@supersasa91 Mari kita bahas gimana caranya pelaku bisa menjual saham bluechip di akun korban dan membeli saham gorengan untuk mendapatkan keuntungan. Prosesnya cukup cerdik, meski nggak etis, karena pelaku memanfaatkan celah keamanan atau akses ilegal di akun trading korban. Upgrade skill https://bit.ly/3YGX6Dc
Langkah Pertama: Ambil Alih Akun Korban
Semua dimulai ketika pelaku berhasil mengambil alih akun korban. Bisa lewat phishing (email jebakan yang meminta data login) atau dengan memanfaatkan celah keamanan di sistem sekuritas. Setelah berhasil login, pelaku punya akses penuh ke portofolio korban, termasuk saldo dan aset yang dimiliki. Misalnya, korban punya saham bluechip seperti BBCA senilai Rp50 juta.
Langkah Kedua: Jual Saham Bluechip
Pelaku lalu menjual semua saham bluechip milik korban. Saham bluechip, seperti $BBCA atau $ADRO, biasanya likuid, artinya mudah dijual karena banyak yang berminat. Misalnya, pelaku menjual saham BBCA milik korban dengan total nilai Rp50 juta. Dana ini langsung masuk ke saldo trading korban. https://bit.ly/3OZWjZR
Langkah Ketiga: Beli Saham Gorengan
Dengan uang Rp50 juta dari penjualan saham bluechip tadi, pelaku langsung membeli saham gorengan. Saham gorengan biasanya adalah saham dengan harga murah dan volume kecil, yang gampang dimanipulasi. Misalnya, pelaku sudah memasang order jual di harga tinggi untuk saham gorengan tertentu (katakanlah XYZ).
Misalnya:
Harga awal saham gorengan XYZ: Rp100 per lembar.
Pelaku pasang order jual di harga Rp300 per lembar (harga puncak).
Pelaku menggunakan uang korban untuk membeli saham XYZ dari dirinya sendiri di harga Rp300.
Langkah Keempat: Keuntungan untuk Pelaku
Setelah transaksi ini selesai, pelaku mendapatkan keuntungan besar. Contoh perhitungannya seperti ini:
1. Modal Pelaku (di akun pribadi):
Pelaku beli 500.000 lembar saham XYZ di harga Rp100 → Total Rp50 juta.
2. Penjualan ke Akun Korban:
Pelaku jual 500.000 lembar saham XYZ di harga Rp300 → Total Rp150 juta.
3. Keuntungan Pelaku:
Pendapatan dari penjualan: Rp150 juta.
Modal awal: Rp50 juta.
Keuntungan bersih: Rp100 juta.
Sementara itu, korban dibiarkan dengan saham gorengan yang nilainya langsung turun kembali ke harga Rp100 (atau lebih rendah) setelah pelaku selesai menjual. Korban kehilangan Rp50 juta, sedangkan pelaku cuan besar. https://bit.ly/3OZWjZR
Kenapa Korban Tidak Bisa Berbuat Banyak?
1. Saham Gorengan Tidak Likuid
Setelah harga saham gorengan jatuh, korban sulit menjual saham tersebut karena tidak ada pembeli. Kalaupun bisa dijual, harganya sudah jauh di bawah harga beli.
2. Margin Trading Memperparah Kerugian
Kalau akun korban memiliki fitur margin trading, pelaku bisa memanfaatkan leverage untuk membeli lebih banyak saham gorengan. Misalnya, dengan margin 10x, pelaku bisa membeli saham senilai Rp500 juta hanya dengan modal Rp50 juta dari saldo korban. Kalau harga saham gorengan jatuh, utang margin korban bisa membengkak. https://bit.ly/3OZWjZR
Apa yang Membuat Skema Ini Berhasil?
1. Manipulasi Harga:
Saham gorengan punya volume kecil, jadi pelaku bisa menaikkan harga dengan mudah lewat transaksi "palsu" antara akun korban dan dirinya.
2. Korban Tidak Sadar:
Sebagian besar korban baru menyadari ada transaksi aneh setelah kerugian terjadi, dan sulit untuk memperbaiki situasi karena waktu sudah berlalu.
Pelaku memanfaatkan akses ilegal ke akun korban untuk menjual saham bluechip yang bernilai stabil, lalu membeli saham gorengan yang sudah dimanipulasi. Dengan cara ini, pelaku bisa mendapatkan keuntungan besar, sementara korban terjebak dengan kerugian. Kasus seperti ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keamanan akun trading, termasuk waspada terhadap phishing dan memanfaatkan fitur keamanan seperti two-factor authentication (2FA). Jangan lupa, selalu cek aktivitas akun secara rutin agar bisa segera mendeteksi transaksi mencurigakan. https://bit.ly/3OZWjZR
$GTRA