$BIRD : Turnaround Story yang Masih Berlanjut?
------
Apa layanan transportasi mobil yang sering kalian digunakan?
Bluebird, GrabCar atau GoCar?
Saat membuat polling di Instagram @kelasaham pagi tadi, hasilnya menunjukan bahwa
56% - GoCar ( $GOTO )
22% - Grab
22% - Bluebird ( BIRD )
Hal ini mungkin bisa dipahami karena salah satu faktor yang dipertimbangkan konsumen adalah soal “harga.” Kami akhirnya membuat simulasi untuk membandingkan tarif dari masing-masing layanan ini, hasilnya bisa teman-teman lihat pada gambar 1.
Titik jemput kami buat di tempat yang sama, Lobby Timur Living World Alam Sutera dan dengan titik pengantaran yang sama juga, Central Park Mall Jakarta Barat, hasilnya:
- BIRD - Rp 123.000
- GRAB - Rp 92.000
- GOTO - Rp 91.500
Yes, BIRD lebih “mahal” dibandingkan GrabCar dan GoCar.
Dengan harga yang lebih mahal, kok masih “banyak” yang memilih memakai layanan Bluebird? Sebenarnya ada apa? Dari scuttlebutt yang kami lakukan dari X kami menemukan beberapa komentar dan review mengenai pengguna BIRD, hasilnya bisa teman-teman lihat pada gambar 2.
Disclaimer: KelaSaham tidak diendorse oleh BIRD! Kami juga tidak memiliki posisi dalam BIRD.
Tanpa mendiskreditkan pihak tertentu dan tentunya kami juga menemukan review yang negatif, banyak dari konsumen BIRD yang lebih memprioritaskan “kenyamanan” alih-alih harga murah.
Hal inilah yang membawa kami ke pertanyaan, apakah BIRD memiliki MOAT Switching Cost?
Jika kita lihat track record BIRD dalam 10 tahun terakhir, kita bisa melihat bahwa laba BIRD bertumbuh dari tahun 2013-2015. Kemudian di 2016 terjadi lah “disrupsi” pada bisnis transportasi sejak hadirnya Grab dan Gojek.
Tahun 2016 bisa dibilang jadi awal mula tahun yang berat bagi perusahaan taksi konvensional karena pada masa itu menjadi awal mula pertumbuhan transportasi online di Indonesia, terutama bagi GoJek dan Grab.
Pada 2016 (gambar 3) laba bersih BIRD turun 38% dari Rp 824 Miliar di 2015 menjadi Rp 507 Miliar. Tak hanya BIRD, TAXI juga babak belur, di 2015 laba $TAXI Rp 32 Miliar setahun kemudian di 2016 TAXI mengalami kerugian hingga mencapai Rp 186 Miliar.
Saat itu baik Grab dan Gojek memang memberikan promo yang besar-besaran yang membuat harganya menjadi sangat murah, preferensi konsumen akhirnya jadi semakin banyak, mereka memiliki pilihan yang semakin banyak dan menawarkan hal yang murah.
2016-2019 bisa dibilang jadi tahun yang berat karena laba BIRD terus menurun selama periode ini. Kemudian COVID-19 datang dan tak tanggung-tanggung membuat BIRD babak belur sehingga harus mencatatkan kerugian mencapai Rp 161 Miliar (Gambar 3)
Berselang pasca COVID, BIRD melakukan turnaround hingga mencatatkan laba Rp 358 Miliar di 2023 dan Rp 453 Miliar di 2023. Bahkan dalam kinerja terbaru, BIRD berhasil mencatatkan laba hingga Rp 436 Miliar hingga Q3 2024.
Apakah story turnaround ini akan berlanjut?
Apa strategi yang akan dilakukan manajemen agar bisa mempertahankan kinerja yang baik dalam jangka panjang?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, KelaSaham memiliki kesempatan untuk bertanya langsung dengan “orang dalam” BIRD.
Teman-teman juga memiliki kesempatan untuk bertanya langsung dalam #InsiderTalk dengan BIRD pada Jumat ini, 15 November 2024 Pukul 10.00 WIB via Zoom.
Untuk mendapatkan link pendaftaran, teman-teman bisa join dalam Group Telegram “KelaSaham - Community” terlebih dahulu ya!
Link https://cutt.ly/NeHN0iga
Tag $ASII $ASSA
1/4