Dongeng Weekend : yang dilihat di atas tidak sama dengan yang dilihat di bawah
Saya berdiri di irisan antara dua dunia, dan ketika saya berinteraksi dengan manusia2 dari dua dunia yang berbeda itu, saya dapati mereka memiliki sudut pandang yang berbeda.
Orang2 yang berlatar belakang tidak mampu sampai berkecukupan melihat ke atas dan selalu berpikir, duh enaknya, bisa beli apa aja, bisa bebas melakukan apa saja.
Tetapi orang2 yang berlatar belakang paling atas melihat ke bawah dan selalu berpikir, duh enaknya, tidak ada tuntutan.
Tuntutan maksudnya?
Ada si AS yang inkompeten dan dianggap tidak mampu menjadi penerus tahta.
Ada si MW yang hobinya main video game sampe his dad demand him everyday you report and call me.
Apalagi ada si RM yang cuma jago flexing, kena kasus narkoba.
(3 inisial yang saya sebut ini anak konglomerat semua, nanti kan paling2 ada yg nulis namanya di comment tp kalo RM saya rasa semua tau lah siapa)
Bagi orang2 yang berasal dari circle paling atas, kekayaan materi itu seperti oksigen.
Kalo semua sudah punya tas Hermes, trus ngapain Anda pamer ke temen Anda, kapan Anda terakhir flexing hari ini Anda makan nasi? Emangnya itu flexing-able?
Jadi apanya yang mau dibanggakan? Ya hal2 yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Dan dua yang paling terutama bagi mereka2 adalah kemampuan dan prestasi.
Naga akan selalu ingin punya anak naga.
Punya anak harimau aja si naga tidak mau. Apalagi tikus.
Jadi pagi hari dimulai dengan cara memenuhi tuntutan orang tua, dan malam hari selesai dengan sudah melakukan apa saja untuk memenuhi tuntutan orang tua.
Permasalahannya, tidak semua orang dari circle paling atas terlahir dengan talenta.
Kalo perusahaan Anda super guedhe, you're not gonna run that company yourself.
You have to find talented, capable, trustworthy people.
Jika vibes yang setiap hari Anda tampilkan : gue TAJIR, gue TAJIR setengah mampus, gue TAJIR woi kasih gue validasi bahwa gue TAJIR, maka yang Anda temukan hanyalah orang2 yang berteman dengan Anda hanya karena uang.
Udah siap dirampok? Kwkwkwkkw
Therefore, jangan kaget kalo kalian hangout dengan orang2 dari circle paling atas dan yang kalian temukan adalah seorang pribadi yang humble, malah risih ketika harta kekayaannya disebut2, offline persona yang mereka tampilkan : "gw hanya manusia biasa seperti kalian, gw pengen temenan ama kalian aja".
Why? Karena mereka2 di atas ini dari sejak kecil dinilai oleh figur otoritas (orang tua) berdasarkan karakter, kemampuan, dan prestasi. Bukan dengan kekayaan materi.
Jadi ketika mereka menilai orang lain pun secara alam bawah sadar yang mereka nilai adalah karakter, kemampuan, dan prestasi.
Kalo masih menilai orang lain berdasarkan kekayaan materi, berarti level tajirnya masih nanggung. Atau sudah cukup lama tidak dipertimbangkan sebagai pewaris tahta.
Cuma orang kaya baru ato orang kere yang nulis hal2 seperti di bio mereka : "Anda nggak tahu siapa saya" yang tentunya tidak perlu digubris, karena mereka bukan siapa2.
Loh koq cuma dongeng aja? Ya kan emang cuma dongeng aja, enjoy the weekend 馃コ馃コ