sedikit prospek $AADI
$PTBA $TPMA
Saham Adaro Andalan Indonesia (AADI) lagi jadi sorotan sebagai IPO terbesar di IHSG tahun ini. Selain bisa jadi peluang trading jangka pendek, riset dari Stockbit Sekuritas yang dirilis pada 5 Desember 2024, bilang kalau AADI juga menarik untuk investasi jangka panjang. Kenapa? Karena potensi imbal hasil dividen alias dividend yield-nya bisa mencapai sekitar 17 persen dari harga IPO.
Valuasi IPO AADI terbilang rendah, cuma 2,9 kali berdasarkan rasio price-to-earnings (P/E) untuk tahun fiskal 2025 (FY25F). Ini membuka peluang untuk re-rating hingga 5x P/E, yang artinya harga saham AADI bisa melonjak jadi Rp9.650 per saham, atau naik 74 persen dari harga IPO.
Bahkan, analis dari Stockbit bilang, kalau harga saham AADI mendekati rata-rata valuasi historis induknya, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), bisa jadi harga sahamnya tembus Rp13.525 per saham, yang berarti naik 144 persen dari harga IPO.
Dengan asumsi dividend payout ratio (DPR) 50 persen, dividen AADI di tahun 2025 diperkirakan bisa mencapai Rp966 per saham. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pemain besar lainnya, seperti PTBA dan ITMG, apalagi didukung oleh stabilitas harga batu bara yang diprediksi tetap di kisaran USD130 per ton pada 2025.
Menurut riset dari Sucor Sekuritas yang terbit pada 2 Desember 2024, AADI punya prospek cerah sebagai salah satu pemain utama di sektor batu bara. Dengan cadangan 917 juta ton dan sumber daya 4,1 miliar ton, AADI bisa memproduksi batu bara hingga 80 tahun ke depan. Ditambah lagi, mereka punya margin industri tertinggi dan posisi kas yang mencapai USD1 miliar, jadi AADI punya fleksibilitas untuk ekspansi.
AADI juga berpeluang masuk dalam MSCI Indonesia Index, dengan valuasi pasar yang bisa mencapai USD3 miliar dan free float 50 persen. Diversifikasi aset melalui tambang Kestrel di Australia dan PLTU berkapasitas 1.060 MW bisa nambah pendapatan hingga USD115 juta per tahun mulai 2026.
Sucor memproyeksikan laba AADI di tahun 2025 bisa mencapai USD888 juta, dengan valuasi premium di Rp30.100 per saham, yang berarti ada potensi naik (upside) 442 persen dari harga IPO Rp5.550. Tiga faktor utama yang bisa jadi pendorong adalah ketegangan geopolitik, potensi masuk MSCI, dan regulasi yang mendukung sektor energi.
Dengan PE cuma 2,3 kali proyeksi tahun fiskal 2024, AADI dinilai undervalued dan berpotensi mengalami re-rating yang signifikan, apalagi dengan momentum positif di pasar batu bara.
sumber website IDX by
aldo Fernando