APA YANG TERJADI JIKA SEBUAH EMITEN MENGALAMI ARA ATAU ARB TIGA HARI BERTURUT-TURUT
*Sejarah dan Alasan Dibalik Mekanisme ARA dan ARB di Pasar Saham Indonesia
Teman fenomena ARA dan ARB pada sebuah emiten menjadi catatan tersendiri bagi proses pematangan investor maupun trader.
Scalper seperti saya atau day trader adalah pemburu emiten ARA tentu siap dengan risiko besar dibawa menyelam harga saham tapi juga nggak boleh jumawa ketika meraih keuntungan.
Mirip mental pemain PUBG ketika berhasil menembak banyak musuh dan tersisa satu pemain tinggal selangkah kemenangan ternyata pemain terakhir lebih jago dan mengalahkan kita.
Nggak boleh baper, biasa aja.
Ya berarti perlu belajar lagi agar lebih jago.
Misal main saham gorengan setelah mengukur kemampuan, wah berani nih di angka rupiah sekian untuk scalping jadi ketika kita salah entry masuk dan rugi, ya sudah kemungkinan baper kecil karena secara mental siap dan memang sudah mengalokasikan dana.
Scalper biasanya mencari saham-saham gorengan dan sudah siap mental bila dibawa ARA atau malah ARB di hari yang sama.
Sementara bagi investor yang cenderung mencari emiten berfundamental baik juga harus siap bila sebelumnya harga emiten yang dibeli sejak lama naik perlahan kok tiba-tiba ada sentimen tertentu, atau peristiwa tertentu dibawa terjun.
Apalagi sudah bisa memprediksi bakal dibawa terjun seperti $ADRO yang melepas $AADI.
Hari ini diramalkan masih ARB, nah jeda Sabtu Minggu apakah berdampak, apakah Senin nanti juga bakal ARB atau malah ada kejutan dari manajemen di hari Sabtu Minggu mengeluarkan sesuatu yang hebat sehingga Senin nggak akan ARB.
Kita lihat, saya memang kurang tertarik dengan ADRO tapi seneng jadi penonton aja
ADRO cocok untuk investor, untuk scalper butuh emiten-emiten kecil harga murah dan volatilitas tinggi.
Kita pantau terus ADRO, sekarang kita ke topik utama.
1. Apa itu ARA dan ARB?
Auto Reject Atas (ARA) dan Auto Reject Bawah (ARB) adalah batasan pergerakan harga saham yang diberlakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mekanisme ini membatasi kenaikan (ARA) dan penurunan (ARB) harga saham dalam satu hari perdagangan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
2. Sejarah Penerapan ARA dan ARB
Krisis Moneter 1998:
Pada tahun 1998, pasar saham Indonesia mengalami gejolak besar akibat krisis ekonomi Asia. Harga saham anjlok drastis dalam waktu singkat, yang memicu panic selling di kalangan investor.
Untuk mengatasi volatilitas ekstrem, BEI mulai memperkenalkan sistem pembatasan pergerakan harga harian.
Revisi dan Penyesuaian:
Sejak penerapannya, batas ARA dan ARB telah mengalami beberapa kali revisi, terutama ketika terjadi perubahan signifikan dalam kondisi pasar atau ekonomi global.
Misalnya, selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020, BEI memperketat batas ARB untuk mengurangi tekanan jual di pasar.
3. Alasan Adanya Mekanisme ARA dan ARB
Mekanisme ini diberlakukan untuk menjaga stabilitas pasar dan melindungi investor. Berikut adalah alasan utamanya:
● Mengendalikan Volatilitas Ekstrem
Tanpa batasan, harga saham bisa naik atau turun secara drastis dalam satu hari, menciptakan risiko besar bagi investor.
ARA dan ARB membantu mengurangi gejolak pasar yang disebabkan oleh sentimen spekulatif atau berita mendadak.
● Mencegah Panic Selling dan Euforia Berlebihan
ARB bertujuan membatasi kerugian akibat kepanikan massal (panic selling), yang sering kali dipicu oleh ketakutan irasional.
Sebaliknya, ARA mencegah harga saham melonjak terlalu cepat karena euforia yang tidak didukung oleh fundamental.
● Melindungi Investor Ritel
Investor ritel sering kali lebih rentan terhadap kerugian akibat pergerakan harga yang tidak terkendali.
Mekanisme ini memberi waktu bagi mereka untuk menganalisis situasi sebelum membuat keputusan.
● Meningkatkan Kepercayaan terhadap Pasar
Dengan adanya batasan, investor merasa lebih yakin bahwa pasar tidak akan terlalu mudah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu, seperti pump and dump schemes.
● Cara Kerja ARA dan ARB
Batasan Persentase:
BEI menetapkan batasan ARA dan ARB berdasarkan kelompok harga saham:
Harga ≤ Rp200: Maksimal naik/turun 35%.
Harga Rp200 - Rp5.000: Maksimal naik/turun 25%.
Harga > Rp5.000: Maksimal naik/turun 20%.
(Aturan ini dapat berubah sesuai kebijakan BEI).
BAGAIMANA BILA TIGA HARI BERTURUT-TURUT
☆ ARA TIGA HARI
Ketika saham suatu emiten mengalami ARA selama tiga hari berturut-turut, berikut dampak dan kemungkinan yang terjadi:
● Kenaikan Harga yang Signifikan
Saham akan mengalami kenaikan maksimal yang diizinkan setiap harinya.
Kenaikan ini sering kali dipicu oleh sentimen positif, seperti laporan keuangan yang baik, aksi korporasi (seperti merger atau akuisisi), atau pengumuman kerja sama strategis.
● Minat Investor Meningkat
Lonjakan harga selama tiga hari biasanya membuat saham menjadi sorotan investor ritel dan institusi.
Ada kemungkinan saham ini menjadi trending di pasar, meningkatkan aktivitas perdagangan.
● Potensi Suspensi oleh BEI
Jika kenaikan dinilai tidak wajar atau tidak didukung oleh fundamental yang kuat, BEI dapat menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham tersebut untuk mencegah spekulasi liar.
Suspensi biasanya bertujuan memberi waktu bagi manajemen emiten untuk memberikan klarifikasi.
● Risiko Koreksi
Setelah tiga hari ARA, saham berpotensi mengalami koreksi karena investor mulai merealisasikan keuntungan (profit taking).
☆ ARB TIGA HARI
Sebaliknya, jika saham suatu emiten mengalami ARB selama tiga hari berturut-turut, berikut konsekuensinya:
● Penurunan Harga yang Drastis
Saham akan turun hingga batas maksimal setiap hari, menunjukkan tekanan jual yang sangat besar.
Penurunan ini sering kali disebabkan oleh sentimen negatif, seperti kerugian besar, gagal bayar, isu fraud, atau ketidakpastian ekonomi.
● Panic Selling
Penurunan harga yang terus-menerus dapat memicu panic selling, di mana investor berlomba-lomba menjual saham untuk meminimalkan kerugian.
Volume perdagangan biasanya tinggi pada fase ini.
● Potensi Suspensi oleh BEI
Sama seperti ARA, BEI dapat melakukan suspensi jika penurunan dianggap tidak wajar.
Suspensi bertujuan melindungi investor dari kerugian lebih lanjut dan meminta manajemen emiten memberikan klarifikasi.
● Sentimen Negatif Jangka Panjang
Penurunan harga selama tiga hari berturut-turut dapat merusak kepercayaan investor terhadap emiten tersebut.
Saham berpotensi menjadi kurang likuid dan ditinggalkan oleh investor besar.
Fenomena ARA dan ARB tiga hari berturut-turut mencerminkan sentimen pasar yang ekstrem terhadap saham tertentu. Investor perlu berhati-hati saat menghadapi kondisi ini.
Jika ARA: Evaluasi apakah kenaikan didukung oleh fundamental kuat atau hanya spekulasi sementara.
Jika ARB: Perhatikan penyebab penurunan dan lakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau menjual.
Bagi trader, kondisi ini terutama ARA, bisa menjadi peluang bagi trader untuk mengambil keuntungan cepat (scalping), namun risiko volatilitas tetap tinggi.
● Dampak Positif dan Negatif
Positif:
Membatasi kerugian ekstrem.
Mendorong pasar yang lebih stabil dan teratur.
Negatif:
Bisa menghambat likuiditas saham tertentu, terutama jika harga sering terkena ARA atau ARB.
Dapat menunda koreksi harga yang sebenarnya diperlukan.
Mekanisme ARA dan ARB dirancang untuk menjaga stabilitas pasar saham dan melindungi investor, terutama di tengah volatilitas tinggi. Meskipun tidak sempurna, sistem ini telah terbukti efektif dalam mengurangi gejolak ekstrem dan menciptakan kepercayaan di pasar modal.
Semoga bermanfaat, terus semangat kawan.
Random tag emiten $BBRI $BBCA $BREN