Penyebab Anjloknya Laba $MLIA
Laba bersih PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) benar-benar jeblok di Q3 2024. Pak Toto hanya bisa berdoa ketika melihat laba MLIA yang nyungsep begini. https://bit.ly/45FDAJu
Revenue MLIA turun lumayan besar, dari Rp3,571 triliun di 2023 jadi Rp3,333 triliun di 2024, alias anjlok Rp238 miliar (-6,65%) ❌. Yang bikin makin berat, penurunan ini terjadi gara-gara pasar lokal, yang kontribusinya paling besar, turun drastis sampai 17,19%, dari Rp2,639 triliun jadi Rp2,186 triliun ❌. Walaupun ada kenaikan penjualan ekspor sebesar 21,54%, naik dari Rp1,012 triliun jadi Rp1,230 triliun ✅, peningkatan ini nggak cukup buat nutup lubang besar di pasar domestik.
Pendapatan yang seret ini langsung ngefek ke laba kotor, yang turun dari Rp1,025 triliun di 2023 jadi Rp805 miliar di 2024, alias susut Rp220 miliar (-21,48%) ❌. Margin laba kotor (Gross Profit Margin/GPM) juga ikut anjlok, dari 28,69% jadi 24,14% ❌. Artinya, setiap Rp1 yang masuk, labanya jauh lebih kecil dibanding tahun lalu. Beban pokok pendapatan (COGS) sebenarnya turun dikit, cuma 0,69% jadi Rp2,529 triliun ✅, tapi turunnya nggak cukup buat ngimbangin penurunan pendapatan. Gagal upgrade skill. https://bit.ly/3YGX6Dc
Di sisi lain, biaya operasional malah naik. Beban pabrikasi misalnya, naik Rp54 miliar (+4,5%), dari Rp1,208 triliun di 2023 jadi Rp1,262 triliun di 2024 ❌. Biaya bahan bakar naik cukup tinggi, 8,52% jadi Rp569 miliar ❌, sementara penyusutan juga naik 4,6% jadi Rp227 miliar ❌. Beban penjualan nggak kalah bikin pusing, naik 1,55% jadi Rp214 miliar ❌, karena biaya pengangkutan dan asuransi yang tetap tinggi meskipun penjualan melorot. Beban umum dan administrasi memang turun sedikit, 0,74% jadi Rp203 miliar ✅, tapi penghematan ini nggak cukup signifikan buat menutup kenaikan di pos lainnya.
Masalah lain datang dari kerugian kurs. Di 2024, MLIA rugi kurs Rp9 miliar, naik tajam dibanding 2023 yang cuma Rp2 miliar. Ini kenaikan lebih dari 300% ❌. Tingginya penjualan ekspor bikin perusahaan lebih terpapar risiko fluktuasi nilai tukar, yang jelas nggak menguntungkan. Selain itu, piutang macet juga makin parah. Piutang yang jatuh tempo lebih dari 90 hari naik dari Rp3 miliar di 2023 jadi Rp10 miliar di 2024, lonjakan 256% ❌. Ini nunjukin makin banyak pelanggan yang nggak bayar tepat waktu, yang pastinya bikin arus kas makin ketat. https://bit.ly/45FDAJu
Sementara itu, persediaan barang juga jadi masalah besar. Total persediaan naik 5,03% jadi Rp998 miliar ❌. Yang bikin pusing, barang dalam proses malah naik drastis 21,71%, dari Rp30 miliar di 2023 jadi Rp37 miliar di 2024 ❌. Ini nunjukin produksi masih jalan, tapi barang jadi nggak laku-laku. Bahkan barang jadi cuma turun tipis 0,21% jadi Rp629 miliar ❌. Produksi berlanjut tanpa penjualan yang sesuai jelas bikin overstock, yang ujung-ujungnya nambah biaya penyimpanan.
Semua ini bikin laba operasional MLIA turun drastis, dari Rp542 miliar di 2023 jadi Rp335 miliar di 2024, alias susut Rp207 miliar (-38,24%) ❌. Beban pajak bersih memang turun lumayan besar, dari Rp117 miliar jadi Rp71 miliar (-39,12%) ✅, tapi ini nggak cukup buat nutupin kerugian operasional yang besar. Akhirnya, laba bersih MLIA terjun bebas dari Rp425 miliar di 2023 jadi Rp264 miliar di 2024, turun Rp161 miliar (-38%) ❌. Net Profit Margin (NPM) juga ikut ambruk, dari 11,90% di 2023 jadi 7,90% di 2024 ❌. https://bit.ly/45FDAJu
MLIA lagi kena pukulan berat dari segala arah. Penjualan lokal yang anjlok, margin laba yang tertekan, kenaikan biaya operasional, rugi kurs, piutang macet, dan overstock semuanya berkontribusi ke penurunan laba bersih. Meskipun ada beberapa poin positif, seperti peningkatan ekspor dan penurunan beban pajak, efeknya masih jauh dari cukup buat ngangkat kinerja keuangan keseluruhan. MLIA butuh strategi serius buat mengatasi masalah ini, terutama di pasar lokal dan pengelolaan produksi, kalau mau balik ke jalur pertumbuhan.
Laba bersih MLIA di 2024 tercatat Rp263,521 miliar, turun jauh dibandingkan 2023 yang mencapai Rp424,940 miliar ❌. Penurunan ini terjadi karena beberapa alasan: pendapatan turun -6,65%, kerugian kurs melonjak +315,68%, dan beban tetap seperti penyusutan yang tetap tinggi di angka Rp227,359 miliar ❌. Beban-beban ini memang memukul laba bersih karena dihitung berdasarkan prinsip akrual.
Tapi, anehnya, arus kas dari operasi (CFO) justru naik dari Rp140,094 miliar (2023) jadi Rp278,603 miliar (2024) ✅. Ini karena ada beberapa faktor yang bikin kas operasional lebih kuat, seperti pengurangan pembayaran ke pemasok dan karyawan sebesar -9,29% serta turunnya pembayaran pajak penghasilan -55% ✅. Selain itu, penyusutan yang besar hanya tercatat sebagai beban di laba rugi, tapi nggak keluar uangnya, jadi nggak ngefek ke kas. Makanya, CFO lebih besar dari laba bersih, dan ini kabar baik karena menunjukkan MLIA masih punya kualitas laba yang bagus ✅. https://bit.ly/45FDAJu
Meskipun CFO naik, total outflow MLIA tetap jauh lebih besar, yaitu Rp3.763,180 miliar (2024). Ini mencakup pembayaran utang, dividen, dan belanja modal. Dibandingkan 2023, outflow memang turun cukup signifikan dari Rp4.363,575 miliar, terutama karena belanja modal (Capex) dipangkas hampir setengahnya, dari Rp212,109 miliar (2023) jadi Rp113,106 miliar (2024) ✅. Selain itu, pembayaran dividen juga turun drastis dari Rp171,314 miliar jadi Rp98,919 miliar ✅.
Tapi, masalahnya, CFO yang Rp278,603 miliar nggak cukup buat nutupin outflow. Jadi, MLIA masih butuh tambahan dari penerimaan pelanggan dan kas awal periode. Untungnya, penerimaan kas dari pelanggan di 2024 tercatat Rp3.267,500 miliar, cukup besar untuk menutupi total outflow kalau digabung dengan kas awal periode yang mencapai Rp700,061 miliar ✅. Selisihnya pun masih positif, yaitu Rp204,381 miliar, meskipun nggak besar. https://bit.ly/45FDAJu
Ada dua sisi yang bisa kita lihat dari kondisi MLIA ini. Di sisi positif, CFO yang lebih besar dari laba bersih adalah indikator kualitas laba yang baik ✅. Penurunan total outflow juga menunjukkan efisiensi pengeluaran yang makin baik, terutama dari belanja modal dan pembayaran dividen ✅.
Tapi, di sisi lain, laba bersih yang turun tajam tetap jadi masalah besar ❌. Outflow yang jauh lebih besar dari CFO juga bikin MLIA sangat bergantung pada penerimaan pelanggan dan kas awal periode untuk tetap bisa bertahan ❌. Jadi, meskipun ada perbaikan di beberapa aspek, MLIA masih perlu bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan, khususnya di pasar lokal, dan menekan biaya tetap agar kondisi keuangannya makin stabil.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2