Dividend for living: apakah mungkin?
Bagi sebagian investor, dividen menjadi andalan untuk mendapatkan return dari investasi sahamnya. Lebih lanjut lagi, harapannya dividen bisa menjadi pendapatan rutin di masa pensiun.
Namun sebelumnya kita perlu memahami beberapa hal.
Pertama, return dividen dikatakan memuaskan jika dividend yield on cost > return ORI/SRI
(sekarang sekitar 6%).
Mengapa?
Sederhananya, jika dividend yield terlalu kecil, akan lebih mudah jika kita menempatkan dana investasi di ORI atau SRI yang risikonya lebih rendah. Namun untuk ini saya masih memiliki fleksibilitas jika saat ini dividend yield on cost tidak terlalu besar namun bisa tumbuh sehingga melebihi return ORI atau SRI di masa mendatang.
Kedua, dividen bisa mengalahkan inflasi jika laju pertumbuhan dividen > laju inflasi (asumsi 5%).
Jika kita mendapatkan dividen yang besar namun tidak tumbuh, dividen yang kita dapatkan lama kelamaan akan tergerus oleh inflasi.
Note: dividend yield on cost = DPS/harga beli.
Jadi dividend yield on cost ini beda ya perhitungannya dengan dividend yield biasa. Dividend yield on cost akan membantu kita untuk membandingkan dividen dari saham dengan return ORI/SRI.
Apa maknanya jika kedua kriteria tersebut terpenuhi?
Dengan dana investasi sebesar 1 M, maka per tahun kita akan mendapatkan dividen sebesar 60 jt/thn atau 5 jt/bln dan dividen yang kita dapatkan akan tumbuh 5%/thn sehingga bisa melawan inflasi.
Note: Tentu saja kita perlu menyesuaikan berapa besarnya kebutuhan hidup kita dalam perhitungannya. Dan ini memang adalah salah satu tantangannya karena seperti yang terlihat pada contoh, dengan dividend yield 6%, dibutuhkan dana investasi sebesar 1 M. Bagi banyak orang, tidak mudah untuk memiliki dana sebesar itu.
Waduh, dana gw masih kurang banget kalau gitu ๐
Kalau belum ada dana sebesar itu, artinya seharusnya fokus kita sekarang adalah memperbesar dana investasi dahulu. Lakukan top-up rutin dengan menyisihkan sebagian penghasilan kita.
Kalau memang dividend for living mudah, semua orang akan melakukannya.
Pertanyaan selanjutnya...
Apakah secara historis ada saham yang bisa seperti itu?
Mari kita melihat beberapa contohnya.
Study case 1: $TGKA
Harga saham (akhir thn 2018) adalah 3.350.
Dividen per saham dan dividend yield on cost dari tahun ke tahun:
Tahun 2019: 239 (7,1%)
Tahun 2020: 285 (8,5%)
Tahun 2021: 360 (10,7%)
Tahun 2022: 295 (8,8%)
Tahun 2023: 355 (10,6%)
Dengan laju pertumbuhan 10,1%/tahun, pertumbuhan DPS TGKA mampu melebihi laju inflasi.
Tapi...mencari saham seperti ini tidak mudah. Belum tentu di masa mendatang bisa seperti ini juga.
Study case 2: $ARNA
Harga saham (akhir thn 2018) adalah 420.
Dividen per saham dan dividend yield on cost dari tahun ke tahun:
Tahun 2019: 16 (3,8%)
Tahun 2020: 22 (5,2%)
Tahun 2021: 30 (7,1%)
Tahun 2022: 45 (10,7%)
Tahun 2023: 55 (13,1%)
Jika dihitung laju pertumbuhan DPS ARNA adalah 36,2%/tahun sehingga mampu melebihi laju inflasi.
Yang menjadi catatan penting, walaupun dividend yield on cost pada awalnya belum melebihi return ORI, namun karena terus bertumbuh akhirnya bisa tercapai pada tahun ketiga.
Mengapa saya memberikan fleksibilitas untuk ini?
Sebagai reminder, perusahaan yang mendapatkan keuntungan memiliki beberapa opsi untuk penggunaannya:
- Melunasi utang
- Menambah modal kerja
- Membiayai ekspansi
- Buyback saham
- Membagikan dividen
Opsi yang dipilih tentu saja akan melalui pertimbangan yang matang dari pihak manajemen berdasarkan tingkat urgensi dan benefit yang bisa didapatkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, umumnya tidak semua laba bersih akan dibagikan sebagai dividen sehingga walaupun perusahaan sehat, dividend yield bisa saja tidak terlalu besar.
Yang lebih penting bagi saya adalah konsistensi pembagian dividen serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang sehingga walaupun dividend yield on cost awalnya kecil, akan bisa menjadi besar seiring dengan waktu.
Tanpa itu, akan sulit kita mengandalkan suatu saham untuk mempraktikkan dividend for living.
Tentu saja saya selalu menyadari bahwa ada kalanya perusahaan menurunkan dividennya atau malahan tidak membayar dividen pada tahun-tahun tertentu. Hal tersebut akan menjadi masalah jika kita hanya mengandalkan satu saham untuk dividend for living. Bagi saya solusinya jelas. Saya perlu membeli beberapa saham sehingga jika ada satu saham yang seperti itu tidak berdampak terlalu besar pada portfolio secara keseluruhan.
Yang perlu diingat, jika seiring waktu saham yang kita miliki sudah tidak memenuhi kriteria, ada baiknya kita mempertimbangkan untuk menggantinya dengan saham lain yang lebih prospektif.
Jadi jangan dikira setelah membeli saham itu bisa ditinggal begitu saja ya. Selalu lakukan review berkala dan jangan pernah berhenti mencari saham-saham baru yang potensial.
Lakukan hal tersebut secara kontinyu dan semoga portfolio kita semakin lama menjadi semakin baik.
Yuk jangan lupa ngopi dulu ๐โ
Disclaimer: Tulisan ini untuk sharing dan edukasi aja ya, bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Do your own research.