imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Laporan keuangan, bagi manajemen perusahaan dan investor, sama sama berguna untuk mengevaluasi keputusan keputusan penting.

Manajemen perlu laporan keuangan untuk mengevaluasi strategi dan tujuan bisnis mereka. Sementara investor, perlu untuk mengevaluasi investasi yang mereka lakukan dan melihat prospek yang mungkin saja tercermin dari laporan keuangan. Karena itulah, sebagai media evaluasi laporan keuangan perlu untuk mengungkapkan yang sejujurnya terhadap kondisi perusahaan tersebut, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat dan bisa diandalkan. Sayangnya, seperti banyaknya hal hal dalam kehidupan, laporan keuangan pun juga punya hal yang tidak jujurnya. Ini yang bisa menuntun pada apa yang disebut sebagai fraud atau kecurangan.

Nah, dalam dua postingan berseri ini, saya akan membahas beberapa pos atau komponen laporan keuangan yang “jujur” dan yang “kurang jujur”. Kita bahas yang “jujur” dulu dalam post kali ini.

======

Saya menyebut “jujur” dan “kurang jujur”, lengkap dengan tanda kutip, sebenernya ingin memberi semacam penegasan bahwa selalu akan ada celah untuk bermain (curang) terhadap angka angka. Namun, penggolongan atau klasifikasi jujur dan kurang jujur ini bisa membantu kita untuk menilai angka angka ini seberapa bisa diandalkan dan dipercaya, sehingga membantu kita untuk bisa lebih mudah dalam menilai hasil yang ada.

Lagipula, “jujur” dan “kurang jujur” ini sebenernya ngga selalu karena kesengajaan internal dan manajemen melakukan “permainan”, namun karena memang pada dasarnya isi pos pos tersebut bisa sedikit “menipu”. Bisa karena memang nature dari pos pos atau komponennya, bisa karena standar akuntansi. Salah baca, salah paham, salah semuanya. Begitu.

Oke, kali ini langsung ke yang “jujur” dulu. Yang “kurang jujur” masuk minggu depan. Setidaknya, saya mengidentifikasi 4 pos atau komponen utama yang “jujur” di laporan keuangan.

Pertama, kas dan setara kas. Pos ini simpel, dimana hanya menghitung jumlah uang yang tersedia di rekening bank, deposito dan khasanah (tempat penyimpanan, dalam bentuk tunai/cash). Dengan demikian, hampir dipastikan pos ini mendekati 100% “jujur”. Selain karena memang hanya menghitung yang faktanya terlihat (bukan asumsi) dan biasanya merupakan hasil bersih dari siklus cashflow - yang bisa dibilang “jujur” juga, pos ini biasanya berkaitan dengan catatan pihak eksternal yang bisa memverifikasi kebenaran angkanya. Pihak eksternal itu adalah bank, yang menyimpan catatan transaksi secara detail. Selain itu, klausul dalam rekening bank bahwa catatan bank adalah catatan yang dianggap benar jika ada selisih, menjadikan bahwa pos ini bisa diandalkan dan dipercaya.

Kedua, investasi di obligasi dan saham yang data datanya bisa juga diakses publik. Investasi di laporan keuangan ada 2 : investasi yang sifatnya tidak likuid maupun investasi di entitas asosiasi yang tidak ada data publiknya, dan investasi yang sifatnya likuid, diperdagangkan oleh publik dan memiliki data publik. Dalam standar akuntansi, yang kedua ini berada di level 1 pengukuran nilai aset keuangan. Contoh sederhananya seperti obligasi yang tercatat di bursa saham, obligasi pemerintah dan saham perusahaan Tbk. Dengan data yang bisa diakses publik, maka angka angka terkait investasi ini bisa dibilang “jujur”, dan publik bisa memverifikasi maupun menghitung sendiri angka angkanya.

Ketiga, pos pos terkait hutang. Pos yang satu ini bisa dibilang memiliki tingkat “kejujuran” yang mayan tinggi. Asumsinya, memotong piutang - yang dimana keputusannya dibuat oleh perusahaan itu sendiri - akan lebih mudah dibandingkan memotong hutang. Hampir tidak ada yang bisa dan mau memotong hutang, kecuali kalau tidak karena 2 hal : hubungan perusahaan berelasi dan hasil dari restrukturisasi hutang yang disetujui oleh kreditur-pengadilan. Itupun pasti ada drama drama sebelum hutang tersebut dipotong (alias ribut ribut) dan disisi kreditur atau pemberi pinjaman/yang mengutangi mereka sudah “berkorban” dari sisi keuangan mereka (berupa pencadangan kredit).

Namun, diantara berbagai hutang : hutang pajak, hutang usaha dan hutang bank, menurut saya yang paling “jujur” adalah hutang bank dan hutang pajak. Untuk hutang atau kredit bank, tentu jawabannya mirip dengan kas setara kas tadi. Selain itu, karena kredit bank ini biasanya keluar dengan hati hati (ada jaminan, record dsb) dan atas masalah masalahnya ditangani dengan hati hati, maka hutang bank ini bisa dibilang paling bisa diandalkan. Sementara hutang pajak adalah hutang yang berkaitan dengan pemerintah, sehingga resikonya tentu akan serius.

Keempat dan yang terakhir adalah cashflow atau arus kas. Bagian dari laporan keuangan ini definisi “jujur” karena memang menganut sistem cash basis dalam pelaporannya. Bagian ini hanya mencatat uang masuk dan keluar (yang bener bener real masuk keluar) dan pencatatannya relatif sederhana dibandingkan laba rugi. Selain itu, perubahan atas siklus cashflow (arus kas operasi - arus kas investasi - arus kas pendanaan) akan menghasilkan angka yang mempengaruhi pos kas setara kas. Artinya hubungan keduanya ini bisa juga dibuktikan melalui catatan bank, karena apa yang terjadi di cashflow sebenernya adalah cerminan apa yang terjadi di rekening bank maupun kas yang dimiliki perusahaan.

Intinya, pos pos yang “jujur” disini biasanya berkaitan dengan pencatatan yang lebih sederhana, berkaitan dengan pihak lain yang punya kredibilitas (bank, pengadilan dan pemerintah) dan berkaitan dengan hal hal yang pembuatan keputusan akhirnya, yang menggerakkan, kebanyakan bukan perusahaan tersebut - ada pihak eksternal seperti konsumen dan supplier. Namun demikian, tetap ada potensi celah yang mungkin saja terjadi. Misalnya dalam arus kas investasi yang keputusan pengeluaran uangnya sepenuhnya bergantung kebijakan manajemen atau internal perusahaan.

Bagian berikutnya, pos yang “kurang jujur” di minggu depan.

Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.

$IHSG $BBCA $BTPS $NISP $BBRI

Read more...

1/2

testes
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy