PASSIVE INVESTING DI INDONESIA MUDAH - TINGGAL BELI SAHAM LQ45:
Postingan ini panjang, jangan dibaca.
Disini saya sharing insights tambahan mengenai indeks IHSG & LQ45 - kali ini juga ada beberapa grafik yg saya bagikan. Bagi yg mau membaca tulisan saya, enjoy.
Investasi di pasar saham Indonesia itu tidak mudah. Mau investasi tenang dengan cara menaruh duit di indeks big-cap dan "aman" secara pasif seperti LQ45?
Mau untung malah buntung ya guys.
Seperti yg telah saya tulis di postingan sebelumnya (https://stockbit.com/post/16528381), performa LQ45 YTD jomplangnya besar sekali versus indeks umum IHSG. Per akhir November, LQ45 YTD turun -12%, atau jeblos 6x lebih parah dibanding IHSG yg turunnya hanya -2%.
Indeks LQ45 terakhir kali ngejomplang gede versus IHSG itu tahun 2021. Bedanya waktu itu IHSG sedang rally besar2an, imbas dari deras masuknya dana investor gegara jaman Covid (dan ketika dunia, termasuk Indonesia, masuk ke dalam era percepatan digitalisasi).
Jaman Covid waktu itu bikin banyak orang berdiam di rumah/gak berani keluar rumah utk spending, alhasil punya banyak duit nganggur di rekening, dan banyak yg masukin ke pasar saham IHSG.
Banyak kasus scam robot trading juga terjadi di periode ini karena banyak duit nganggur.
Di tahun 2021 itu IHSG naik 10%, tapi LQ45 malah turun -0.4%. Artinya ada jomplang 10% lebih.
Di tahun 2024 sekarang (sampai dengan akhir November), IHSG turun -2%, tapi LQ45 jeblosnya -12%. Lagi2 ada jomplang 10%-an juga.
Kasian LQ45 - pas market naik, dia ga dapet berkah. Tapi pas turun, dia dapet semua ampasnya.
Biasanya dalam kondisi tahunan yang normal, perbedaan antara IHSG dan LQ45 itu ada di sekitar 200-300 basis poin (bps), atau selisih hanya 2-3% an.
Dan dalam 10 tahun terakhir, LQ45 hanya pernah menang melawan IHSG 3x (di tahun 2015, 2017, dan 2019), artinya win rate nya cuma 30%. Cukup buruk.
Kalau win rate dari passive investing di saham indeks big-cap seperti LQ45 hanya 30%, artinya orang2 yg benar2 ingin menang di bursa mau ga mau harus "berkelana" di luar indeks LQ45.
Nah, berkelana di luar indeks LQ45 ini banyak jebakan batman. Ada banyak peluang tetapi ada banyak perangkap juga. Disini orang2 akan diuji mentalnya, strateginya, eksekusinya, dan kesabarannya - yg tidak kuat pasti akan muntah dan mungkin keluar dari saham Indonesia selamanya.
Jadi kalo ada yg sombong bilang investasi di pasar saham Indonesia itu mudah, coba dipikirkan kembali. Karena faktanya tidak begitu (jika anda mau bertarung secara adil ya, bukan insider dll).
Secara likuiditas, kondisi pasar saham kita juga tidak ada pertumbuhan yang berarti jika kita melihat 5-10 tahun ke belakang.
Jumlah nilai transaksi pasar saham, jika anda lihat dari data BEI, secara absolut memang ada pertumbuhan yang signifikan - nilai transaksi di BEI pada tahun 2014 senilai IDR 1,453 T, naik menjadi IDR 2,551 T pada 10 bulan pertama tahun ini.
Tetapi apakah anda sadar IHSG kita juga mengalami lonjakan signifikan dari segi jumlah perusahaan yang melantai di bursa? Tahun 2014 kita hanya mempunyai 506 perusahaan tercatat, sekarang jumlah tsb telah menjadi 938 perusahaan tercatat.
Ditambah lagi banyak perusahaan abal2 yg IPO akhir2 ini yg pada dasarnya tidak bisa dijadikan sebagai instrumen investasi.
Ini artinya walaupun ada kenaikan nilai transaksi di IHSG secara absolut, secara relatif tidak ada pertumbuhan yg berarti (lihat grafik).
Pilihan saham banyak, tetapi tidak cukup darah mengalir ke seluruh organ tubuh.
Sebuah "LUXURY" dan "PRIVILEGE" jika ada saham/sektor yang sedang BASAH di IHSG. Likuiditas sendiri lah yang bisa mendongkrak kinerja saham2 di bursa efek.
"Ya udah kalo misal kinerja LQ45 jelek, kan kita bisa juga beli produk2 reksadana saham yg lain buat passive investing"
Hohoho jangan bercanda yach kamu. Saya kalo jabarin kinerja reksadana saham dari para MI di Tanah Air disini, kita semua malu berat bang. Wkwkkw.
Jadi solusi nya gimana?
RESPECT THE FLOW.
Respect the flow berarti jadi seperti "herding behavior" donk?
So what?
Anda makan sehari 3x bisa dibilang rakus.
Anda olahraga setiap hari bisa dibilang gym-freak.
Anda bekerja dengan giat di kantoran bisa dibilang workaholic.
Anda sholat/berdoa rutin tiap hari bisa dibilang fanatik.
So what?
Sebuah koin selalu ada dua sisi.
Pertanyaannya adalah, anda sendiri mengerti tidak kenapa harus "respect the flow"? Mengapa tagline ini relevan di pasar saham Indonesia?
Pasar saham Indonesia itu dibentuk dengan struktur "long-only" saja - yaitu beli, simpan, kemudian jual dengan harapan harga di masa depan itu bisa lebih tinggi dibanding harga beli di masa lampau. Artinya, struktur pasar ini mewajibkan orang yang ingin menang untuk membeli saham2 yg mempunyai probabilitas tinggi utk naik (yang dimana hal tsb sudah tentu perlu disertai dengan aktivitas transaksi jual beli yang memadai), utk ia bisa jual di kemudian hari.
Gimana caranya beli saham yg mempunyai probabilitas tinggi utk naik kalau aktivitas transaksinya saja tidak ada??
...........
...........
...........
Coba saya jelaskan sekali lagi.
Anda bertarung di pasar berstruktur "long-only" yang dimana anda hanya bisa meraup untung jika harga saham anda naik. Utk harga saham naik, anda harus bisa menemukan pembeli berikutnya yang berminat membeli barang anda di harga yg lebih tinggi. Tetapi masalahnya anda sukanya beli saham yg tidak ada pembeli berikutnya.
Anda yakin anda mengerti arena pertarungan anda seperti apa?
Bagi orang yg suka beli saham sepi di pasar berstruktur "long-only" saja, saya rasa anda salah kaprah. Jangan keseruan baca buku investasi barat, karena pasar mereka bisa shorting dengan masif, jadi bisa meraup untung jika harga saham malah turun. Di Indonesia tidak begitu. Di Indonesia itu cara utk menang hanya ada satu: HARGA SAHAM ANDA HARUS NAIK.
Itu saja. Titik.
Saya sebenarnya ada contoh2 saham value dan berfundamental, tetapi harga sahamnya tidak naik2 selama beberapa tahun terakhir ini. Tapi saya rasa lebih baik tidak usah ditulis disini.
Karena sebenarnya tujuan kita masuk ke bursa saham itu apa sih?
Jadi profesor dengan IQ tertinggi? Jadi hakim yg suka nunjuk2 orang dan menjatuhkan vonis? Jadi pemegang rekor Guinness World Record sebagai orang tersabar sepanjang abad?
Atau demi sesuatu yg sebenarnya sangat sederhana - mencari untung?
Back to struktur market kita yg notabene hanya bisa long-only - walaupun sekarang sudah diperbolehkan utk "short-selling", tetapi utk saat ini secara praktik masih sangat kecil, apalagi di kalangan retail. Pilihan2 saham yg bisa di short-sell pun juga masih sangat terbatas (utk daftar Desember 2024, hanya terdapat 10 saham yg bisa di short-sell: ASII, BBCA, BMRI, BBNI, BBRI, BRPT, BUKA, MBMA, SMRA, TLKM).
Ini udah dikurangin secara drastis dari daftar short-sell sebelumnya yang ada lebih dari 100 nama setelah FGD dengan para bandar Tanah Air wkwkwk.
10 saham dari total 938 saham itu hanya 1% guys.
Ini namanya ga niat utk dilanjutin dari pihak otoritas.
Investasi saham di Indonesia itu menurut saya susah susah gampang. Ada kala dimana kita harus punya pendirian kuat dan "diamond hands", tetapi ada juga kala dimana kita harus bisa fleksibel dan berani gerak cepat utk mengambil kesempatan. Semua hal ini kita lakukan dengan catatan selalu memperhatikan kondisi likuiditas di saham/sektor tsb.
Saya rasa kita gak perlu jatuh cinta dengan saham apapun. Saham gak kenal kita, dan tidak peduli juga kita mau jual atau beli dia.
Kita harus hanya setia kepada satu hal - untuk nilai portofolio kita terus tumbuh.
Kalau kita tidak suka dengan cara kerja/sistem di bursa ini, maka kita harus coba mengubahnya. Tetapi jika kita tidak sanggup mengubahnya, ya kita harus belajar berteman dengannya. Cari tahu bagaimana cara mainnya.
Karena pada akhirnya kita yang butuh mereka, bukan mereka yang butuh kita (ya sebenarnya idealnya harus saling membutuhkan wkwk).
CMIIW via DM.
Kolom komentar saya matikan karena banyak orang stress disini.
$IHSG $LQ45 $BBRI $TLKM $BREN
1/4