Membahas Prospek Harga CPO ke depannya.
Sejak awal tahun Harga CPO sudah naik sekitar 30% dari Rp 13.000 ke 15.500 atau dari 4000MYR ke 5000MYR. Harga CPO tentunya dipengaruhi oleh faktor supply dan demand. Bagaimana CPO bersaing dengan minyak nabati lain seperti Soybean oil, Rapeseed oil atau Sunflower Oil.
1. Supply
a. Supply di Indonesia cenderung turun karena tanaman semakin tua, yieldnya semakin rendah. Program replanting dari pemerintah 'baru' berjalan 500rb ha, bertahap sejak 2019. tentunya tanaman yang belum berusia 10 tahun tidak akan baik produksinya.
b Supply di Indo, Malaysia dan bbrp negara lain terdampak el nino pertengahan tahun lalu, yang mempengaruhi produksi tahun ini. Sehingga secara umum produksi negara lain juga menurun, akan tetapi perlahan mulai ada recovery. (gambar 1).
c. Oversupply Soybean oil
Soybean sebagian besar dipakai untuk campuran pakan ayam dan diperas minyaknya menjadi soybean oil/ subtitusi CPO. Soybean merupakan tanaman yang flexibel dan dapat tumbuh skeitar 4 bulan, kemudian bisa panen. Tahun ini terjadi anomali dimana harga soybean oil lebih murah daripada CPO,. Padahal biasanya Soybean oil ini lebih mahal. Turunnya harga soybean karena Brazil selalu menambah lahan dan meningkatkan produksi, Bisa jadi kedepannya brazil menurunkan produksi dan ekspor karena margin yang didapatkan semakin menipis.
Pada Oktober 2024, masa menanam Soybean di Brazil mundur karena kekeringan yang panjang. Akan tetapi yield kedepannya tidak berpengaruh, Tanaman kedelai merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap cuaca hujan dan lebih baik tumbuh pada cuaca kering. (gambar 2-5).
d. Supply minyak nabati lain dilihat dari luas lahan cukup stagnan (gambar2)
2. Demand
a. Demand di Indonesia karena program pemerintah. B35 saat ini sudah meningkatkan konsumsi dalam negeri, tidak perlu muluk2 ke B40. Industri pengolahan CPO/ Industri Refinary saat ini mengalami oversupply, hal ini juga meningkatkan demand CPO lokal kita
.b. Demand soybean sebagai pakan ayam cukup melemah tahun ini. seperti demand jagung di Indonesia yang pernah saya bahas di artikel sebelumnya.
c. Harga dan permintaan sunflower tidak bisa besar karena terpengaruh perang ukraina.
3. Flat Levy tax yang diterbitkan pemerintah akhir september
Ini satu satunya pendukung harga CPO yang tidak terpengaruh supply and demand (gambar 6). secara tidak langsung kebijakan ini meningkatkan daya saing CPO kita di pasar eksport
4. EUDR
Import ke eropa selalu menurun beberapa tahun belakangan. sekali lagi bukan karena ekspor ban, melainkan karena penggunaan peningkatan konsumsi CPO dalam negeri.
Kesimpulan
Menurut penulis harga CPO Indonesia kedepannya akan tetap tinggi, tetapi setinggi apa tidak bisa diprediksi. Yang bisa diprediksi adalah harga CPO pasti akan bertahan minimal di harga bulan Oktober 2024. Pertama karena harga ini merupakan kenaikan harga akibat penurunan Levy oleh pemerintah. kedua kondisi Oktober 2024 merupakan kondisi CPO masih tetap dibutuhkan walaupun oversupply minyak nabati global oleh soybean. Kedepannya kita perlu pantau apakah brasil tetap menjaga atau bahkan meningkatkan produksi Soybean. penurunan produksi soybean tentunya merupakan kabar baik untuk meningkatkan harga CPO.
CPO juga tetap dibutuhkan walaupun India menaikkan bea import. Dengan kebijakan pro wong cilik (petani rapeseed) ini refinary di India sangat terpukul, sebaliknya Hal ini berpotensi menjadi peluang bisnis bagi refinary kita yang oversupply. Kedepannya dengan curah hujan yang membaik tahun 2024 berpotensi meningkatkan supply di Indonesia-Malaysia, dll pada tahun 2025. B40 tetap perlu kita pantau, bila sukses tentunya harga CPO akan tetap tinggi.
"Traders have short memories, but the oil palm remembers" (gambar terakhir)
Tag dulu saham CPO jagoan $TAPG $CSRA $PSGO $PNGO $PTPS
1/7