Pertumbuhan bisnis jangka panjang itu terkadang tidak semulus jalan tol
Salah satu hal yang rutin saya lakukan adalah mencari saham-saham yang bisa tumbuh dalam jangka panjang.
Terdapat beberapa kategori perusahaan yang bisa seperti itu di masa depan.
Yang pertama dan paling sederhana adalah perusahaan yang secara historis dalam jangka panjang tumbuh stabil dan memiliki kinerja yang baik.
Asumsinya, perusahaan seperti ini telah memiliki basis pelanggan yang kuat serta telah memiliki pengalaman mengelola bisnis dengan baik dalam jangka panjang. Dengan bermodalkan kedua hal tersebut, saya berharap kinerjanya tetap stabil di masa mendatang.
Namun kita juga harus menyadari bahwa bisnis seperti halnya manusia juga mengalami fase-fase alamiah yang tak terhindarkan. Ketika perusahaan sudah menjadi terlalu besar, potensi untuk tumbuh akan menurun.
Akan sangat menarik jika kita coba mempeljari case $UNVR . Setelah tumbuh stabil sekian lama, bisnisnya mulai melewati masa maturity dan menurun. Apakah UNVR akan bisa kembali bangkit? Only time will tell.
Jika menganalisis saham seperti ini, kuncinya adalah mengetahui apakah langkah strategis manajemen mampu membuat bisnis tetap relevan dan bisa membuat perusahaan tetap berada dalam jalur pertumbuhan.
Yang kedua adalah perusahaan yang relatif masih muda dan ukurannya relatif kecil (small to medium). Jika memiliki produk yang bagus dan manajemen yang mumpuni, perusahaan seperti ini akan memiliki ruang untuk tumbuh yang sangat luas. Tidak jarang kita akan melihat labanya bisa tumbuh > 20% per tahun.
Namun kita harus memahami bahwa perusahaan seperti ini juga memiliki kemungkinan kegagalan yang cukup besar.
Pada beberapa kasus, saya menemukan bahwa permasalahannya terdapat pada ketidaksiapan sistem internal perusahaan. Akibatnya adalah pengelolaan modal kerja yang buruk serta kegagalan untuk mengendalikan biaya operasional.
Jika permasalahan tersebut tidak cepat ditangani, perusahaan bisa kehilangan momentum pertumbuhannya dan berakhir menjadi perusahaan mediocre saja.
Permasalahan lain yang pernah saya temui pada perusahaan seperti ini adalah kegagalan dalam mempersiapkan modal yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya. Akibatnya perusahaan harus menambah modal secara eksternal.
Yang ketiga adalah perusahaan besar yang berhasil kembali bangkit setelh restrukturisasi atau menemukan bisnis baru yang potensial.
Jika restrukturisasi berhasil, perusahaan akan kembali sehat bisnisnya (turnaround). Namun jika masih berada dalam bisnis yang sama, belum tentu perusahaan akan bisa melanjutkan pertumbuhannya (karena ukurannya sudah terlalu besar juga).
Namun ada kata-kata Warren Buffett yang perlu kita ingat: "Turnarounds seldom turn."
Tidak banyak perusahaan yang berhasil melakukan restrukturisasi. Walaupun memang jika berhasil, bisnisnya akan kembali sehat dan harga sahamnya akan dengan cepat meningkat.
Pada kasus lain, perusahaan juga bisa kembali tumbuh jika berhasil menemukan bisnis baru yang potensial sehingga menciptakan siklus pertumbuhan baru. Sebagai contoh, bagaimana $ADES mulai bangkit pada tahun 2016 dan merevitalisasi kembali bisnisnya.
Kasus lainnya yang bisa kita temui adalah $ICBP yang pada tahun 2015-2016 mulai stagnan pertumbuhannya. Untuk memecah kebuntuan, ICBP melakukan akuisis terhadap Pinehill untuk memperluas pasar di Timur Tengah. Harga yang dibayar tidak murah. Apakah pertumbuhannya ke depan akan sebanding dengan tambahan hutang untuk membiayai transaksi tersebut? Mari kita pantau bersama-sama.
Namun kita harus lebih berhati-hati jika bisnis barunya berada di bidang yang berbeda dengan core business sebelumnya. Apakah perusahaan memiliki core competence yang cukup pada bisnis barunya tersebut?
Bisnis yang baru bisa berpotensi menjadi diworsification dan memperburuk kondisi perusahaan.
Untuk memahami permasalahan ini, coba untuk mendalami kasus $MDRN ketika mulai membuka franchise 7-Eleven beberapa tahun lalu. Apa pelajaran yang bisa kita dapatkan?
Catatan akhir:
Perusahaan akan mengalami berbagai kondisi ekonomi, baik maupun buruk sehingga sangat mungkin dalam jangka pendek akan terpengaruh kinerjanya.
Perusahaan yang memang 'wonderful' akan bisa bangkit kembali dan melanjutkan pertumbuhan bisnisnya.
Oleh karena itu, kondisi ekonomi yang buruk bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk menguji ketangguhan suatu perusahaan. Apakah akan bisa survive atau malahan terus terpuruk?
Disclaimer: Tuisan ini adalah media edukasi dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham.
Mari ngopi dulu di pagi hari yang cerah ini 馃榾鈽曪笍
$IHSG