imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TBLA: Raksasa Sembako dengan Utang Segunung, tapi Tetap Kokoh Berdiri

Salah satu pembahasan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kebetulan ada beberapa member yang nyangkut di sini, jadi coba kita bahas saja sesuai pesan Pak Toto, bantulah kawanmu yang nyangkut meskipun itu hanya dengan semangkok bakso https://bit.ly/45FDAJu

PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) adalah nama besar di sektor sembako Indonesia yang masih ada hubungan keluarga dengan Pak $BUDI. Perusahaan ini dikenal dengan produk gula dan biodiesel yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Namun, cerita TBLA tidak lepas dari utang segunung yang sering bikin orang bertanya-tanya, kok bisa perusahaan ini tetap bertahan meski beban keuangannya berat? Apakah karena sudah upgrade skill? https://bit.ly/3YGX6Dc

Utang TBLA: Banyak, Tapi Tidak Membuat Bangkrut
Kalau ngomongin TBLA, kita harus mulai dari utangnya. Total utang berbunga TBLA di Q3 2024 mencapai Rp15,41 triliun, terdiri dari:

Utang bank jangka pendek: Rp4,31 triliun

Utang bank jangka panjang: Rp10,42 triliun

Obligasi dan pinjaman lainnya: Rp0,68 triliun

Ini belum termasuk utang tak berbunga yang nilainya Rp4,81 triliun. Beban bunga mencapai Rp846,38 miliar dalam sembilan bulan pertama 2024. Dengan laba usaha sebesar Rp1,335 triliun, rasio interest coverage TBLA hanya 1,58x. Artinya, laba usaha cukup untuk menutupi bunga, tapi tidak ada ruang napas yang luas. Situasi ini bikin TBLA terlihat seperti perusahaan yang berjalan di atas tali tipis. https://bit.ly/3OZWjZR

Arus Kas Operasional Negatif: Masalah atau Strategi?
Salah satu tantangan besar TBLA adalah arus kas operasional (CFO) yang negatif Rp1,25 triliun. Dengan laba bersih Rp501,52 miliar, ini menunjukkan laba TBLA tidak sepenuhnya didukung oleh arus kas. Ada akrual negatif sebesar Rp1,75 triliun, yang mencerminkan perbedaan besar antara laba di atas kertas dan uang tunai yang masuk. Hal ini mungkin karena siklus konversi kas (CCC) TBLA yang panjang, mencapai 164,7 hari. Ini artinya, TBLA butuh waktu lama untuk mengubah modal kerja menjadi kas.

Siklus Kas yang Panjang: Tantangan Likuiditas
Siklus kas panjang TBLA disebabkan oleh beberapa faktor:

1. DSO (Days Sales Outstanding): Rata-rata waktu pengumpulan piutang mencapai 124,66 hari. Ini artinya, kas perusahaan banyak terikat di piutang.

2. DI (Days Inventory): Waktu rata-rata persediaan terjual adalah 164,23 hari, yang menunjukkan kas masih tertahan di barang dagangan.

3. DP (Days Payable): Waktu rata-rata pembayaran utang hanya 124,19 hari, yang tidak cukup panjang untuk mengimbangi DSO dan DI.

Dengan CCC 164,7 hari, TBLA menghadapi tekanan likuiditas yang cukup besar. Jika manajemen tidak segera memperbaiki pengelolaan persediaan dan mempercepat penagihan piutang, masalah ini bisa semakin parah. https://bit.ly/3OZWjZR

Produk Andalan: Gula Menjadi Penyelamat
TBLA memiliki dua produk utama, yaitu gula dan produk kelapa sawit. Tahun ini, gula menjadi bintang utama dengan pendapatan sebesar Rp5,17 triliun, naik 27,1% dibanding tahun lalu. Sebaliknya, pendapatan dari kelapa sawit turun 6% menjadi Rp7,32 triliun. Dominasi gula ini menunjukkan bahwa TBLA berhasil mengalihkan fokus ke produk yang permintaannya stabil, terutama di tengah tekanan pasar kelapa sawit global.

Piutang dan Persediaan: Kunci Stabilitas Operasional
Piutang TBLA mencapai Rp4,35 triliun, dengan 68,82% berasal dari pihak berelasi seperti PT Sungai Budi. Ini mengurangi risiko gagal bayar, tapi ada catatan penting: 84,4% dari piutang ini digunakan sebagai jaminan utang bank. Artinya, TBLA sangat bergantung pada piutang untuk menjaga akses pendanaan. https://bit.ly/3OZWjZR

Di sisi lain, persediaan TBLA mencapai Rp4,76 triliun, dengan barang jadi seperti gula mendominasi sebesar 85,65%. Penurunan bahan baku dari Rp1,14 triliun menjadi Rp4,49 miliar menunjukkan efisiensi yang baik, meski total persediaan turun 7,25% dibanding akhir tahun lalu.

Aset Tetap dan Investasi Masa Depan
Aset tetap TBLA naik 2,22% menjadi Rp7,76 triliun. Perusahaan terus berinvestasi, seperti pembangunan dermaga baru di Lampung (85% selesai) senilai Rp140,59 miliar dan infrastruktur di Sumatera Selatan (75% selesai) senilai Rp644,79 miliar. Investasi ini mencerminkan upaya TBLA untuk meningkatkan kapasitas produksi di masa depan.

Selain itu, revaluasi mesin menghasilkan kenaikan nilai Rp409,23 miliar, menunjukkan pentingnya peran mesin-mesin ini dalam operasional TBLA. Namun, 79,48% dari total nilai aset tetap digunakan sebagai jaminan utang, yang menandakan bahwa TBLA mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk mendukung operasional. https://bit.ly/3OZWjZR

Revenue Bergantung pada Dua Pelanggan Utama
Pendapatan TBLA sangat bergantung pada dua pelanggan utama:

1. PT Sungai Budi: Kontribusi Rp6,52 triliun (52,25% dari total revenue).

2. PT Kilang Pertamina Internasional: Kontribusi Rp1,29 triliun (10,3% dari total revenue).

Total kontribusi kedua pelanggan ini mencapai 62,55% dari total revenue. Ketergantungan ini menunjukkan bahwa hubungan bisnis yang stabil sangat penting bagi keberlanjutan TBLA. https://bit.ly/3OZWjZR

NCAV Negatif, tapi Produk Kebutuhan Pokok Menjadi Andalan
Net Current Asset Value (NCAV) TBLA tercatat minus Rp8,10 triliun di Q3 2024. Ini berarti liabilitas jangka pendek jauh lebih besar dari aset lancarnya. Namun, produk strategis seperti gula dan biodiesel menjadi penopang utama yang membuat TBLA tetap kokoh meski dalam tekanan finansial. Berbeda dengan perusahaan seperti $SRIL yang bergantung pada produk tekstil, TBLA punya keunggulan di pasar kebutuhan pokok. https://bit.ly/3OZWjZR

Utang Besar, tapi Peluang Tetap Terbuka
Meski TBLA memiliki utang besar dan arus kas yang negatif, perusahaan ini tetap bisa bertahan karena produknya adalah kebutuhan pokok masyarakat. Tantangan terbesar TBLA adalah memperbaiki likuiditas dan mengelola siklus kas dengan lebih efisien. Bagi investor, TBLA adalah perusahaan yang menarik untuk dipantau, tapi jangan terlalu serakah. Ingat, maksimal 5% dari portofolio sudah cukup untuk melihat bagaimana "TBLA fold out" di masa depan. Jadi, meski utangnya ngeri, TBLA tetap jadi salah satu pemain kuat di sektor sembako Indonesia.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Dan jangan lupa kunjungi  Pintarsaham di sini  
https://bit.ly/3QtahWa

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ

Read more...

1/3

testestes
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy