Anomali $SCNP LK Q3 2024: Revenue Nyungsep Tapi Laba Malah Naik
PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) adalah perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur peralatan rumah tangga elektronik, dengan produk utama seperti blender, setrika, dan barang-barang elektronik lainnya yang banyak digunakan di pasar domestik. Perusahaan ini memiliki fokus yang kuat pada pasar lokal, dengan kontribusi penjualan ekspor yang sangat kecil, yaitu sekitar Rp 4,75 juta dibandingkan total penjualan domestik yang mencapai Rp 180,49 miliar. Ketergantungan besar pada pasar lokal memberikan stabilitas di satu sisi, tetapi juga membatasi potensi pertumbuhan di sisi lain, khususnya dalam menghadapi persaingan dan dinamika ekonomi global yang lebih luas ❌. https://bit.ly/45FDAJu
Dari sisi manajemen, SCNP dipimpin oleh Xaverius Nursalim sebagai Komisaris Utama, dengan Hendrik Nursalim dan Zulfitry Ramdan sebagai anggota Dewan Komisaris. Dewan Direksi diketuai oleh Freddy Nursalim sebagai Direktur Utama, dibantu oleh Djamarwie dan Rony Tansen sebagai Direktur. Perusahaan mengurangi jumlah karyawan menjadi 148 orang pada Q3 2024 dari 181 orang di akhir tahun 2023 ✅. Ini mencerminkan efisiensi biaya yang diterapkan perusahaan untuk menjaga keberlanjutan operasional di tengah penurunan pendapatan.
Xaverius Nursalim adalah pendiri dan Komisaris Utama PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) serta tokoh berpengaruh di beberapa perusahaan lainnya. Saat ini, ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur di PT Generasi Dua Sukses Terus dan PT Puri Sentul Permai Tbk $KDTN, serta di PT Sena Dwimakmur, yang merupakan entitas induk SCNP. Selain itu, Xaverius juga menjabat sebagai Komisaris di PT Wicaksona Arthos Sentosa dan PT Selaras Donlim Indonesia, menunjukkan keterlibatannya dalam beragam sektor bisnis di Indonesia.
Freddy Nursalim adalah pemegang saham di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) dan merupakan bagian dari keluarga Nursalim, yang memiliki beberapa anggota aktif dalam struktur kepemilikan dan manajemen SCNP. Freddy Nursalim memiliki kepemilikan saham yang sama dengan beberapa anggota keluarga lainnya, seperti Hendrik, Xaverius, Richard, dan Willy Nursalim, masing-masing dengan sekitar 1,66% dari total saham perusahaan. Selain itu, PT Sena Dwimakmur, yang merupakan entitas dengan keterkaitan pada keluarga ini, memegang kepemilikan mayoritas di SCNP sebesar 45%, dan PT Generasi Dua Sukses Terus memegang 26,66%.
Freddy memiliki pengalaman manajerial yang mendalam dan sebelumnya pernah menjabat sebagai direktur di berbagai perusahaan, termasuk di PT Citra Kreasi Makmur dan PT Enseval Putera Megatrading $EPMT. Ia juga berperan dalam memperluas cakupan operasi SCNP, terutama di pasar produk kesehatan dan peralatan rumah tangga di Indonesia, bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar lainnya untuk mendukung operasi SCNP di berbagai sektor, termasuk ekspor produk ke pasar internasional.
Pendapatan SCNP mengalami penurunan tajam sebesar -69,37% dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang menunjukkan tantangan besar dalam mempertahankan penjualan ❌. Penurunan pendapatan ini berimbas pada arus kas dari operasional (CFO), yang juga turun sebesar -68,76% ❌. Meski demikian, perusahaan berhasil mempertahankan laba bersih positif, berbalik dari kerugian di tahun sebelumnya, yang merupakan hasil dari efisiensi biaya operasional yang baik, khususnya dalam pengelolaan Cost of Goods Sold (COGS) ✅. https://bit.ly/3YGX6Dc
COGS SCNP turun drastis sebesar -71,59% yang mencerminkan pengurangan volume produksi seiring dengan penurunan permintaan. Komponen utama COGS terdiri dari bahan baku sebesar Rp 147,98 miliar dan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 10,92 miliar. Pengurangan yang signifikan ini menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menyesuaikan biaya operasional dengan pendapatan yang menurun, yang membantu mempertahankan margin laba dalam kondisi pasar yang menantang ✅.
Likuiditas SCNP juga dalam kondisi sangat baik, dengan kas dan setara kas meningkat 13,73% menjadi Rp 129,73 miliar pada Q3 2024. Peningkatan kas ini berasal dari penerimaan pembayaran piutang, yang meningkatkan posisi likuiditas dan mendukung kebutuhan operasional perusahaan secara efektif ✅. Rasio lancar dan rasio cepat yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan nyaman, meskipun ada penurunan pada arus kas operasional.
Di sisi lain, SCNP juga berhasil mempertahankan struktur modal yang solid dengan tidak memiliki utang berbunga, yang berarti perusahaan tidak terbebani oleh kewajiban pembayaran bunga ✅. Dengan struktur keuangan yang sehat ini, SCNP memiliki risiko keuangan yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang memiliki utang besar. Selain itu, ekuitas SCNP meningkat sebesar 2,95% menjadi Rp 363,87 miliar, mencerminkan penguatan modal perusahaan dari laba bersih yang diperoleh ✅.
Namun, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Tingkat persediaan meningkat sebesar 10,15% menjadi Rp 62,65 miliar, yang meskipun mendukung permintaan, bisa menjadi risiko jika penjualan tidak segera pulih. Persediaan yang tidak terjual dapat menyebabkan masalah likuiditas tambahan jika terakumulasi dalam jangka panjang ❌. Selain itu, ketergantungan SCNP pada pasar lokal tanpa diversifikasi ke pasar ekspor menciptakan kerentanan terhadap perubahan ekonomi domestik yang berpotensi mempengaruhi permintaan ❌. https://bit.ly/3YGX6Dc
SCNP juga mengalami sedikit peningkatan pada total liabilitas, naik 0,44% menjadi Rp 56,44 miliar pada Q3 2024. Meskipun tidak signifikan, kenaikan ini terutama berasal dari peningkatan pendapatan diterima dimuka untuk sewa properti, yang menunjukkan adanya pendapatan tambahan dari aset properti yang dimiliki perusahaan ✅. Walaupun liabilitas meningkat, posisinya relatif kecil dibandingkan total aset dan ekuitas, menunjukkan manajemen risiko yang cukup baik.
Dengan struktur modal yang kuat dan likuiditas yang stabil, SCNP memiliki fondasi yang baik untuk menghadapi tantangan penurunan penjualan. Namun, untuk jangka panjang, perusahaan perlu meningkatkan strategi pemasaran dan ekspansi pasar agar tidak terlalu bergantung pada pasar lokal, yang saat ini menciptakan batasan bagi potensi pertumbuhan. Perbaikan dalam diversifikasi pasar atau pengembangan produk baru yang menarik bagi pasar ekspor dapat membantu meningkatkan stabilitas pendapatan dan memperkuat posisi perusahaan di masa depan ❌.
Ada beberapa masalah yang tampak dalam laporan keuangan SCNP pada Q3 2024. Salah satu masalah utama adalah penurunan pendapatan yang signifikan sebesar -69,37%, dari Rp 589,31 miliar di Q3 2023 menjadi hanya Rp 180,49 miliar pada Q3 2024. Penurunan ini menandakan adanya penurunan permintaan yang cukup besar atau persaingan yang semakin ketat. Jika tren ini berlanjut, SCNP akan menghadapi tantangan dalam mempertahankan volume penjualan, yang dapat menghambat pertumbuhan perusahaan dan mengurangi margin laba ❌.
Ketergantungan SCNP pada pasar lokal juga menimbulkan kekhawatiran. Pendapatan dari ekspor tercatat sangat kecil, hanya sekitar Rp 4,75 juta, sementara pendapatan domestik mendominasi pada Rp 180,49 miliar. Ketergantungan ini membuat perusahaan rentan terhadap fluktuasi ekonomi domestik. Jika kondisi ekonomi Indonesia melemah, SCNP mungkin akan kesulitan mempertahankan penjualan dan dapat kehilangan sebagian besar pangsa pasarnya ❌.
Peningkatan persediaan sebesar 10,15% menjadi Rp 62,65 miliar juga menjadi perhatian. Meskipun persediaan yang lebih tinggi dapat bermanfaat jika ada peningkatan permintaan, namun jika permintaan tidak tumbuh, ini bisa berisiko menjadi kelebihan stok. Kelebihan persediaan dapat menyebabkan penurunan nilai aset dan menambah biaya penyimpanan, yang pada akhirnya berdampak negatif pada profitabilitas perusahaan ❌. https://bit.ly/3YGX6Dc
Masalah lain yang krusial adalah penurunan arus kas operasional (CFO) yang signifikan sebesar -68,76%. Meskipun kas dan setara kas meningkat menjadi Rp 129,73 miliar, penurunan CFO ini menunjukkan bahwa SCNP kurang mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasional utamanya. Jika hal ini berlanjut, perusahaan mungkin akan kesulitan dalam mendanai kebutuhan operasional dan membayar kewajiban jangka pendek, yang dapat mengurangi stabilitas likuiditas perusahaan ❌.
Peningkatan utang lain-lain kepada pihak ketiga sebesar 297,93%, mencapai Rp 477,68 juta, juga menunjukkan adanya penambahan kewajiban jangka pendek. Kenaikan ini berasal dari akrual biaya-biaya yang harus segera dibayar. Jika SCNP tidak segera mengatasi penumpukan utang ini, maka tekanan terhadap likuiditas perusahaan akan semakin besar dan bisa menghambat fleksibilitas keuangannya dalam mengelola pengeluaran rutin ❌.
Pendapatan diterima di muka juga menunjukkan lonjakan signifikan sebesar 652,34%, dengan total Rp 6,73 miliar yang berasal dari sewa gedung. Meskipun ini memberikan tambahan arus kas, ketergantungan pada sewa gedung untuk pendapatan non-inti bisa menjadi tanda bahwa SCNP sedang mencari pendapatan alternatif untuk mendukung operasional. Ketergantungan ini bisa mengurangi fokus pada bisnis utama perusahaan, yaitu produksi dan penjualan produk elektronik rumah tangga ❌.
Piutang usaha dari pihak ketiga yang menurun sebesar -0,97% sementara piutang dari pihak berelasi naik hingga 116,11% mengindikasikan ketergantungan yang besar pada transaksi pihak berelasi. Ketergantungan pada pihak tertentu dalam penjualan menambah risiko jika salah satu pihak tersebut mengurangi pesanan atau mengalami kesulitan pembayaran. Diversifikasi pelanggan yang kurang dapat menghambat pertumbuhan pendapatan SCNP di masa depan ❌.
Ekuitas minoritas yang turun sebesar -6,76% juga menjadi tanda bahwa investor minoritas mungkin kurang percaya terhadap prospek perusahaan, atau kontribusi entitas anak tidak signifikan dalam mendukung profitabilitas. Penurunan ekuitas minoritas dapat mengurangi kepercayaan investor eksternal dan melemahkan posisi SCNP di pasar modal ❌.
Meskipun SCNP tidak memiliki utang berbunga, perusahaan tetap menghadapi tantangan dalam mengelola biaya operasional yang tetap tinggi meski ada penurunan pada beberapa pos. Beban operasional yang tidak berkurang signifikan ini bisa menggerus laba, terutama ketika pendapatan terus menurun. Jika SCNP tidak dapat mengendalikan biaya secara efisien, profitabilitasnya bisa terancam dalam jangka panjang ❌.
Masalah-masalah ini menunjukkan bahwa SCNP perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan pendapatan, diversifikasi pasar, dan efisiensi biaya. Jika tidak ada perubahan, perusahaan mungkin kesulitan mempertahankan kestabilan finansial dan daya saingnya di industri. Diversifikasi produk, ekspansi pasar, dan peningkatan arus kas dari operasional menjadi penting untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan dan kesehatan keuangan perusahaan ke depan ✅.
SCNP tampaknya mengalami penurunan aktivitas produksi (slow down) pada Q3 2024, yang terlihat dari penurunan pendapatan sebesar -69,37%, dari Rp 589,32 miliar menjadi Rp 180,49 miliar ❌. Penurunan ini diikuti oleh penurunan signifikan pada Beban Pokok Penjualan (COGS), khususnya pada bahan baku yang turun -69,15% menjadi Rp 147,98 miliar dari Rp 479,49 miliar ❌. Biaya upah langsung juga berkurang drastis, yaitu -81,27%, dari Rp 58,29 miliar menjadi Rp 10,92 miliar ❌, serta biaya overhead pabrik yang menurun -75,12% dari Rp 28,49 miliar menjadi Rp 7,09 miliar ❌. Pengurangan pada komponen biaya ini menunjukkan bahwa SCNP telah menyesuaikan kapasitas produksi untuk menghadapi penurunan permintaan dan mencegah kelebihan persediaan di tengah kondisi pasar yang lebih lambat ✅.
SCNP memiliki beberapa klien utama dalam piutang usaha, dengan ketergantungan yang cukup tinggi pada pihak tertentu. PT Citra Kreasi Makmur, yang merupakan klien berelasi, memiliki piutang sebesar Rp 7,66 miliar, meningkat signifikan dari Rp 3,54 miliar pada akhir 2023 atau sebesar 116,11% ❌ . Ketergantungan ini menunjukkan bahwa SCNP menerima porsi pendapatan yang cukup besar dari pihak berelasi, yang dapat meningkatkan risiko jika terjadi kendala pembayaran atau perubahan dalam hubungan bisnis antar perusahaan berelasi ❌. Selain itu, piutang dari klien berelasi juga berpotensi menurunkan diversifikasi pelanggan SCNP yang seharusnya mengurangi risiko konsentrasi piutang.
Selain PT Citra Kreasi Makmur, SCNP juga memiliki piutang dari PT Versuni HomeLife Indonesia (sebelumnya dikenal sebagai PT Philips Domestic Appliances Indonesia Commercial), dengan nilai mencapai Rp 26,66 miliar, naik dari Rp 23,84 miliar pada tahun sebelumnya ✅ . Peningkatan piutang ini menunjukkan pertumbuhan kerja sama bisnis, namun, ketergantungan pada klien besar dapat membawa risiko jika terjadi perubahan dalam permintaan atau pembayaran dari pihak tersebut ❌. Klien lain seperti PT Ace Hardware Indonesia Tbk $ACES memiliki piutang yang menurun dari Rp 3,58 miliar menjadi Rp 2,72 miliar, mengindikasikan adanya pengurangan volume bisnis atau perubahan dalam pola pembayaran klien ini ❌.
Jumlah piutang usaha dari beberapa pihak ini mencapai Rp 6,53 miliar, dengan cadangan kerugian penurunan nilai piutang sebesar Rp 1,76 miliar yang dianggap manajemen cukup untuk menutup risiko tidak tertagihnya piutang ✅ . Struktur piutang ini menunjukkan risiko konsentrasi yang cukup tinggi, terutama dengan dominasi beberapa klien utama dalam daftar piutang SCNP. Risiko ini bisa berdampak negatif jika salah satu klien utama mengalami masalah finansial atau mengurangi permintaan. SCNP perlu mempertimbangkan diversifikasi portofolio kliennya untuk mengurangi ketergantungan pada klien besar, yang dapat menjaga stabilitas keuangan perusahaan dalam jangka panjang ✅.
SCNP memiliki beberapa transaksi besar dengan pihak berelasi yang berkontribusi signifikan terhadap keuangan perusahaan. Salah satunya adalah piutang usaha dari PT Citra Kreasi Makmur yang mencapai Rp 7,66 miliar pada Q3 2024, meningkat 116,11% dari Rp 3,54 miliar pada akhir 2023 ❌. Piutang ini mencakup 4,24% dari total revenue dan 1,82% dari total aset SCNP, yang menunjukkan bahwa klien berelasi ini memiliki peran besar dalam pendapatan perusahaan, tetapi juga membawa risiko konsentrasi yang tinggi jika terjadi keterlambatan pembayaran atau gangguan dalam hubungan bisnis ❌.
Selain itu, SCNP mencatat pendapatan diterima di muka sebesar Rp 6,73 miliar dari PT Selaras Donlim Indonesia, yang berasal dari penyewaan gedung, meningkat signifikan hingga 652,34% dari Rp 894 juta pada akhir tahun sebelumnya ✅. Pendapatan diterima di muka ini mencakup 3,73% dari total revenue dan 1,60% dari total aset SCNP, memberikan kontribusi tambahan terhadap arus kas perusahaan ✅. Namun, ketergantungan pada pihak berelasi untuk pendapatan non-inti seperti penyewaan gedung dapat menambah eksposur risiko bagi perusahaan jika pendapatan dari sumber ini tidak stabil atau berkurang ❌. Transaksi-transaksi ini memperkuat posisi kas jangka pendek SCNP tetapi perlu diawasi agar tidak mengganggu stabilitas keuangan jangka panjang.
Berdasarkan perjanjian dengan PT Citra Kreasi Makmur (CKM), SCNP menunjuk CKM sebagai distributor produk rumah tangga merek Turbo, meliputi blender, setrika, kipas angin, dan kompor gas untuk wilayah Indonesia. Selain itu, CKM juga diberikan lisensi merek Turbo sejak 2016, dengan pembayaran royalti sebesar 1,5% dari setiap unit produk yang diimpor oleh CKM .
Selain itu, SCNP menyewakan sebagian bangunannya ke PT Dynaplast. Perjanjian sewa bangunan pertama yang dimulai sejak 2017 mencakup area seluas 2.016 m², dengan biaya sewa bulanan Rp 41,475 juta. Pada 2018, perjanjian diperluas untuk area tambahan seluas 2.106,6 m² dan area penyimpanan terbuka sebesar 686 m², dengan biaya Rp 65,3 juta per bulan hingga 2023. Ini menunjukkan bahwa SCNP juga menghasilkan pendapatan dari sumber non-inti melalui penyewaan asetnya .
PT Dynaplast Tbk adalah perusahaan terkemuka di Asia Tenggara dalam industri kemasan plastik rigid, didirikan pada tahun 1959. Perusahaan ini menyediakan produk kemasan plastik untuk berbagai sektor, seperti makanan, farmasi, dan otomotif, menjadikannya pemasok utama untuk kebutuhan industri dengan standar tinggi di wilayah ini. Setelah berkembang pesat, Dynaplast kini berada di bawah naungan grup Dynapack Asia, dengan fasilitas di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan negara lain, memperkuat posisinya sebagai pemain besar di pasar kemasan plastik ✅.
Pada tahun 2011, Dynaplast memilih untuk melakukan delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menjadi perusahaan privat, langkah yang memungkinkan perusahaan untuk lebih fokus pada strategi pertumbuhan jangka panjang tanpa tekanan pasar saham ❌. Saham Dynaplast ditawarkan kepada pemegang saham publik dengan harga Rp 4.500 per lembar saat melakukan go private, di atas harga pasar saat itu. Kepemilikan terbesar saat ini ada di tangan PT Hambali Dina Mitra, yang memegang sekitar 40,08% saham, memperkuat posisi manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis tanpa intervensi eksternal ❌.
Sebagai bagian dari grup Dynapack Asia, Dynaplast terus memperluas operasinya di Asia, dengan lebih dari 7.000 karyawan di 37 fasilitas produksi di berbagai negara. Berinvestasi dalam teknologi canggih untuk meningkatkan kapasitas produksi, Dynaplast kini fokus pada pengembangan kemasan yang lebih ramah lingkungan. Produk-produknya meliputi botol, krat, dan komponen plastik presisi untuk peralatan elektronik dan otomotif, menunjukkan komitmen perusahaan dalam menyediakan kemasan yang berkualitas tinggi untuk pasar regional dan internasional ✅.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2