Era valuasi rendah dan dividend yield yang tinggi
Salah satu fenomena yang saya perhatikan beberapa tahun belakangan ini adalah valuasi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pandemi Covid-19 yang disusul oleh ketidakstabilan kondisi geopolitik mungkin bisa dibilang sebagai pemicunya. Kondisi ekonomi yang 'soft' juga bisa jadi memberikan andil.
Di sisi lain, kita bisa melihat bahwa masih cukup banyak perusahaan yang bisa tumbuh labanya dengan baik. Salah satu ekses kombinasi antara valuasi yang rendah dengan pertumbuhan laba yang stabil adalah peningkatan dividend yield. Saat ini, dengan mudah kita bisa menemukan saham-saham dengan dividend yield yang tinggi dan bahkan melebihi return ORI atau SRI. Saya membuat ilustrasi pada 35 emiten yang rajin membagikan dividen selama 20 tahun terakhir, Bisa dilihat di lampiran. Apakah ini akan permanen atau hanya temporer?
Fenomena ini memang bisa menimbulkan penafsiran yang berbeda antar pelaku pasar.
Ada yang memandang fenomena ini adalah pertanda bahwa kondisi fundamental perusahaan sudah tidak berkorelasi dengan harga sahamnya. Di sisi lain, ada juga yang memandang bahwa fenomena ini adalah bagian dari siklus biasa saja.
Saya jadi teringat dengan ilustrasi sederhana yang diberikan oleh Vishal Kandelwal mengenao siklus value investing. Silakan lihat ilustrasinya di bagian lampiran.
Ketika value investing efektif, akan banyak orang yang tertarik pada saham-saham value karena terlihat bisa memberikan keuntungan. Hal ini akan menyebabkan harga saham value akan meningkat sampai pada satu fase ketika sudah sedikit sekali terdapat saham yang murah.
Ketika harga saham sudah mahal, value investor akan mulai mundur ke belakang karena tidak banyak peluang investasi yang tersedia. Seiring dengan waktu, entah karena laba yang terus tumbuh atau harga saham yang terkoreksi, saham-saham value mulai bermunculan kembali. Hal ini membuat para value investor bermunculan kembali.
Dan siklus tersebut akan terus berlanjut terus menerus.
Permasalahannya adalah kita tidak bisa mengetahui dengan pasti seberapa lama sebuah fase dalam siklus tersebut akan berlangsung. Bisa sebentar, bisa juga lama.
Fase yang berlangsung cukup lama bisa mengakibatkan adanya persepsi bahwa kondisi jangka pendek adalah sebuah kelaziman yang berlaku sepanjang waktu. Salah satu contohnya adalah decoupling sementara antara harga dan value.
Saya melihat saham sebagai kepemilikan atas suatu bisnis dan melakukan analisis berdasarkan sudut pandang tersebut. Dan business value akan menjadi pertimbangan utama saya dalam mengambil keputusan investasi.
Tentu saja banyak orang yang memilki pandangan berbeda dan itu wajar-wajar saja.
Dinamika investasi memang seperti itu. Tanpa adanya perbedaan pendapat, kita akan kesulitan untuk mendapatkan peluang yang bagus.
Yang penting, enjoy aja lah 馃榾
$IHSG
1/3