 92% atau sekitar 650 bank termasuk dalam kategori ini. Bank-bank ini masuk dalam portofolio Community Banking Organization (CBO). Sisanya, sebanyak 42 bank, memiliki aset antara $10 miliar hingga $100 miliar dan dikategorikan sebagai Regional Banking Organizations (RBO).
Di wilayah pengawasan St. Louis Fed, terdapat 129 SMB yang diawasi secara langsung. Dari jumlah tersebut, 122 bank termasuk dalam kelompok CBO dengan total aset gabungan sebesar $108,2 miliar. Sementara itu, 8 bank lainnya termasuk dalam kategori RBO dan memiliki total aset gabungan sebesar $256,1 miliar, atau sekitar 70% dari total aset yang diawasi di wilayah ini. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah bank RBO lebih sedikit, mereka memegang porsi aset yang jauh lebih besar dibandingkan bank CBO. Upgrade skill https://bit.ly/3YGX6Dc
Namun, ada beberapa area yang mendapat perhatian khusus dari pengawas. Salah satunya adalah kualitas kredit. Saat ini, rasio kredit bermasalah secara keseluruhan berada di bawah 1%, yang berarti sebagian besar pinjaman tetap dalam kondisi baik. Meski demikian, ada kenaikan tingkat keterlambatan pembayaran di beberapa kategori pinjaman, terutama kartu kredit dan pinjaman mobil. Tingkat keterlambatan pembayaran pinjaman mobil, misalnya, hampir mencapai puncaknya dalam lima tahun terakhir pada kuartal kedua 2024. Hal ini menjadi indikator awal yang perlu diawasi karena dapat berdampak pada pendapatan bank jika terus meningkat.
Pinjaman properti komersial (commercial real estate loans atau CRE) juga menjadi tantangan, terutama untuk gedung perkantoran di kota-kota besar. Di bank besar, rasio kredit bermasalah untuk pinjaman kantor mencapai 11% pada kuartal kedua 2024, angka tertinggi sejak 2014. Meskipun dampak kenaikan rasio ini tidak sebesar di bank kecil, bank kecil memiliki eksposur yang lebih besar terhadap kategori pinjaman ini. Sebagian besar portofolio pinjaman mereka didominasi oleh CRE, sehingga kelemahan di pasar ini dapat menimbulkan risiko signifikan. Tingginya tingkat kekosongan gedung perkantoran yang terjadi sejak pandemi COVID-19, ketika banyak pekerja beralih ke kerja jarak jauh, menjadi salah satu penyebab utama tekanan di sektor ini.
Selain kualitas kredit, Federal Reserve juga memprioritaskan pengawasan terhadap risiko likuiditas. Bank-bank diwajibkan memiliki manajemen risiko likuiditas yang baik, termasuk menguji akses mereka terhadap berbagai sumber pendanaan alternatif, seperti pinjaman dari Federal Home Loan Bank atau melalui discount window Federal Reserve. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa bank mampu menghadapi kondisi pasar yang sulit tanpa mengalami tekanan likuiditas yang parah. https://bit.ly/3OZWjZR
Keamanan siber juga menjadi salah satu fokus utama pengawasan. Dengan meningkatnya ancaman dunia maya, pengawas memastikan bahwa bank memiliki sistem manajemen risiko, tata kelola, dan pengendalian yang memadai untuk melindungi data serta operasi mereka. Penilaian ini juga mencakup layanan tertentu yang dilakukan oleh penyedia layanan eksternal atas nama bank.
Meskipun kondisi bank-bank saat ini solid, pengawas tetap waspada terhadap berbagai risiko potensial. Area seperti pinjaman bermasalah, risiko likuiditas, dan ancaman siber terus dipantau untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan memastikan bank siap menghadapi tantangan di masa depan. Upaya ini mencerminkan pendekatan proaktif dalam menjaga kesehatan sektor perbankan sekaligus melindungi kepentingan nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. https://bit.ly/3OZWjZR
馃敟Kategori Bank di Amerika
1. Community Banks (CBO)
Aset < $10 miliar (di bawah Rp150 triliun).
2. Regional Banking Organizations (RBO)
Aset $10-$100 miliar (Rp150 triliun - Rp1.500 triliun).
3. Large Banks
Aset > $100 miliar (lebih dari Rp1.500 triliun).
Kalau kita bandingkan bank di Indonesia dengan bank di Amerika Serikat, kategorisasi berdasarkan aset memberikan gambaran menarik. Di Amerika, bank dibagi jadi tiga: Community Banks (CBO) dengan aset di bawah $10 miliar (sekitar Rp150 triliun), Regional Banking Organizations (RBO) dengan aset $10-$100 miliar (Rp150 triliun - Rp1.500 triliun), dan Large Banks dengan aset di atas $100 miliar (lebih dari Rp1.500 triliun). Nah, bank di Indonesia punya beberapa pemain yang bisa masuk ke kategori ini.
Untuk Community Banks (CBO), kita punya contoh seperti Bank Jago ($ARTO) dan Bank Neo Commerce (BBYB). Bank Jago punya aset sekitar Rp24 triliun per Q2 2024, sedangkan Bank Neo Commerce sekitar Rp18 triliun. Ini mirip dengan bank kecil di Amerika seperti Community State Bank, yang fokus pada layanan lokal dengan aset relatif kecil.
Masuk ke kategori Regional Banking Organizations (RBO), bank seperti Bank CIMB Niaga (BNGA), Bank Panin (PNBN), dan Bank Permata (BNLI) di Indonesia cukup sejalan. CIMB Niaga, misalnya, memiliki aset sekitar Rp385 triliun, sementara Bank Permata berada di kisaran Rp210 triliun. Di Amerika, bank seperti Citizens Bank dengan aset $53 miliar (Rp795 triliun) atau KeyBank dengan $92 miliar (Rp1.380 triliun) punya skala yang hampir setara.
Untuk kategori Large Banks, Indonesia punya tiga pemain utama: Bank Mandiri ($BMRI), Bank Rakyat Indonesia ($BBRI), dan Bank Central Asia (BBCA). Bank Mandiri mencatatkan aset sekitar Rp1.900 triliun per Q2 2024, diikuti BRI dengan Rp1.890 triliun, dan BCA dengan Rp1.390 triliun. Di Amerika, bank besar seperti JPMorgan Chase memiliki aset $3,9 triliun (Rp58.500 triliun), Bank of America dengan $3 triliun (Rp45.000 triliun), dan Citibank sekitar $2,4 triliun (Rp36.000 triliun). Meski bank besar Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan raksasa global ini, mereka tetap dominan di pasar domestik. https://bit.ly/3OZWjZR
Perbandingan ini menunjukkan bahwa setiap kategori punya perannya masing-masing. Bank kecil seperti ARTO dan BBYB fokus pada pasar niche dan layanan digital, sedangkan bank besar seperti Mandiri dan BRI menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Meski begitu, perbedaan skala ini juga menunjukkan bagaimana sistem keuangan di kedua negara berkembang sesuai kebutuhan lokal masing-masing.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi聽 Pintarsaham di sini 聽
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/3