♨️ AADI: Hottest IPO in IHSG with ~17% Dividend Yield
Adaro Andalan Indonesia ($AADI) resmi listing di IDX pada hari ini, Kamis (5/12). Di tengah ramainya pembicaraan mengenai peluang trading jangka pendek dari IPO AADI, kami menilai bahwa investor juga dapat mempertimbangkan faktor fundamental untuk berinvestasi di AADI dalam jangka panjang, terutama dari aspek dividend yield.
▪ Valuasi Berpotensi Re–rating ke 5–7x P/E
Kami memperkirakan laba bersih AADI pada FY25F akan turun ke level 934 juta dolar AS (-27,5% YoY) seiring hilangnya one–off gain dari penjualan anak usaha, dengan core profit hanya turun -3,2% YoY. Namun, mengingat valuasi IPO–nya yang rendah (2,9x P/E FY25F), kami melihat AADI memiliki potensi upside yang cukup tinggi dengan peluang re–rating ke 5x P/E FY25F (9.650 rupiah per saham, +74% dari harga IPO).
Kami menganggap valuasi AADI di 5x P/E sebagai valuasi yang wajar dan konservatif karena lebih rendah dari rata–rata P/E historis 5 tahun milik perusahaan induknya, Alamtri Resources Indonesia ($ADRO), di level 6,9x P/E. Valuasi tersebut juga berada di antara Bukit Asam ($PTBA) di 7,3x P/E FY25F dan Indo Tambangraya Megah ($ITMG) di 4,8x P/E FY25F. Jika AADI dapat re–rating ke rata–rata P/E historis 5 tahun ADRO (6,9x) dan menjadi mirip dengan valuasi PTBA di ~7x PE, hal tersebut mengimplikasikan harga 13.525 rupiah per saham (+144% dari harga IPO).
▪ Dividend Yield hingga ~17% dengan Asumsi 50% DPR
Selain outlook harga batu bara yang kami ekspektasikan tidak akan turun signifikan, kami melihat potensi AADI untuk re–rating juga akan didorong oleh prospek dividen tahun buku 2025, yang kami perkirakan dapat mencapai ~966 rupiah per saham. Jumlah tersebut mengindikasikan dividend yield sebesar ~17% berdasarkan harga saham AADI saat IPO (5.550 rupiah per saham). Besaran dividen tersebut mengasumsikan dividend payout ratio (DPR) sebesar 50%, yang merupakan rata–rata DPR ADRO dalam 3 tahun terakhir. Dividend yield tersebut lebih tinggi dibandingkan perusahaan batu bara besar lain, seperti ITMG dan PTBA.
Meski manajemen mengatakan dalam prospektus bahwa mereka berencana untuk membagikan dividen dengan DPR hingga 45%, kami menilai asumsi DPR sebesar 50% tidak tergolong agresif mengingat perseroan belum memiliki rencana capex yang besar dalam waktu dekat. Dengan DPR 50% dan level laba bersih tahunan yang dihasilkan perseroan, kami juga menilai AADI masih memiliki dana yang memadai jika sewaktu-waktu memutuskan untuk mengembangkan 2 tambang batu bara mereka, yakni Pari Coal dan Ratah Coal.
Asumsi Utama dalam Analisis Kami
▪ Harga rata–rata batu bara Newcastle sebesar 135 dolar AS per ton pada 2024 dan 130 dolar AS per ton pada 2025, mencerminkan normalisasi dari level saat ini di 134,8 dolar AS per ton.
▪ Volume penjualan sebesar 63 juta ton pada 2024 (-0,6% YoY) dan 64 juta ton pada 2025 (+1,6% YoY).
▪ Cash costs sebesar 56,2 dolar AS per ton pada 2024 (-12% YoY) dan 57,8 dolar AS per ton pada 2025 (+2,9% YoY).
▪ Pendapatan non–operasional menurun signifikan pada 2025 (-89,4% YoY) seiring hilangnya one–off gain dari pelepasan aset investasi.
Kesimpulan
Meski sepertinya ada banyak investor yang membeli AADI berdasarkan peluang trading jangka pendek, kami melihat AADI bisa menjadi peluang investasi fundamental yang baik, terutama dengan outlook batu bara yang relatif stabil serta dividend yield signifikan yang rutin. Dimulai Jumat (6/12) hingga Selasa (10/12) pukul 10.00 WIB, investor yang memiliki hak untuk menebus PUPS AADI ($ADRO-H) dapat melakukan exercise pada aplikasi Stockbit. Dividen yang dapat digunakan untuk exercise ADRO-H akan masuk pada Jumat (6/12).
Dengan kenaikan AADI sebesar +19,8% ke level 6.650 rupiah per saham pada hari ini (5/12), harga exercise adalah 5.971 rupiah per saham (termasuk 0,18% biaya transaksi yang dikenakan berdasarkan prospektus PUPS).
----------
Hendriko Gani (@HendrikoGani)
Investment Analyst Stockbit
1/2