imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

PLTA Kayan dan Masa Depan $ADRO

ADRO saat ini sedang cari dana untuk PLTA Kayan. Proyek PLTA Kayan di Kalimantan Utara itu benar-benar ambisius. Bayangin aja, kapasitasnya dirancang sampai 9.000 MW, dengan investasi yang luar biasa besar, sekitar USD 17,8 miliar atau Rp 273 triliun. Proyek ini nggak cuma soal bikin pembangkit listrik, tapi juga jadi andalan buat memenuhi kebutuhan energi bersih di kawasan industri hijau di Kalimantan Utara dan Ibu Kota Nusantara (IKN). Masalahnya, proyek sebesar ini jelas butuh duit yang nggak sedikit, apalagi setelah Sumitomo cabut awal tahun 2024 karena beda visi bisnis. https://bit.ly/45FDAJu

Pertanyaan utamanya, duitnya dari mana? Kalau proyek sebesar ini, jelas butuh sokongan dari investor dan kreditor internasional. Tapi mereka nggak bakal gampang kasih uang kalau nggak yakin sama stabilitas keuangan perusahaan. Di sinilah ADRO, mulai gerak. Salah satu cara mereka adalah dengan “maintenance” saham. Iya, saham mereka dimaintenance harganya supaya terlihat menarik buat kreditor asing. Saham yang nilainya tinggi bisa jadi jaminan pinjaman, atau minimal bikin investor lebih percaya sama prospek bisnisnya.

Bukan cuma itu, Adaro juga bikin langkah strategis lain. Mereka rencana spin-off unit bisnis batubara mereka, PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) $AADI, lewat IPO. Targetnya sih mau dapat dana USD 291,6 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun. Jadi, Adaro ini kayak mau nunjukin kalau mereka nggak cuma main di batubara lagi, tapi mulai serius beralih ke energi hijau. Masalahnya, duit dari spin-off ini sebenarnya masih jauh dari cukup buat nutup kebutuhan proyek PLTA Kayan yang super gede. https://bit.ly/3YGX6Dc

Makanya, Adaro nggak bisa cuma ngandelin satu sumber duit. Mereka juga lagi ngincar dana dari obligasi hijau atau kerja sama sama investor asing. Di sisi lain, ada HJ dari Grup Ars** yang juga nunjukin minat buat terlibat di proyek ini. Tapi, situasi HJ sendiri agak rumit. Dia punya masalah pajak di Swiss, utangnya CHF 131 juta (sekitar USD 145 juta). Meski gitu, HJ punya pengaruh politik dan jaringan internasional yang bisa bantu Adaro tarik investor.

Selain usaha dari swasta, pemerintah juga punya peran penting di sini. Pemerintah udah janji kalau IKN bakal jadi kota yang netral karbon pada 2045. Jadi, mereka kasih dukungan lewat kebijakan-kebijakan kayak Power Purchase Agreement (PPA) buat memastikan listrik dari PLTA Kayan nanti ada pembelinya. Buat kreditor, ini penting banget. Nggak ada yang mau kasih pinjaman besar kalau listriknya nggak ada yang beli, kan?

Sebenarnya, PLTA Kayan ini nggak cuma buat IKN aja. Energi bersih dari proyek ini juga dirancang buat mendukung kawasan industri hijau dan smelter aluminium milik Adaro. Smelternya bakal produksi 500 ribu ton aluminium per tahun, yang pastinya butuh listrik stabil dan gede banget. Jadi, proyek ini semacam win-win solution antara kebutuhan industri dan komitmen energi hijau. https://bit.ly/45FDAJu

Tapi nggak berarti proyek ini bebas risiko. Kalau Adaro nggak berhasil kumpulin dana yang cukup, proyek ini bisa mangkrak. Mundurnya Sumitomo jelas bikin tantangan makin berat. Adaro harus cari mitra baru yang punya modal gede dan pengalaman di proyek energi hijau. Meski begitu, langkah-langkah kayak goreng saham dan penerbitan obligasi hijau kasih Adaro leverage buat negosiasi sama bank asing.

Proyek PLTA Kayan ini ibarat taruhan besar buat Indonesia. Kalau berhasil, ini bakal jadi simbol perubahan besar ke energi hijau. Tapi kalau gagal, dampaknya bisa ke reputasi negara dalam menarik investasi asing. Spin-off Adaro, peran HJ, dan kebijakan pemerintah jadi kunci buat bikin proyek ini jalan. Meski penuh tantangan, PLTA Kayan adalah harapan besar buat masa depan energi bersih di Indonesia.

Harga jual listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ke PT PLN (Persero) diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Perpres ini menetapkan harga patokan tertinggi (HPT) yang berbeda berdasarkan kapasitas PLTA dan periode operasionalnya.

Untuk PLTA dengan kapasitas hingga 1 megawatt (MW), HPT ditetapkan sebesar 11,23 sen dolar AS per kilowatt-jam (kWh) dikalikan faktor lokasi (F) untuk tahun operasional ke-1 hingga ke-10. Pada tahun ke-11 hingga ke-30, harga ini turun menjadi 7,03 sen dolar AS per kWh. Faktor lokasi (F) merupakan penyesuaian harga berdasarkan wilayah tertentu, yang rinciannya tercantum dalam lampiran Perpres tersebut. https://bit.ly/45FDAJu

Untuk PLTA dengan kapasitas antara 1 MW hingga 3 MW, HPT ditetapkan sebesar 10,92 sen dolar AS per kWh dikalikan faktor lokasi (F) untuk tahun ke-1 hingga ke-10, dan 6,82 sen dolar AS per kWh untuk tahun ke-11 hingga ke-30. Semakin besar kapasitas PLTA, HPT yang ditetapkan cenderung lebih rendah. Sebagai contoh, PLTA dengan kapasitas di atas 100 MW memiliki HPT sebesar 6,74 sen dolar AS per kWh dikalikan faktor lokasi (F) untuk tahun ke-1 hingga ke-10, dan 4,21 sen dolar AS per kWh untuk tahun ke-11 hingga ke-30.

Perpres ini juga mengatur bahwa harga pembelian tenaga listrik oleh PLN dapat didasarkan pada harga kesepakatan antara PLN dan pengembang, dengan atau tanpa memperhitungkan faktor lokasi. Harga kesepakatan ini harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. https://bit.ly/45FDAJu

Dengan adanya Perpres ini, diharapkan pengembangan energi terbarukan, khususnya PLTA, dapat lebih dipercepat dan memberikan kontribusi signifikan terhadap penyediaan listrik nasional yang ramah lingkungan.​​

Mari kita hitung potensi revenue dan laba bersih PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dari proyek PLTA Kayan berdasarkan asumsi penuh kapasitas dan seluruh listrik dijual ke PLN sesuai Perpres Nomor 112 Tahun 2022.

Asumsi Dasar
1. Kapasitas PLTA Kayan: 9.000 MW.
2. Produksi Listrik per Tahun: Menggunakan rata-rata capacity factor 50% (umum untuk PLTA).

Produksi: 9.000 MW × 24 jam × 365 hari × 50% = 39.420.000 MWh (39,42 TWh).

3. Tarif PLN Sesuai Perpres: USD 0,055 per kWh (5,5 sen dolar AS).

4. Kepemilikan Saham ADRO di Proyek PLTA Kayan: 50%.

5. Net Profit Margin (NPM): Diasumsikan 10% (konservatif untuk industri PLTA).

Potensi Revenue Total Proyek

Produksi listrik tahunan: 39.420.000 MWh × 1.000 = 39.420.000.000 kWh
Pendapatan tahunan: 39.420.000.000 kWh × USD 0,055 = USD 2.168.100.000. https://bit.ly/45FDAJu

Revenue ADRO Sesuai Kepemilikan Saham

Kepemilikan ADRO: 50%
Revenue ADRO: 50% × USD 2.168.100.000 = USD 1.084.050.000.

Estimasi Laba Bersih ADRO

NPM diasumsikan 10%.
Laba bersih ADRO: 10% × USD 1.084.050.000 = USD 108.405.000.

Potensi Revenue Total Proyek (100%): USD 2,168 miliar per tahun.

Potensi Revenue ADRO (50%): USD 1,084 miliar per tahun.

Potensi Laba Bersih ADRO: USD 108,4 juta per tahun.

Dengan asumsi laba bersih tahunan sebesar USD 108,4 juta dan kontribusi investasi ADRO sebesar USD 8,9 miliar, proyek ini membutuhkan sekitar 82 tahun untuk mencapai BEP. Kalau menurut saya, lebih baik goreng saham ketimbang tunggu BEP selama itu. Tapi pendapat saya belum tentu benar.

Angka ini mencerminkan estimasi konservatif berdasarkan kapasitas rata-rata operasional (capacity factor), tarif PLN, dan standar margin laba untuk industri PLTA. Asumsi bisa saja salah.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Dan jangan lupa kunjungi  Pintarsaham di sini  
https://bit.ly/3QtahWa

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy