$BBRI Q3 2024: Dana Nasabah Masih Naik
Kita tahu bersama BBRI sudah rilis LK dan labanya masih naik. Sekarang coba kita cek apakah nasabah masih percaya sama BBRI. Bukti kepercayaan itu adalah cek dari dana simpanan nasabah atau dana pihak ketiga. Jika dana pihak ketiga naik, maka itu artinya nasabah masih percaya sama BBRI. Ingat pesan Pak Toto, bisnis bank adalah bisnis kepercayaan. Selama nasabah percaya maka bank akan tetap ada https://bit.ly/45FDAJu
Dana Pihak Ketiga (DPK) BBRI sampai akhir September 2024 totalnya 1.362,41 triliun Rupiah. DPK ini terbagi jadi giro (349,49 triliun), tabungan (524,74 triliun), dan deposito (488,18 triliun). Giro naik 0,97% ✅, tabungan turun 0,61% ❌, dan deposito naik 0,81% ✅. Walaupun ada kenaikan DPK sekitar 0,30% dibanding tahun lalu ✅, pertumbuhan ini termasuk lambat dan lebih banyak disumbang dari deposito ❌. Karena deposito punya suku bunga lebih tinggi, kondisi ini bisa bikin biaya dana (Cost of Funds) BBRI jadi lebih mahal ke depannya ❌.
Rasio CASA (Current Account Savings Account) BBRI saat ini adalah sekitar 64,17%. Rasio ini menunjukkan bahwa sebagian besar dana pihak ketiga BBRI berasal dari giro dan tabungan, yang merupakan sumber dana berbiaya rendah dan baik untuk menjaga efisiensi biaya dana. Rasio CASA 64,17% untuk BBRI ini tergolong baik ✅, terutama jika dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan di Indonesia yang sering berada di kisaran 50-60%. Rasio CASA yang tinggi berarti bahwa sebagian besar dana pihak ketiga BBRI berasal dari giro dan tabungan, yang memiliki biaya bunga lebih rendah dibandingkan deposito. Hal ini membantu BBRI menjaga efisiensi biaya dana atau Cost of Funds.
Semakin tinggi rasio CASA, semakin baik bank dalam hal profitabilitas, karena mereka bisa menekan biaya dana dan memiliki margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang lebih besar. Dengan CASA di atas 60%, BBRI menunjukkan kemampuan yang kuat dalam menarik dana murah, yang menjadi keunggulan kompetitif dalam kondisi suku bunga yang fluktuatif.
Di sisi lain, kredit yang disalurkan BBRI menunjukkan pertumbuhan yang cukup oke. Total kredit bruto mencapai 1.281,67 triliun Rupiah sebelum CKPN, yang artinya ada kenaikan 7,01% dibanding tahun lalu ✅. Kalau sudah dikurangi CKPN, total kredit jadi 1.202,93 triliun Rupiah, dengan pertumbuhan 7,62% ✅. Mayoritas kredit ada di segmen mikro, ritel, dan korporasi, yang jadi andalan utama BBRI. Pertumbuhan ini menggambarkan kalau BBRI berhasil memperluas penyaluran kredit dengan baik, walau kondisi persaingan di sektor perbankan makin ketat ✅.
Tapi, ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai, terutama di kredit bermasalah. Kredit macet BBRI totalnya 18,60 triliun Rupiah, menurun dari 12,64 triliun tahun lalu ✅. Ini menunjukkan kalau pengelolaan risiko kredit di BBRI membaik, tapi masih ada kenaikan di kategori kredit diragukan jadi 7,08 triliun Rupiah ❌. Hal ini menunjukkan beberapa debitur mulai kesulitan bayar utang, jadi tetap perlu pengawasan ketat ke depan ❌. https://bit.ly/3YGX6Dc
Selain itu, yang jadi perhatian utama adalah kredit restrukturisasi. Jumlahnya melonjak drastis dari 53,50 triliun Rupiah di akhir 2023 jadi 91,33 triliun Rupiah pada September 2024, dengan kenaikan 70,7% ❌. Ini artinya makin banyak nasabah yang minta keringanan pembayaran atau perpanjangan waktu karena tekanan ekonomi. Mayoritas kredit restrukturisasi ini ada di segmen modal kerja dan investasi, artinya banyak pengusaha yang butuh dukungan untuk bisa bertahan di situasi ekonomi yang lagi sulit ❌.
Untuk antisipasi risiko kredit bermasalah, BBRI punya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 78,74 triliun Rupiah, yang mencakup 257,07% dari total kredit bermasalah ✅. Ini artinya, BBRI punya cadangan yang cukup besar buat menutup potensi kerugian dari kredit macet, jadi posisinya aman ✅. Ini bikin BBRI punya perlindungan ekstra terhadap risiko-risiko kredit di masa mendatang, yang tentunya jadi nilai plus dalam pengelolaan risiko bank ini ✅.
Meski begitu, kalau dilihat dari sisi kredit restrukturisasi, CKPN hanya bisa menutup 86,21% dari total kredit restrukturisasi, yaitu 91,33 triliun Rupiah ❌. Ini berarti CKPN saat ini belum cukup buat menutupi semua risiko yang mungkin muncul dari kredit restrukturisasi, apalagi kalau ekonomi terus sulit dan nasabah gagal bayar sesuai rencana ❌. Jadi, kalau situasi ekonomi memburuk, ada potensi beberapa kredit restrukturisasi ini bisa berubah jadi kredit macet ❌. https://bit.ly/3YGX6Dc
Pertumbuhan kredit BBRI yang bagus dan CKPN yang besar buat kredit bermasalah adalah tanda positif ✅. Tapi, stagnasi di pertumbuhan DPK dan dominasi deposito jadi tantangan yang harus diperhatikan ❌. Ini bisa bikin margin bunga BBRI jadi lebih tipis kalau biaya dana makin mahal. Jadi, meskipun kredit tumbuh dan CKPN cukup untuk NPL, tetap harus hati-hati dengan lonjakan kredit restrukturisasi yang berpotensi jadi masalah ❌.
Jadi, meskipun performa BBRI masih tergolong stabil, lonjakan di kredit restrukturisasi dan kredit diragukan jadi sinyal risiko yang perlu dipantau ketat ❌. Ke depannya, ini membutuhkan strategi mitigasi risiko yang matang agar kondisi finansial BBRI tetap aman, terutama jika kondisi ekonomi belum pulih sepenuhnya. https://bit.ly/3YGX6Dc
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2