Hak Kekayaan Intelektual $DGWG
DGWG ini punya empat segmen utama yaitu pestisida, pupuk, perlengkapan dan peralatan pertanian, serta distribusi.
Pertama, segmen pestisida. Di tahun 2021, penjualan pestisida DGWG mencapai sekitar Rp1,37 triliun. Lumayan besar. Tahun 2022, angkanya naik sedikit jadi Rp1,44 triliun. Tapi sayangnya, di tahun 2023 penjualan turun ke Rp1,19 triliun, dan sampai pertengahan 2024 hanya mencapai Rp523,9 miliar. Jadi, ada tren penurunan nih sejak 2022. Mungkin karena persaingan yang ketat atau faktor lain seperti perubahan iklim yang mempengaruhi permintaan. Ini ibarat Pak Toto jualan bakso di kompleks perumahan Ambasador Emerald lalu tiba - tiba datang pesaing baru, Pak Budi. Margin jualan bakso langsung menipis https://bit.ly/45FDAJu
Kedua, segmen pupuk. Segmen ini pesat banget perkembangannya. Di 2021, penjualan pupuk hampir gak ada, tapi di 2022 langsung melejit ke Rp209,8 miliar. Gak berhenti di situ, di 2023 penjualannya meledak sampai Rp1,72 triliun. Hingga pertengahan 2024, udah mencapai Rp913,3 miliar. Ini menunjukkan pertumbuhan yang gila-gilaan. Kemungkinan besar karena ekspansi besar-besaran atau akuisisi perusahaan pupuk lain, jadinya segmen pupuk sekarang jadi penyumbang pendapatan terbesar buat DGWG. Upgrade skill berkat pupuk https://bit.ly/3YGX6Dc
Ketiga, segmen perlengkapan dan peralatan pertanian. Di 2021, penjualannya kecil banget, cuma Rp14,7 miliar. Tahun 2022 naik signifikan ke Rp52,9 miliar, dan di 2023 sedikit naik lagi jadi Rp58,5 miliar. Sampai pertengahan 2024, penjualan ada di angka Rp32,3 miliar. Meskipun kontribusinya gak sebesar segmen lain, tapi segmen ini penting untuk melengkapi produk yang ditawarkan ke petani, biar mereka bisa dapet semua yang mereka butuhin dari satu tempat.
Keempat, segmen distribusi. Di 2021, segmen ini belum aktif. Tapi mulai 2022, penjualan dari distribusi muncul dengan angka Rp70 miliar. Lalu di 2023, penjualannya meroket ke Rp616,9 miliar. Hingga pertengahan 2024, udah mencapai Rp323,5 miliar. Ini menunjukkan kalau DGWG serius dalam memperluas jaringan distribusinya, mungkin dengan membuka cabang baru atau kerjasama dengan distributor lokal, sehingga produk mereka bisa lebih mudah dijangkau oleh konsumen di berbagai daerah. Upgrade Skill juga lewat distributor https://bit.ly/3OZWjZR
Dari 2021 ke 2024, DGWG mengalami pertumbuhan pesat terutama di segmen pupuk dan distribusi. Segmen pestisida mengalami sedikit penurunan, jadi mungkin perlu strategi baru di situ. Dengan diversifikasi bisnis yang mereka punya, DGWG berusaha tetap kompetitif di industri pertanian Indonesia.
Hak Kekayaan Intelektual DGWG
1. AMANI - Berlaku hingga 21 April 2031
2. DEJAVU - Berlaku hingga 21 April 2031
3. DURANDAL - Berlaku hingga 2 Mei 2033
4. GASTLY - Berlaku hingga 1 Agustus 2033
5. GLOCK - Berlaku hingga 2 Mei 2033
6. HARUMY - Berlaku hingga 21 April 2031
7. HATORY - Berlaku hingga 1 Agustus 2033
8. MASSEUS - Berlaku hingga 1 Agustus 2033
9. MEDUSA - Berlaku hingga 2 Mei 2033
10. OCTO - Berlaku hingga 2 Mei 2033
11. ODDISH - Berlaku hingga 1 Agustus 2033
12. PLUTON - Berlaku hingga 17 Juni 2032
13. RIFEL - Berlaku hingga 2 Mei 2033
14. SADAKO - Berlaku hingga 2 Mei 2033
15. THEMIS - Berlaku hingga 2 Mei 2033
16. TORETO - Berlaku hingga 1 Agustus 2033
17. TRIFASTA - Berlaku hingga 17 Juni 2032
18. XAVIER - Berlaku hingga 1 Agustus 2033
19. ZOAN - Berlaku hingga 28 April 2031
Ini HAKI DGWG mirip tokoh film horor Sadako dan Toreto Fast Furious. Pluton dan devil fruit Zoan One Piece dan Glock senjatanya Sambo.
Ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan. Pertama, tingkat utang yang tinggi. DER (Debt to Equity Ratio) mereka per 30 Juni 2024 mencapai sekitar 233%, artinya utang mereka lebih dari dua kali lipat modal sendiri. Ini bisa jadi tanda bahwa perusahaan memiliki risiko keuangan yang cukup besar, terutama kalau kondisi ekonomi memburuk atau suku bunga naik.
Kedua, penurunan laba bersih yang signifikan. Di tahun 2023, laba bersih DGWG turun drastis dibanding tahun sebelumnya. Dari laba bersih Rp144 miliar di 2022, turun jadi hanya Rp19,9 miliar di 2023. Penurunan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan biaya operasional, fluktuasi nilai tukar, atau efisiensi yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan sedang mengalami tekanan. https://bit.ly/3OZWjZR
Ketiga, valuasi saham yang tinggi. Saat kita hitung PER Ratio (Price to Earnings Ratio) berdasarkan data IPO, angkanya sangat tinggi, yaitu antara 141 kali hingga 208 kali. Ini menunjukkan bahwa saham DGWG mungkin dihargai terlalu mahal (overvalued) dibandingkan dengan rata-rata industri. Investor mungkin akan berpikir dua kali sebelum berinvestasi dengan valuasi setinggi ini, apalagi jika kinerja keuangan perusahaan tidak sejalan dengan ekspektasi.
Keempat, ketergantungan pada bahan baku impor. DGWG banyak mengimpor bahan baku untuk produksi pupuk dan pestisida. Ini membuat mereka rentan terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing seperti USD dan CNY. Jika Rupiah melemah, biaya impor bahan baku akan naik, yang bisa menekan margin keuntungan perusahaan. Selain itu, adanya risiko gangguan pasokan global juga bisa mempengaruhi operasional mereka. https://bit.ly/3OZWjZR
Terakhir, persaingan yang ketat di industri pertanian. Industri ini memiliki banyak pemain, baik lokal maupun internasional. Persaingan harga, inovasi produk, dan penetrasi pasar menjadi tantangan tersendiri bagi DGWG. Jika perusahaan tidak mampu berinovasi atau meningkatkan efisiensi, mereka bisa kehilangan pangsa pasar. Ditambah lagi, perubahan regulasi pemerintah terkait pertanian dan lingkungan bisa berdampak pada operasional dan biaya perusahaan.
DGWG memiliki utang dari beberapa bank besar di Indonesia, yaitu:
Bank CIMB Niaga $BNGA
Bank UOB Indonesia
Bank Permata $BNLI
Bank Maybank Indonesia $BNII
Utang tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti modal kerja, investasi konstruksi, pembelian peralatan (equipment financing), dan pembiayaan syariah (musyarakah). Fasilitas pinjaman ini diberikan baik kepada perusahaan induk maupun entitas anaknya, yaitu PT Dharma Guna Wibawa (DGW), PT Fertilizer Inti Technology (FIT), PT Dharma Persada Indonesia (DPI), dan PT Semesta Alam Sejati (SAS).
Kompetitor langsung dari $BISI.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2