Investor Ritel Rebut $BBRI dari Tangan Aseng
Investor ritel BBRI lagi rame-rame keroyok aseng dalam beberapa tahun terakhir. Per 30 November 2024, total pemegang saham BBRI tembus 615.061 investor. Ini angka yang lumayan besar dibandingkan sebelumnya. Dari jumlah itu, 597.409 investor adalah pemodal lokal, yang pegang sekitar 67.95% saham. Sementara itu, investor asing cuma 2.718 orang, tapi jangan salah, aseng masih kuasai 32.05% saham. Kalau dibandingin, lokal itu jumlahnya rame banget, tapi kepemilikannya kecil. Sedangkan asing, walaupun jumlahnya sedikit, kepemilikan mereka tetap gede banget. Ibarat bakso Pak Toto kelihatan kecil tapi padat https://bit.ly/3OZWjZR
Ngomongin siapa yang paling gede kepemilikannya, nggak usah diragukan lagi, Negara Republik Indonesia masih jadi pemegang saham terbesar. Negara pegang 53.19% saham, atau kalau dihitung ya sekitar 80.61 miliar lembar saham. Ini dominasi yang nggak main-main, meskipun cuma diwakili oleh satu entitas. Di sisi lain, investor ritel lokal, yaitu perorangan Indonesia, jumlahnya banyak banget, ada 592.997 orang. Tapi kalau soal kepemilikan, ya jujur aja mereka cuma pegang 5.43% saham, atau sekitar 8.23 miliar lembar. Jadi, jumlah banyak nggak selalu berarti mereka punya kuasa besar di pasar. Menang rame doang tapi power kick tidak seperti Roberto Carlos di Winning Eleven PS1. https://bit.ly/3YGX6Dc
Kalau kita lihat investor asing, polanya kebalik. Mereka jumlahnya kecil, cuma 2.718 orang, tapi mereka kuasai 32.05% saham, setara dengan 48.53 miliar lembar saham. Dari angka itu, kontribusi terbesar datang dari badan usaha asing, yang cuma ada 2.215 entitas, tapi pegang 32.02% saham. Bandingin sama perorangan asing, yang jumlahnya 503 orang, tapi cuma megang 0.03% saham, atau sekitar 46 juta lembar. Jadi, mayoritas kekuatan asing dipegang badan usaha besar, bukan individu.
Ada perubahan yang menarik dalam kepemilikan saham BBRI. Dalam tiga tahun terakhir, kontribusi pemegang saham lokal terus naik. Dari 8.01% pada 2021, sekarang jadi 14.75% pada 2024. Di sisi lain, asing pelan-pelan mulai exit. Kepemilikan mereka turun dari 35.13% pada 2021 ke 32.05% sekarang. Saham yang dilepas asing ini secara bertahap diambil alih oleh investor lokal, baik individu maupun institusi. Ini kabar bagus, karena aset-aset vital kayak BBRI perlahan-lahan balik lagi ke tangan rakyat Indonesia.
Tapi jujur aja, investor ritel lokal masih punya PR besar. Mayoritas mereka itu weak hand, gampang panik kalau harga saham turun, terus buru-buru jual. Kadang juga gampang kebawa euforia saat harga naik. Pola kayak gini bikin mereka sulit ngatur harga saham, apalagi buat markup. Di sisi lain, investor asing, walaupun jumlahnya kecil, mereka punya modal gede, strategi kuat, dan lebih terorganisir. Ini yang bikin mereka masih bisa mendominasi, terutama di saham-saham besar seperti BBRI. https://bit.ly/3OZWjZR
Ada juga kontribusi dari institusi lokal kayak koperasi, reksadana, dan dana pensiun. Koperasi, misalnya, pegang 3.63% saham, atau sekitar 5.5 miliar lembar. Reksadana punya 1.34% saham (2.03 miliar lembar), dan dana pensiun pegang 1.79% saham (2.71 miliar lembar). Meskipun nggak sebesar badan usaha asing, mereka lumayan membantu stabilitas investor lokal.
Ke depannya, kalau kita mau rebut pasar modal dari asing, perlu usaha kolektif. Literasi keuangan harus digencarkan biar ritel lokal nggak lagi gampang panik. Terus, pemerintah juga harus kasih dukungan lebih ke institusi lokal kayak reksadana dan koperasi biar mereka bisa jadi pemain yang lebih besar. Kalau semua jalan bareng-bareng, bukan nggak mungkin aset-aset vital kayak BBRI bisa benar-benar dikuasai lokal. Cuma masalahnya Presiden kita ndak main saham dan ndak peduli kalau IHSG anjlok. Jadi terpaksa investor ritel lokal harus berjuang sendirian. https://bit.ly/3OZWjZR
Meskipun investor lokal mulai naik perannya, jalan masih panjang buat benar-benar bersaing sama asing. Tapi kalau kita terus konsisten dan punya strategi yang kuat, nggak mustahil pasar modal kita jadi lebih mandiri dan aset vital kayak BBRI tetap di tangan Indonesia. Ini bukan cuma soal angka, tapi juga soal masa depan ekonomi negara kita. Jangan sampai jadikan saham sebagai ajang judi.
Pahami bisnisnya agar tidak menjadi judi. Dapat dividen biar tidak dianggap judi.
Ringkasan
Pemodal Nasional:
1. Negara Republik Indonesia
Jumlah: 1
Kepemilikan: 53.19% (80.61 miliar saham)
2. Perorangan Indonesia
Jumlah: 592.997
Kepemilikan: 5.43% (8.23 miliar saham)
3. Pemerintah Daerah
Jumlah: 1
Kepemilikan: 0.00105% (1.59 juta saham)
4. Karyawan
Jumlah: 2.926
Kepemilikan: 0.00586% (8.89 juta saham)
5. Koperasi
Jumlah: 24
Kepemilikan: 3.63% (5.50 miliar saham)
6. Yayasan
Jumlah: 53
Kepemilikan: 0.21% (315.07 juta saham)
7. Dana Pensiun
Jumlah: 165
Kepemilikan: 1.79% (2.71 miliar saham)
8. Asuransi
Jumlah: 205
Kepemilikan: 1.37% (2.08 miliar saham)
9. Bank
Jumlah: 12
Kepemilikan: 0.65% (978.06 juta saham)
10. Perseroan Terbatas:
Jumlah: 700
Kepemilikan: 0.34% (515.21 juta saham)
11. Reksadana:
Jumlah: 325
Kepemilikan: 1.34% (2.03 miliar saham)
Subtotal Pemodal Nasional:
Jumlah: 597.409
Kepemilikan: 67.95% (102.98 miliar saham)
Pemodal Asing
1. Perorangan Asing:
Jumlah: 503
Kepemilikan: 0.03% (46.14 juta saham)
2. Badan Usaha Asing:
Jumlah: 2.215
Kepemilikan: 32.02% (48.53 miliar saham)
Subtotal Pemodal Asing:
Jumlah: 2.718
Kepemilikan: 32.05% (48.58 miliar saham)
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/6