@achmadaw ya benar, maap agak panjang nih..
memang backbone revenue industri media adalah iklan. Sejak kebijakan ASO, habis lah mereka itu. Makanya harus geber di platform digitalnya (Vidio app atau website).
Karena ibu2 bapak2 masih bisa nonton sinetron di SCTV & entertain di Indosiar secara gratisan via Vidio app atau website, maka masih bisa dapat tayangin iklan dari sono (in-show maupun adsense, atau iklan banner, ticker dll).
saya lihat manajemen $SCMA sudah berusaha sebaik mungkin untuk tetap survive & pertahanin kinerja yg baik. Kinerja baik sekali malah.. seinget saya gak pernah net loss kuartalan sejak ASO. Neraca tetap Net Debt negatif (cash gede, utang kecil).
Di 2024 ada segmen marketing services buat extra income & enabler. Maksudnya, mereka jadi bisa bundling konsumen kecil2 ke segmen konten & digital, yg sifatnya customized ke kelompok target audience di app & websitenya Vidio. Ini namanya "targeted ads". Kalo saya jadi mereka, saya akan ngelakuin hal yg sama. KENAPA?
Karena mass marketing cenderung targetnya ke audience golongan menengah bawah. Yg mana lagi ngalamin pelemahan daya beli.
Solusinya "targeted ads" tadi. Makanya segmen itu dinamakan "enabler", karena segmen jasa marketingnya "memampukan" klien untuk advertise juga di platform.
Lumayan tuh, baru dikonsolidasi udah hasilin Rp50milyar tahun ini.
Sisanya kinerja naik karena efisiensi segmen digital & eliminasi jauh lebih sedikit. Eliminasi jauh lebih sedikit, karena pendapatan antar segmen kompak berkurang di seluruh segmen.
Perihal laba keuangan, suatu hal yg wajar sih dalam bisnis. Kalo laba keuangan sudah mencapai rasio 40:60 terhadap laba operasional, barulah kita evaluasi ulang bisnisnya.
Semoga cukup jelas kenapa SCMA layak invest jangka panjang 馃檹 Semoga GCG jg.
related $MNC $BMTR $NETV $TMPO