biasanya yg tebar fear itu, org2 yg pengen nadah di harga murah. pengalaman bbrp taon ke belakang, bnyk member SB yg getol tebar fear. artinya mereka selain perhatian, juga pengen nadah barang. ketika barang dah di tangan mereka, lihatlah, mereka akan cenderung senyap, bahkan bela mati2an atau cari pembenaran. atau kalau pas rebound dan gak punya barang, biasanya saking gak sanggup tahan malu, mereka kabur, menghilang bak di telan bumi, atau mungkin blagak gila atau amnesia. 馃槤馃馃榿
I don't give a shit lah. kita mah doyannya ngudut aja dan menyemangati investor/apestor/calon bagger $GGRM $HMSP $WIIM $RMBA $IHSG biar mereka tau, kalo saham yg mereka hold itu, perusahaan masih PD dan keluarin produk-produk baru dgn harga terjangkau di kantong masyarakat perokok. Itu pabrikan masih ttp sustain dan produknya msh banyak penggemarnya.
Daya beli naik, cth: pengusaha minta naik UMR <3%, buruh minta 8%, menaker ajukan 6%, Mr. Prabowo tercinta ketok palu 6,5%. apa artinya? Rezim pemerintah skrg ga bego, mereka sadar daya beli masyarakat Indo dah rada mencemaskan, dulu sblm rezim Pak Jokowi, kenaikan UMR rata-rata 2 digit. Pas abis Covid, digencet terus daya beli masyarakat sampai pada mencret.
Rezim pemerintah sekarang sadar, pabrikan rokok legal selama ini termasuk sangat nasionalis, setor cukai dan pajak bukan main gedenya, kontribusi sangat besar. gak boleh dimetongin gitu aja. Ini angsa emas yg perlu dilestarikan. Maka dari itu kebijakan skrg tujuannya untuk reversal dampak negatif 5 tahun rezim Pak Jokowi. Dan tentunya Bu Sri Mulyani dan anak buahnya gak bodoh-bodoh amat. Cukai gak dinaikkan, HJE disesuaikan, buat perkecil gap pabrikan besar, menengah dan kecil. Fyi, buat yg jago udut taulah, pabrikan besar punya kualitas rasa, sangat tidak diragukan lagi. Nah, kalo harga sama, ngapain pilih dari pabrikan kelas 2, 3 dll. mending pilih dari pabrikan Top Lah. Dengan demikian, target cukai pemerintah bs tercapai, industri tetap berkelanjutan.
Industri rokok legal yg berkelanjutan, sama saja menyelamatkan pendapatan cukai 200 triliunan, dan ekosistem supply chain senilai 400 triliunan, tempat berkarya bagi 6 juta orang (petani, buruh, toko kelontong, pengusaha, ASN, dll). Dan asal tau aje ya, tembakau dan cengkeh itu adalah comparative advantage murni yg dimiliki Indonesia tanpa perlu sokongan asing, dengan swasembada lokal aja, bisa hidup. Terlebih pemerintah gak mau matikan UMKM yg banyak disokong perusahaan besar itu, contoh: SRC dr HM Sampoerna. Driver besar semacam itu diperlukan pemerintah untuk menggerakkan perekonomian UMKM yg merupakan fondasi penting RI buat hadapi krisis. Ketika krisis 1998, perusahaan besar duluan yg kolaps, UMKM tetep lancar jaya.
Pemerintah RI banyak PR, gak bs dan gak akan sanggup menggerakkan ekonomi negara ini sendiri, apalagi kelonin UMKM dan mata rantai ekonominya, makanya mereka perlu swasta, termasuk industri rokok. Dengan demikian, kebijakan absurd rezim Pak Jokowi perlu di reverse, jika tak mau gejolak sosial, instabilitas ekonomi (atau gak mau dibilang kolaps) dan kehancuran politik terjadi.
Biar kate pada tebar fear, tertawalah, karena calon bagger perlu "meminjam tenaga bacot org lain" untuk mencapai tujuan masing-masing, ulur waktu panjangan, kans untuk nadah di harga diskon (ops, para penebar fear akan makin gencar neh). Makanya beli cicil, jangan sekaligus ceburin semua. Dollar cost averaging. Ntar juga para penebar fear capek. Ingat mereka itu manusia, manusia itu psikisnya bs goyah dan berubah. Manusia itu dinamis pola pikirnya.
salam santai, udud Gartek (Garpit versi Kretek non Filter), Surya Nusantara Raya and Magnum Kretek bersama kopi item + Gorengan. 馃檹馃檹