Memahami Industri Jagung (fokus $BISI ) Di Indonesia
Indonesia Memiliki lahan-sawah sebanyak 8 juta hektar dan 11 juta hektar lahan yang belum diusahakan. Dari sekian luasnya, kurang dari 3 juta hektar yang digunakan untuk menanam Jagung.
Dalam 10 tahun terakhir produksi jagung kita stagnan di 15 -16 jt ton dan import jagung di sekitar 1-1.5 juta ton. Mengapa import? Import ini untuk menjaga kestabilan harga pakan untuk peternak mandiri. Atau import ini terhadap Jagung Rendah Aflatoksin (JRA) yang aman dikonsumsi manusia? JRA digunakan sebagai bahan baku industri pangan antara lain industri pati jagung, tepung jagung, gula jagung, bihun, dan industri sapi perah. Mungkin teman teman dapat menambahkan insight di kolom komentar
Dari produksi 15 jt ton - Konsumsi Jagung dalam negeri sebagian besar untuk pakan ternak (11 juta ton atau 70%) ; 2 juta ton untuk konsumsi rumah tangga ; Sisanya sebagai stok di dalam Silo. Menurut penulis sebenarnya bisa saja Indonesia swadaya jagung sendiri mengingat lahan yang tersedia masih sangat banyak. Bahkan produksi dan stok jagung 3 tahun terakhir meningkat ditengah kenaikan harga jagung.
Setelah tahu landasan fundamentalnya, ijinkan saya bercerita kondisi terakhir di Indonesia
Dari 15 juta ton produksi, Pulau Jawa menjadi sentra utama (7,78 juta ton atau setara dengan 52,65% dari total produksi nasional), namun kontribusi relatifnya mengalami penurunan dari 54,54% pada tahun 2013 menjadi 52,65% pada tahun 2023. Kondisi ini menggambarkan produksi jagung di luar Pulau Jawa tumbuh lebih cepat dibandingkan produksi di Pulau Jawa.
Dari 87 pabrik pakan yang ada, sebanyak 62 pabrik pakan (71,26%) berada di Pulau Jawa. Masih terdapat sekitar 3,07 juta ton produksi jagung yang dihasilkan dari wilayah yang tidak terdapat pabrik pakan.
Pergeseran sentra produksi jagung akan membutuhkan dukungan sistem logistik untuk mengalirkan jagung dari sentra produksi jagung yang tidak terdapat pabrik pakan ke sentra pabrik pakan yang dominan berada di Pulau Jawa dan Sumatera.
Sistem logistik jagung nasional diperlukan untuk mengantisipasi fluktuasi harga jagung. Masalah mendasar adalah pola panen yang tidak merata. Pola panen yang merata dengan disparitas antar waktu yang tidak terlalu besar akan memberi dampak harga yang stabil. Keseimbangan supply demand juga menjadi salah satu indikator pembentukan harga jagung di lapangan. Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan dukungan sistem logistik untuk menyimpan jagung di masa puncak panen dan mendistribusikannya di saat panen menurun.
Pada tahun 2023 industri pakan dihadapkan dengan tantangan meningkatnya harga jagung lokal yang diterima pabrik pakan. Pada tahun 2024 realisasi menurun, berbeda jauh dengan proyeksi. Hingga Agustus realisasi pembelian Jagung sekitar 4,5 jt ton. Pada 2023 Harga jagung KA 14% sebesar Rp. 5.992/kg meningkat sebesar 13,36% dibanding tahun 2022 Rp. 5.285/kg. Sebagai perbandingan harga jagung tahun 2021 (Rp. 5.529/kg) , harga tahun 2020 Rp. 4.315/kg, dan harga tahun 2019 Rp 4.735/kg.
Penggunaan jagung industri pakan saat 2023 6,95 juta ton. Penggunaan ini mengalami penurunan 10,91% dibanding tahun 2022 (7,80 juta ton). Sebelumnya penggunaan jagung oleh industry pakan selalu menunjukkan tren positif. tahun 2021 6,25 juta ton, tahun 2020 6,37 juta ton dan tahun 2019 6,03 juta ton.
Sekilas BISI
BISI adalah Perusahaan yang membuat benih Jagung. Bersama Sygenta, Corteva, BISI memproduksi sekitar 80.000 ton benih per tahun. Benih jagung ini akan ditanam oleh petani dan menghasilkan 15.000.000 ton Jagung yang bisa dikonsumsi Se-INDONESIA.
- Penjualan Bisi dipengaruhi oleh cuaca, kapan musim tanam nya. Bagaimana petani merotasi sawah mereka diantara jagung, padi, dan tebu.
- Strategi marketing yang baik juga mempengaruhi penjualan, bagaimana mereka membuat petani kemitraan ataupun penjualan lansung tanpa melalui distributor (canvassing).
Petani kemitraan ini akan dibina oleh BISI bagaimana bercocok tanam yang baik menggunakan produk BISI, memberikan pengawasan, mensupply bahan pendukung seperti pestisida atau menyewakan alat berat (nantinya). Setelah itu BISI akan menjualkan hasil panen petani kepada CPIN secara langsung. Hal ini membuat kondisi Win-win antara Petani, BISI, dan CPIN karena memotong rantai supply tengkulak. Apakah berjalan lancar karena tengkulak merupakan rahasia umum yang sulit diberantas? Mungkin teman2 dapat komen dibawah.
Track record manajemen BISI cukup baik karena bisa memberikan dividen yang baik dan juga pertumbuhan laba yang baik.
Masalah saat ini adalah dengan volume penjualan yang anjlok. Penulis berpendapat ada beberapa penyebab.yaitu:
1. Masalah terkait pemecatan direktur pemasaran. Mungkin ada temen2 yang bersedia memberikan insight?
2. Masalah kemarau yang cukup panjang sehingga penanaman jagung mundur ke q4
3. Masalah karena kalah saing dengan merk lain yang lebih tahan terhadap penyakit. Sygenta SUMO atau Wirosableng lebih diminati oleh petani karena kualitas dan servis yang lebih baik
4. Masalah daya beli Masyarakat. Sempat konsumsi ayam kita ATH, jumlah produsen pakan ternak meningkat juga pada 2022-2023. Awal tahun ini stok di Silo cukup banyak, kenaikan harga jagung tahun lalu sulit di pass on hingga jadi ayam pedaging atau petelur. Bahkan kadar jagung pun menurun dari 50% ke 45% karena mahal nya.
Kesimpulan
Melihat kondisi bisi yang menurun saat ini penulis optimis ini merupakan kondisi yang sementara karena market jagung dan ternak di Indonesia tetap berkembang. Presiden yang baru juga berniat untuk mendukung ketahanan pangan, perluasan lahan pertanian, dan memiliki program makan siang gratis. Manajemen termasuk inovatif dengan strateginya, semoga lini bisnis baru bisa membuahkan hasil, Produk BISI 234, 235,236 disosialisasikan dengan baik dan dapat mengalahkan Sygenta SUMO dan Wirosableng (212).
Penulis membutuhkan insight stockbitor. Feedback dengan data is very appreciated
$CPIN $JPFA $MAIN $SIPD
1/7