$PTPP $WIKA $ADHI $WSKT sejarah penggorengan perusahaan karya itu dimulai medio 2012-2016 an. Zaman ketika bursa mulai dikenal publik alias awal2 platform OLT mulai membumi seiring naiknya masyarakat kelas menengah. Pas juga dengan momen QE The Fed di periode tsb. Emiten2 itu "dinarasikan" oleh "invisible hand" sebagai alternatif invest yg setara ningrat2 penghuni LQ45 saat itu, dengan embel2 valuasi murah, revolusi GCG karena listed company, wonderful company bla bla ble ble. Pas juga dg naiknya Pak Joko di 2014 di mana infra jadi salahsatu gimmicknya. Akibatnya berbondong bondong manajer dana kelolaan masuk ke para emiten karya. Tentu anda masih ingat waktu WSKT oversubscribed pas IPO, ADHI dan WIKA harganya melambung.
Namun waktu berganti, tahun demi tahun berlalu, narasi indah awal akhirnya mulai terkuak mengelupas menjadi mimpi buruk. Impian GCG perusahaan plat merah ternyata tetap jelek. Jasa2 yang mereka jual berbanding lurus dg masalah2 baru, seperti kredit macet ke vendor dll sehingga berdampak ke fundamental. Belum lagi tikus2 pengelola yang beranak pinak.
Bisa dibayangkan, banyak dana kelolaan jumbo yang mulai resah dan ketakutan dan berusaha untuk keluar dari perangkap besar. Tentu saja "rush" dana kelolaan jumbo tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mimpi buruk para manajer investasi dilengkapi dengan era pandemi covid 20-22. Kepanikan dan keputusasaan masal itu terlihat jelas di chart yang merosot tanpa rem.
Berbagai upaya ditempuh para manajer invest agar mereka dapat segera keluar. Karena dana besar dari berbagai MI sama2 terjebak maka mereka mulai berkolaborasi salah satunya dg tukar menukar saham agar terlihat volatil di mata retail2 baru milenial, sehingga sedikit banyak bisa dilakukan tukar sandera....