Valuasi PER $PRDA vs $AADI
AADI ini anak perusahaan dari $ADRO, bergerak di sektor batubara. Harga sahamnya sekarang ada di 7975, dengan EPS sebesar 3616,63. Kalau dihitung, PER-nya ada di 2,21. Apa artinya angka ini? Artinya, investor cuma perlu bayar Rp2,21 untuk setiap Rp1 laba bersih yang dihasilkan. Sangat murah, kan. Tapi ini wajar, karena sektor batubara sering dihargai murah waktu lagi untung besar. Kenapa begitu? Karena pasar tahu, laba di sektor ini bisa naik turun tergantung harga batubara dunia. Kalau harga batubara tinggi, laba bisa melonjak. Tapi begitu harga turun, laba bisa anjlok dalam waktu singkat. Semua investor coal pasti berdoa harga coal tetap di aras 100 Dollar. Kalau Pak Toto berdoa bakso nya tetap laris https://bit.ly/45FDAJu
PRDA bergerak di sektor kesehatan, fokusnya di layanan laboratorium seperti tes darah atau PCR yang sempat booming waktu pandemi. Harga saham PRDA ada di 2660, dengan EPS 276,47. PER-nya ada di 9,62. Dibandingkan AADI, valuasi PRDA ini jauh lebih mahal. Tapi itu masuk akal, karena sektor kesehatan dianggap lebih stabil. Orang pasti butuh layanan medis, tidak peduli kondisi ekonomi lagi bagus atau buruk. Jadi, investor biasanya bersedia bayar lebih untuk perusahaan di sektor ini.
Bayangkan kalau laba kedua perusahaan ini turun separuh. EPS mereka akan ikut turun 50 persen, tapi harga saham tetap di posisi sekarang. Ini langsung bikin PER mereka naik, dan valuasi kelihatan lebih mahal. https://bit.ly/3YGX6Dc
Kalau laba AADI turun 50 persen, EPS yang awalnya 3616,63 akan jadi 1808,32. Dengan harga saham tetap di 7975, PER AADI akan naik dari 2,21 jadi 4,41. Secara valuasi, saham AADI jadi dua kali lebih mahal dibanding sebelumnya. Di sektor batubara, hal ini sering terjadi kalau harga batubara dunia tiba-tiba turun. Contohnya, permintaan dari China atau India melemah, atau harga energi terbarukan lebih kompetitif, otomatis pendapatan AADI juga ikut turun. Tapi valuasi AADI ini masih murah banget hanya PER 4,41 meskipun sudah pakai asumsi Laba anjlok 50%.
Kalau laba PRDA juga turun 50 persen, EPS-nya turun dari 276,47 jadi 138,24. Dengan harga saham tetap di 2660, PER PRDA akan naik dari 9,62 jadi 19,24. Valuasi ini kelihatan jauh lebih mahal dibanding kondisi awal. Di sektor kesehatan, laba bisa turun kalau jumlah pasien berkurang. Misalnya, setelah pandemi, orang tidak lagi sering melakukan tes-tes laboratorium seperti PCR. Selain itu, biaya operasional yang naik, seperti alat medis atau bahan kimia, juga bisa menggerus laba bersih PRDA.
Supaya valuasi PER mereka kembali ke angka awal, harga saham harus diturunkan. Gampangnya, harga saham harus menyesuaikan EPS baru yang lebih kecil. https://bit.ly/3XemeAx
Untuk AADI, harga saham yang sekarang 7975 perlu turun jadi 3998,38 atau bulatkan saja ke 4000 supaya PER kembali ke 2,21. Penurunan ini lebih dari setengah nilai awal. Ini menunjukkan bahwa valuasi saham di sektor batubara sangat sensitif terhadap perubahan laba. Tapi apa mungkin AADI anjlok ke 4000? Rasanya berat. Tergantung bandar. Kalau bandarnya tetap kuat goreng, rasanya susah ke 4000. Lagipula valuasi PER masih murah banget.
Untuk PRDA, harga saham yang sekarang 2660 perlu turun jadi 1329,31 untuk mengembalikan PER ke 9,62. Sama seperti AADI, harga saham PRDA juga harus turun hampir setengah dari nilai awal. Kalau PRDA sangat mungkin anjlok ke 1300an karena bandarnya memang lemah.
Ada banyak hal yang bisa bikin laba perusahaan seperti AADI dan PRDA turun. Tapi penyebabnya beda-beda, tergantung sektor mereka.
AADI (Sektor Batubara), biasanya yang bisa bikin laba anjlok adalah penurunan harga batubara dunia adalah faktor utama. Kalau harga batubara turun, otomatis pendapatan AADI juga langsung tergerus. Kedua, permintaan global yang melemah, terutama dari negara besar seperti China dan India, bisa bikin ekspor batubara menurun. Ketiga, kenaikan biaya produksi juga bisa jadi masalah, misalnya biaya bahan bakar, alat berat, atau gaji pekerja tambang. Keempat, ada risiko dari regulasi pemerintah, seperti Domestic Market Obligation yang memaksa perusahaan menjual sebagian produksinya di dalam negeri dengan harga murah. Terakhir, transisi ke energi hijau di banyak negara mulai mengurangi ketergantungan pada batubara, yang bisa menurunkan permintaan dalam jangka panjang. https://bit.ly/3XemeAx
Kalau PRDA (Sektor Kesehatan) yang biasanya bikin laba anjlok adalah penurunan jumlah pasien bisa langsung mengurangi pendapatan. Misalnya, setelah pandemi, layanan seperti tes PCR atau antibodi tidak lagi diminati. Kedua, kenaikan biaya operasional, seperti bahan kimia atau alat medis yang mayoritas impor, bisa menekan laba. Ketiga, kompetisi dengan laboratorium lain yang menawarkan harga lebih murah bisa bikin PRDA kehilangan pangsa pasar. Keempat, regulasi pemerintah yang membatasi tarif layanan tertentu juga bisa memengaruhi margin keuntungan.
Sektor batubara seperti AADI menawarkan valuasi yang terlihat murah, tapi sangat bergantung pada harga komoditas global yang fluktuatif. Kalau harga batubara turun, laba bisa anjlok, dan valuasi saham jadi terlihat mahal. Di sisi lain, PRDA dari sektor kesehatan lebih stabil, tapi tantangannya ada di kenaikan biaya operasional dan perubahan pola konsumsi masyarakat. https://bit.ly/3XemeAx
Pada akhirnya harga saham itu tergantung siapa bandarnya. Kalau bandarnya Pak Toto, maka anjlok. Tapi kalau bandarnya 9 naga, maka bisa terbang hingga ke langit. Bandar adalah kunci. No bandar, no party.
Ringkasan
馃敟AADI (Sektor Batubara)
Harga saham saat ini: 7975.
EPS: 3616,63, PER: 2,21 (sangat murah)
Jika laba turun 50 persen, EPS menjadi 1808,32, PER naik menjadi 4,41.
Harga saham perlu turun ke 3998,38 untuk mengembalikan PER ke 2,21.
Faktor yang bisa menekan laba: penurunan harga batubara, permintaan global melemah, kenaikan biaya produksi, regulasi pemerintah, transisi energi hijau. https://bit.ly/3OZWjZR
馃敟PRDA (Sektor Kesehatan)
Harga saham saat ini: 2660.
EPS: 276,47, PER: 9,62 (lebih mahal, stabil).
Jika laba turun 50 persen, EPS menjadi 138,24, PER naik menjadi 19,24.
Harga saham perlu turun ke 1329,31 untuk mengembalikan PER ke 9,62.
Faktor yang bisa menekan laba: penurunan jumlah pasien, kenaikan biaya operasional, kompetisi, regulasi tarif, efek pasca-pandemi. https://bit.ly/3OZWjZR
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi聽 Pintarsaham di sini 聽
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2