$BNBR LK Q3 2024: Revenue Anjlok Tapi Laba Naik, Kok Bisa?

Request salah satu user Stockbit di Telegram.

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) adalah perusahaan investasi multi-holding yang bergerak di berbagai sektor, termasuk infrastruktur, manufaktur, energi, dan teknologi. Sebagai bagian dari Grup Bakrie, BNBR memiliki portofolio di sejumlah anak perusahaan yang mengelola proyek infrastruktur jalan tol, konstruksi, manufaktur logam, dan energi, termasuk proyek kendaraan listrik melalui PT VKTR Teknologi Mobilitas. Alamat BNBR berada di Bakrie Tower, Jl. H.R. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan, Indonesia. https://bit.ly/45FDAJu

Pemegang saham utama BNBR pada 30 September 2024 meliputi:
1. Levoca Enterprise Ltd - 31,64%
2. Port Fraser International Ltd - 28,96%
3. Fountain City Investment Ltd - 24,70%
4. PT Biofuel Indo Sumatra - 1,32%
5. PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk - 1,85%
6. PT Prima Elok Makmur - 1,30%
7. R.A. Sri Dharmayanti - 0,01%
8. Masyarakat Umum - 10,22%

Pemegang Saham Pengendali (PSP) BNBR adalah Levoca Enterprise Ltd, yang memiliki kepemilikan terbesar, yaitu 31,64% dari saham BNBR.

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mencatat total aset sebesar Rp7,08 Triliun per 30 September 2024, sedikit turun dari Rp7,10 Triliun pada akhir 2023. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan aset lancar, khususnya kas dan setara kas yang turun signifikan menjadi Rp425,95 Miliar dari Rp865,46 Miliar pada akhir tahun sebelumnya ❌. Penurunan kas ini mengindikasikan pengeluaran besar yang berpotensi mengurangi fleksibilitas keuangan jangka pendek ❌.

Cadangan kas BNBR berkurang terutama karena arus kas operasional yang negatif sebesar Rp315,83 Miliar, yang disebabkan oleh pengeluaran lebih besar daripada penerimaan dari kegiatan operasional ❌. Penerimaan kas dari pelanggan mencapai Rp2,60 Triliun, tetapi kas yang dibayarkan kepada pemasok sebesar Rp2,23 Triliun dan pembayaran karyawan Rp304,05 Miliar menyebabkan tekanan pada arus kas operasional ❌. Selain itu, perusahaan mengeluarkan Rp308,51 Miliar untuk pembayaran bunga serta Rp143,85 Miliar untuk pajak, yang semakin membebani likuiditas kas ❌. https://bit.ly/45FDAJu

Di sisi lain, arus kas dari aktivitas investasi juga negatif, mencapai Rp305,93 Miliar ❌. Pengeluaran ini sebagian besar berasal dari penambahan aset tetap sebesar Rp131,46 Miliar dan biaya pengembangan proyek sebesar Rp5,42 Miliar, yang menunjukkan alokasi dana yang signifikan untuk pengembangan jangka panjang ❌. Meskipun terdapat penerimaan dari penjualan aset tetap sebesar Rp102,53 Miliar, jumlah ini belum cukup untuk mengimbangi pengeluaran besar dalam aktivitas investasi ❌. Kombinasi arus kas operasional dan investasi yang negatif ini menjadi faktor utama berkurangnya cadangan kas perusahaan.

Namun, BNBR terus mempertahankan portofolio investasinya di anak usaha utama, seperti PT Bakrie Building Industries dan PT Bakrie Metal Industries, dengan total aset masing-masing sebelum eliminasi sebesar Rp754,42 Miliar dan Rp3,71 Triliun ✅. Investasi ini menunjukkan fokus BNBR pada sektor infrastruktur dan manufaktur logam, yang diharapkan memberikan kontribusi stabil dalam jangka panjang ✅.

Dari sisi rasio keuangan, rasio Debt-to-Equity perusahaan membaik dengan total liabilitas yang turun menjadi Rp2,75 Triliun dibandingkan Rp4,44 Triliun di akhir 2023 ✅. Dengan ekuitas yang meningkat menjadi Rp4,33 Triliun, posisi leverage BNBR berada di tingkat yang lebih sehat, memberi fleksibilitas lebih untuk manuver keuangan ke depan ✅. Rasio likuiditas yang mendekati 1,8 mencerminkan posisi cukup aman untuk memenuhi kewajiban jangka pendek ✅. https://bit.ly/3YGX6Dc

BNBR mencatat total utang berbunga sebesar Rp884,7 miliar, yang menurun signifikan dibandingkan posisi akhir Desember 2023 sebesar Rp2,17 triliun ✅. Penurunan ini terutama disebabkan oleh restrukturisasi utang dan penyelesaian non-tunai melalui konversi utang menjadi saham Seri E, salah satunya dengan Silvery Moon Investment Ltd (SMIL), di mana utang sebesar Rp105 miliar diselesaikan dengan penerbitan saham ✅. Langkah ini membantu BNBR mengurangi kewajiban tanpa menguras arus kas langsung, sebuah strategi positif dalam kondisi finansial yang ketat ✅.

Selain restrukturisasi dengan SMIL, BNBR juga berhasil menekan beberapa kewajiban berbunga dari lembaga lain, termasuk pembayaran sebagian pinjaman dan penyesuaian jatuh tempo. Sebagai contoh, pinjaman dari PT Rekapital Aset Indonesia yang sebelumnya senilai Rp18,7 miliar pada akhir 2023 berkurang menjadi Rp16,4 miliar per September 2024 ✅, dengan pembayaran bertahap dalam beberapa periode. Strategi ini mengurangi beban bunga dan menunjukkan niat perusahaan untuk mengelola utangnya lebih efisien ✅, meskipun posisi utang yang tersisa tetap besar ❌.

Namun, meskipun ada penurunan utang, BNBR masih menghadapi tantangan likuiditas. Dengan cadangan kas sebesar Rp425,9 miliar ❌ dan arus kas operasional yang fluktuatif ❌, kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang berbunga dalam waktu dekat masih terbatas. Selain itu, profitabilitas BNBR per September 2024 sebagian besar didukung oleh pendapatan non-operasional seperti penjualan aset dan divestasi saham ✅, yang mungkin tidak berkelanjutan ❌. Hal ini menandakan bahwa laba perusahaan belum cukup kuat untuk menopang kewajiban utang secara penuh.

Meski strategi restrukturisasi utang telah memperbaiki profil utang BNBR dan mengurangi tekanan kewajiban jangka pendek ✅, cadangan kas, laba, dan arus kas operasional yang ada belum mencukupi untuk melunasi seluruh utang berbunga tanpa bantuan eksternal. Tambahan pendanaan atau restrukturisasi lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menjaga likuiditas dan stabilitas keuangan BNBR dalam jangka menengah hingga panjang, sehingga perusahaan dapat mengelola utangnya dengan lebih efektif di masa mendatang ❌.



BNBR mencatat pendapatan bersih Rp2,72 Triliun, turun dari Rp3,08 Triliun pada periode yang sama tahun lalu ❌. Penurunan pendapatan ini mengindikasikan tantangan dalam operasi perusahaan atau sektor investasi ❌. Namun, laba bersih meningkat signifikan mencapai Rp649,23 Miliar, terutama didorong oleh keuntungan divestasi saham senilai Rp473,76 Miliar dan pengurangan beban keuangan ✅.

Revenue BNBR turun signifikan, mencapai Rp2,72 Triliun dibandingkan Rp3,08 Triliun pada periode yang sama tahun lalu, menunjukkan penurunan sekitar 11,6% ❌. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh melemahnya pendapatan dari sektor infrastruktur dan manufaktur, yang merupakan kontribusi utama dalam portofolio BNBR. Pada sektor ini, pendapatan tercatat turun dari Rp2,99 Triliun di 2023 menjadi Rp2,61 Triliun di 2024, menandakan tantangan besar yang dihadapi BNBR dalam mempertahankan kinerja penjualan dari bisnis intinya ❌.

Sementara sektor jasa pabrikasi dan konstruksi menunjukkan pertumbuhan, dengan pendapatan naik dari Rp72,03 Miliar menjadi Rp95,10 Miliar, kontribusinya terhadap total pendapatan BNBR masih terlalu kecil untuk mengimbangi penurunan di sektor infrastruktur dan manufaktur ❌. Meski demikian, pertumbuhan di sektor ini sedikit memberikan harapan bagi diversifikasi pendapatan perusahaan di masa mendatang ✅. Namun, kebutuhan akan pendapatan yang lebih stabil dan beragam tetap menjadi prioritas agar perusahaan tidak terlalu bergantung pada satu atau dua sektor besar saja ❌. https://bit.ly/3YGX6Dc

Selain itu, meskipun beban pokok pendapatan turut mengalami penurunan, efeknya tidak cukup besar untuk menstabilkan margin keuntungan ❌. Penurunan revenue di tengah tingginya biaya produksi pada sektor manufaktur berdampak negatif pada laba kotor perusahaan, sehingga BNBR perlu lebih efektif dalam strategi efisiensi biaya atau mempertimbangkan diversifikasi lebih jauh di sektor-sektor lain. Kondisi ini menunjukkan pentingnya langkah-langkah proaktif dari manajemen dalam menghadapi fluktuasi pasar di sektor utama mereka ❌.

Beban pokok pendapatan (COGS) BNBR turun menjadi Rp2,07 Triliun dari Rp2,47 Triliun pada periode yang sama tahun lalu, mencerminkan penurunan sekitar 16,2% ✅. Penurunan ini terutama disebabkan oleh pengurangan biaya bahan baku yang digunakan dalam sektor infrastruktur dan manufaktur, turun dari Rp1,84 Triliun di 2023 menjadi Rp1,29 Triliun di 2024. Pengurangan ini menunjukkan upaya efisiensi dalam penggunaan bahan baku, yang berpotensi menurunkan tekanan biaya pada perusahaan ✅.

Namun, penurunan beban pokok ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan revenue yang lebih besar, sehingga laba kotor tetap tertekan ❌. Sektor infrastruktur dan manufaktur masih menjadi kontributor utama dalam beban produksi, mencakup hampir semua biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead. Selain itu, meskipun sektor jasa pabrikasi dan konstruksi mengalami sedikit peningkatan dalam beban pokok pendapatannya, kontribusi sektor ini tetap kecil dalam total keseluruhan biaya produksi BNBR. https://bit.ly/3YGX6Dc

Selling, General, and Administrative Expenses (SGA) BNBR mengalami kenaikan dengan total SGA mencapai Rp425,01 Miliar, naik dari Rp385,57 Miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya ❌. Kenaikan ini terutama didorong oleh biaya penjualan dan pemasaran yang naik dari Rp73,51 Miliar menjadi Rp101,94 Miliar, mencerminkan upaya perusahaan untuk meningkatkan penetrasi pasar di tengah tantangan yang ada pada sektor-sektor utama mereka. Selain itu, terdapat kenaikan pada biaya administrasi umum dari Rp136,06 Miliar menjadi Rp146,46 Miliar, yang menunjukkan kebutuhan akan pengelolaan operasional yang lebih kompleks ❌.

Meningkatnya biaya SGA menunjukkan bahwa BNBR sedang berupaya mempertahankan atau meningkatkan daya saing di pasar yang dinamis, tetapi biaya ini turut membebani profitabilitas perusahaan secara keseluruhan ❌. Biaya tenaga kerja karyawan yang tetap tinggi di angka Rp176,60 Miliar juga menambah tekanan pada total biaya operasional perusahaan, menuntut manajemen untuk lebih efisien dalam pengelolaan biaya tanpa mengorbankan kualitas pelayanan atau produksi.

Utang usaha BNBR kepada pemasok utama meliputi beberapa vendor besar, seperti PT Krakatau Posco $KRAS dengan nilai utang sebesar Rp151,04 Miliar, yang merupakan pemasok utama di sektor infrastruktur dan manufaktur, serta Samsung C&T Corporation dengan utang sebesar Rp57,08 Miliar. Vendor besar lainnya mencakup Cumic Steel Limited (Rp55,54 Miliar), PT Yahukimo Bersatu Indonesia (Rp54,91 Miliar), dan Ural Chrysotile, JSC (Rp34,92 Miliar).

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) memiliki beragam fasilitas pinjaman berbunga dengan total kewajiban yang tersebar di beberapa kreditur dan jangka waktu yang bervariasi. Salah satu pinjaman utamanya adalah dari PT Rekapital Aset Indonesia perusahaannya Rosan dan Sandi sebesar Rp16,4 miliar dengan tingkat bunga 12%-15% per tahun ✅, yang memiliki tenor hingga 25 Desember 2030. Pinjaman ini tidak memiliki jaminan khusus ❌, memberikan BNBR fleksibilitas dalam mengelola asetnya meskipun meningkatkan eksposur risiko pada pinjaman tanpa agunan. Selain itu, terdapat pinjaman dalam mata uang asing dari Indies Special Opportunities III Ltd senilai Rp204,4 miliar atau USD15 juta dengan bunga kompetitif 2,5%-7% per tahun ✅ dan tenor dua tahun sejak pencairan pada 4 Juli 2024.

Fasilitas pinjaman lainnya mencakup pinjaman dari Koperasi Simpan Pinjam Timur Pratama Indonesia sebesar Rp25 miliar dengan jatuh tempo pada Juni 2026 ✅. Pinjaman ini dijamin dengan ruang kantor di Bakrie Tower, Lantai 35, seluas 1.422 m² ✅, menambah kepastian pelunasan bagi pihak pemberi pinjaman. PT Bank MNC Internasional juga memberikan pinjaman sebesar Rp30,4 miliar dengan tenor hingga 20 Desember 2024 ✅ dan jaminan berupa Corporate Guarantee dari PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk ✅. Penyertaan jaminan dari afiliasi dalam bentuk corporate guarantee ini meningkatkan kredibilitas BNBR dalam menjaga komitmen keuangan meskipun eksposur terhadap utang tetap tinggi ❌.

BNBR juga memiliki utang berbunga dari PT Bank Ina Perdana Tbk sebesar Rp12,4 miliar dengan tenor 36 bulan atau hingga 2027 ✅, walaupun jaminan untuk fasilitas ini tidak diungkapkan ❌. Selain itu, pinjaman dari PT Sarana Majukan Ekonomi Finance Indonesia sebesar Rp4,8 miliar dengan tenor 43 bulan sejak 2021 dijamin dengan unit bangunan di Gedung Bakrie Tower Lantai 36 ✅, memberikan perlindungan tambahan bagi kreditur. Pendekatan penggunaan jaminan berbentuk properti pada beberapa pinjaman menunjukkan strategi BNBR dalam memanfaatkan aset tetap untuk mendapatkan pembiayaan jangka panjang, meski keberadaan utang yang relatif besar ini menimbulkan tantangan dalam pengelolaan liabilitas jangka panjangnya ❌.

BNBR juga memiliki obligasi dalam bentuk Promissory Notes Seri I dan II, dengan sisa saldo sebesar Rp75,6 miliar untuk Seri I ✅. Seri II digunakan untuk pelunasan Medium Term Notes dengan nilai penerbitan awal Rp2,6 triliun ✅. Fasilitas ini tidak menyertakan jaminan tambahan, yang menunjukkan kepercayaan pasar pada kelayakan kredit BNBR namun berisiko tinggi tanpa perlindungan aset tertentu ❌. Secara keseluruhan, portofolio utang BNBR menunjukkan kombinasi pinjaman berbunga dari berbagai pihak, baik dalam mata uang Rupiah maupun USD, yang meskipun memberikan fleksibilitas modal, tetap memerlukan strategi pengelolaan utang yang ketat agar dapat dipenuhi sesuai jadwal.

Pihak-pihak ini menjadi pemasok penting dalam rantai pasokan BNBR, terutama untuk kebutuhan bahan baku dan material dalam proyek-proyek konstruksi dan manufaktur. Dalam totalnya, utang usaha pihak ketiga mencapai Rp599,95 Miliar, sementara utang pihak berelasi tercatat sebesar Rp13,55 Miliar. Kombinasi pemasok besar ini menunjukkan bahwa BNBR sangat bergantung pada vendor internasional dan lokal untuk memenuhi kebutuhan operasional utamanya.

Dari sisi arus kas, BNBR mengalami arus kas operasi negatif sebesar Rp315,83 Miliar, menunjukkan bahwa kas keluar lebih besar daripada yang dihasilkan dari operasi ❌. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan tambahan likuiditas untuk mendukung kegiatan operasional ❌. Arus kas dari aktivitas investasi juga negatif sebesar Rp305,93 Miliar, mengindikasikan alokasi dana signifikan untuk pengembangan aset tetap dan proyek strategis lainnya ❌. https://bit.ly/3YGX6Dc

Diversifikasi portofolio BNBR mencakup sektor infrastruktur, energi, dan otomotif, memberikan mitigasi risiko terhadap fluktuasi di sektor tertentu ✅. Namun, sektor-sektor ini, khususnya energi, rentan terhadap perubahan kebijakan dan harga komoditas global yang dapat mengganggu stabilitas keuangan perusahaan ❌.

Salah satu anak usaha utama, PT $VKTR Teknologi Mobilitas Tbk, berfokus pada kendaraan listrik dan menyumbang aset sebesar Rp1,74 Triliun dalam portofolio BNBR ✅. Dengan ekspansi melalui IPO, VKTR diharapkan memperkuat modal dan mendukung pengembangan sektor kendaraan listrik yang semakin berkembang di Indonesia ✅.

BNBR memiliki beberapa perjanjian penting dengan pelanggan utama dalam proyek dan aktivitas pengembangan bisnisnya. Salah satunya adalah kontrak PT VKTR Teknologi Mobilitas dengan PT Praja Persada Imperium (PPI) untuk proyek konstruksi di Magelang, yang melibatkan pembangunan fasilitas industri dan perkantoran dengan nilai kerja Rp180,08 Miliar. Proyek ini diharapkan selesai dalam 12 bulan sejak penandatanganan perjanjian pada akhir 2023.

Selain itu, BNBR melalui VKTR juga memiliki perjanjian pengembangan bisnis dengan PT Surya Ganesa Amani (SGA) dan PT Amanah Mega Solusi (AMS). Kedua perusahaan ini membantu riset dan pengembangan energi baru terbarukan serta mencari mitra bisnis strategis untuk VKTR, dengan jangka waktu perjanjian selama 36 bulan. Imbalan jasa diberikan sebesar 2,25% dari biaya yang dikeluarkan dalam laporan pertanggungjawaban kepada VKTR. Perjanjian ini menegaskan fokus BNBR dalam memperluas kehadiran di sektor energi terbarukan dan teknologi.

BNBR menghadapi dua kasus hukum utama yang memiliki potensi dampak signifikan pada keuangan perusahaan. Kasus pertama melibatkan anak usaha PT Bakrie Building Industries (BBI) dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), yang diajukan oleh PT Rizkinusa Indahpersada di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 8 Maret 2021. Setelah melalui proses panjang, termasuk putusan Homologasi yang disahkan pada 2 Juni 2022, PKPU ini diakhiri dengan perjanjian damai yang mengikat secara hukum. Beberapa kreditur sempat mengajukan kasasi dan Peninjauan Kembali (PK), tetapi Mahkamah Agung akhirnya menolak permohonan tersebut, sehingga BBI tidak perlu lagi menghadapi potensi kerugian dari gugatan ini ✅.

Kasus kedua berkaitan dengan piutang BNBR terhadap CV Inti Mandiri Sadaya (IMS), di mana Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada 27 Juni 2023 memutuskan bahwa piutang dari IMS tidak dapat ditagih lagi, sehingga ini menjadi potensi kerugian bagi BNBR ❌. Namun, BNBR mengajukan kasasi pada 13 September 2023, dan Mahkamah Agung mengabulkan permohonan tersebut pada 6 Maret 2024. Putusan ini memastikan bahwa piutang dari IMS tetap sah untuk ditagih, menghilangkan risiko kerugian yang sebelumnya ada dan memberi peluang untuk pemulihan keuangan perusahaan dari klaim ini ✅.

Dari segi keuangan, potensi dampak dari kedua kasus ini beragam. Jika BNBR menang dalam semua upaya hukum ini, perusahaan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan pendapatan dari piutang yang dapat ditagih dari IMS, sementara beban tambahan dari PKPU sudah tidak relevan lagi. Sementara itu, jika kalah dalam kasus IMS, BNBR berpotensi kehilangan klaim keuangannya yang berjumlah signifikan, meskipun risiko ini sudah diminimalkan dengan keputusan Mahkamah Agung yang menguntungkan ✅.

Di sisi kepemimpinan, perusahaan dikelola oleh Anindya N. Bakrie sebagai Direktur Utama dan A. Ardiansyah Bakrie sebagai Wakil Direktur Utama, menandakan komitmen keluarga Bakrie dalam mengarahkan perusahaan ini ✅. Struktur kepemimpinan ini diharapkan memberi stabilitas dan kontinuitas dalam pengambilan keputusan strategis serta mempertahankan visi jangka panjang perusahaan ✅. https://bit.ly/3YGX6Dc

BNBR mempekerjakan total 2.778 karyawan, naik dari 2.625 karyawan pada akhir 2023, mencerminkan peningkatan kebutuhan tenaga kerja untuk mendukung operasional perusahaan ✅. Peningkatan ini menunjukkan bahwa BNBR sedang memperkuat sumber daya manusia dalam menghadapi ekspansi dan operasional di berbagai proyek. Karyawan ini tersebar di berbagai lini bisnis perusahaan, mulai dari sektor infrastruktur hingga manufaktur dan teknologi energi baru terbarukan.

Susunan kepemimpinan BNBR mencakup dua anggota Dewan Komisaris, yaitu Armansyah Yamin sebagai Komisaris Utama dan Raniwati sebagai Komisaris Independen. Dewan Direksi terdiri dari lima anggota: Anindya N. Bakrie sebagai Direktur Utama, A. Ardiansyah Bakrie sebagai Wakil Direktur Utama, serta Hendrajanto Marta Sakti, R.A. Sri Dharmayanti, dan Kartini Sally sebagai Direktur lainnya. Total, BNBR memiliki tujuh anggota dalam jajaran Direksi dan Komisaris yang berperan dalam mengarahkan strategi dan operasional perusahaan ✅.

Remunerasi atau kompensasi yang diterima oleh Direksi dan Komisaris untuk periode sembilan bulan mencapai Rp57,01 Miliar, yang bila dihitung rata-rata, setiap anggota Direksi dan Komisaris menerima sekitar Rp8,14 Miliar selama periode tersebut. Jika dibagi per bulan, rata-rata remunerasi per orang adalah sekitar Rp904,92 juta ❌. Angka ini menunjukkan tingginya tingkat kompensasi untuk jajaran manajemen senior BNBR, yang diharapkan sepadan dengan tanggung jawab dan kompleksitas dalam pengelolaan perusahaan ✅.

Di sisi lain, rata-rata gaji per karyawan BNBR setelah mengurangi remunerasi Direksi dan Komisaris adalah sekitar Rp12,81 juta per bulan ❌. Hal ini menghasilkan rasio yang cukup besar antara gaji rata-rata Direktur/Komisaris dan karyawan, yaitu 70,63 kali lebih tinggi ❌. Rasio ini menunjukkan perbedaan kompensasi yang mencolok, yang biasa terjadi di banyak perusahaan besar namun tetap menunjukkan pentingnya mempertimbangkan kesejahteraan karyawan dibandingkan dengan kompensasi manajemen.

Selain itu, rasio jumlah karyawan terhadap Direktur dan Komisaris di BNBR adalah sekitar 396,86 karyawan per satu anggota Direksi atau Komisaris ✅. Rasio ini menunjukkan bahwa setiap anggota manajemen memiliki tanggung jawab mengawasi ratusan karyawan dalam operasi sehari-hari. Dengan struktur manajemen ini, perusahaan diharapkan mampu menjalankan operasional dengan efisien sambil mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan, meskipun keseimbangan dalam kompensasi tetap menjadi perhatian penting ❌.

BNBR memiliki sejumlah transaksi dengan pihak berelasi yang mencakup berbagai aspek bisnis, termasuk pinjaman, utang usaha, investasi, dan piutang usaha. Beberapa transaksi utama melibatkan PT Kaltim Prima Coal $BUMI dengan saldo piutang usaha sebesar Rp18,7 Miliar pada 30 September 2024, serta PT EMP Tongga $ENRG dengan saldo yang sebelumnya mencapai Rp10,39 Miliar. Saldo ini sebagian besar berasal dari penggantian biaya dan pemberian pinjaman dana kepada pihak berelasi, tanpa bunga dan tanpa jangka waktu tetap. Bisa untuk selamanya. Utang sekarang, bayar nanti kiamat.

Selain itu, utang pihak berelasi BNBR mencakup PT Cimanggis Cibitung Tollways dengan saldo utang sebesar Rp69,40 Miliar. Pinjaman ini digunakan untuk pembiayaan proyek jangka panjang dan belanja modal, dan sama halnya tidak dikenakan bunga atau jangka waktu pembayaran tetap. Jumlah utang lain kepada pihak berelasi, seperti kepada Dana Pensiun Bakrie yang sedang dalam proses likuidasi, mencapai Rp9,48 Miliar.

BNBR juga mencatat investasi dalam bentuk kepemilikan saham di entitas berelasi, termasuk PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP sebesar Rp3,17 Miliar dan PT Bakrie Telecom Tbk BTEL sebesar Rp2,15 Miliar. Investasi ini mencerminkan strategi BNBR untuk memperkuat sinergi dengan entitas di bawah grup yang sama, meskipun kondisi beberapa entitas ini berisiko karena adanya tekanan finansial di sektor terkait.

Kompensasi manajemen kunci, termasuk dewan komisaris dan direksi, juga merupakan komponen penting dalam transaksi pihak berelasi, dengan total remunerasi mencapai Rp57,01 Miliar pada periode yang berakhir 30 September 2024. Remunerasi ini mencakup manfaat kerja jangka pendek dan lainnya, yang mendukung stabilitas pengelolaan perusahaan dalam menghadapi tantangan bisnis yang ada.

Dalam hal pendanaan, BNBR mencatatkan arus kas positif dari aktivitas pendanaan sebesar Rp181,43 Miliar, mencerminkan penerimaan dana dari utang jangka pendek dan panjang serta transaksi dengan pihak terkait ✅. Namun, dengan arus kas operasi yang negatif, perusahaan perlu lebih berhati-hati dalam mengelola utang agar tidak menambah tekanan likuiditas ke depan ❌.

Peningkatan laba BNBR terutama disebabkan oleh keuntungan divestasi saham sebesar Rp473,76 Miliar, penjualan aset tetap senilai Rp46,98 Miliar, dan keuntungan selisih kurs sebesar Rp26,05 Miliar ✅. Faktor-faktor ini membantu meningkatkan laba bersih meskipun pendapatan operasional stabil. Selain itu, penurunan beban keuangan dari Rp120,10 Miliar menjadi Rp73,03 Miliar turut memperkuat margin laba perusahaan dengan mengurangi tekanan biaya pada profitabilitas ✅. Kombinasi strategi divestasi aset dan pengelolaan keuangan yang efisien ini menjadi pendorong utama kenaikan laba BNBR di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Laba bersih BNBR mencapai Rp649,23 Miliar✅, sedangkan arus kas dari aktivitas operasi (CFO) menunjukkan angka negatif sebesar Rp315,83 Miliar❌. Perbandingan ini mengindikasikan bahwa laba bersih BNBR lebih tinggi daripada arus kas operasi, yang berarti laba bersih ini tidak sepenuhnya didukung oleh kas operasional yang positif.

Kondisi di mana CFO dan free cash flow (FCF) negatif, sementara laba bersih positif, menunjukkan bahwa laba BNBR cenderung berasal dari aktivitas non-operasional seperti keuntungan divestasi dan penjualan aset, yang bukan sumber pendapatan berulang. Artinya, laba ini mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang karena perusahaan tidak menghasilkan kas yang cukup dari operasinya untuk mendukung laba ini secara konsisten.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Dan jangan lupa kunjungi  Pintarsaham di sini  
https://bit.ly/3QtahWa

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy