Kredit Macet Bank China Semakin Meroket Sedangkan Indonesia Bahagia
Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang didapat bank dari aktivitas pinjaman dibandingkan dengan biaya bunga yang harus mereka bayar kepada deposan. Secara sederhana, NIM adalah perbedaan antara bunga yang diterima dari pinjaman atau kredit yang mereka berikan dengan bunga yang harus mereka bayar untuk dana yang mereka pinjam dari deposan. NIM biasanya dinyatakan dalam persentase dari total aset produktif bank. Semakin tinggi NIM, semakin besar keuntungan yang bisa diperoleh bank dari aktivitas pemberian pinjaman.
NIM rata-rata bank di China saat ini sekitar 1,54% pada akhir Juni 2024, yang merupakan salah satu level terendah dalam sejarah. Idealnya, bank-bank di China biasanya beroperasi dengan NIM di atas 1,8% untuk mempertahankan profitabilitas yang wajar, namun dalam beberapa tahun terakhir, NIM ini terus menurun. https://bit.ly/45FDAJu
Penurunan NIM bank-bank di China disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kebijakan suku bunga rendah yang diberlakukan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, membuat bank harus menurunkan suku bunga pinjaman, sementara suku bunga simpanan tidak turun secara proporsional. Kedua, stimulus besar-besaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan likuiditas di pasar telah menekan margin keuntungan bank. Meski kredit macet (non-performing loans atau NPL) memang ada, penurunan NIM lebih disebabkan oleh tekanan suku bunga rendah dan meningkatnya kredit macet.
Perbandingan Net Interest Margin (NIM) antara bank-bank di China dan Indonesia menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok. Di China, rata-rata NIM bank hanya sekitar 1,54% pada pertengahan tahun 2024. Ini menunjukkan profitabilitas yang tertekan, karena suku bunga di China rendah sebagai bagian dari kebijakan stimulus ekonomi. Selain itu, bank-bank di China juga menghadapi persaingan ketat dan margin keuntungan yang makin tipis, sehingga NIM mereka menurun ke level yang dianggap kurang ideal untuk mendukung profitabilitas. https://bit.ly/3YGX6Dc
Sementara itu, di Indonesia, bank-bank, terutama bank digital, justru mencatatkan NIM yang jauh lebih tinggi. Sebagai contoh, pada Juni 2024, NIM rata-rata perbankan Indonesia berada di level 4,57%, meski ini sedikit turun dari tahun sebelumnya. Bank digital seperti $AMAR Bank bahkan mencatatkan NIM yang sangat besar, hingga 22,9%. Ini terjadi karena bank-bank digital di Indonesia cenderung menargetkan segmen dengan risiko lebih tinggi, seperti UMKM dan individu yang belum terlayani dengan baik, yang memungkinkan mereka untuk mengenakan suku bunga pinjaman yang lebih tinggi. https://bit.ly/3YGX6Dc
Penyebab perbedaan besar ini utamanya karena model bisnis dan kondisi ekonomi yang berbeda. Bank di China berada di bawah tekanan untuk menurunkan suku bunga sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk mendorong pinjaman dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di Indonesia, khususnya di bank digital, mereka masih bisa mengenakan suku bunga tinggi karena fokus pada segmen yang belum banyak terlayani, sehingga NIM mereka tetap gemuk. Kredit macet memang bisa jadi faktor yang mempengaruhi, tapi di China, penurunan NIM lebih banyak dipicu oleh kebijakan moneter yang agresif untuk mendorong pertumbuhan. https://bit.ly/3YGX6Dc
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
$BTPS $BBRI $BBCA $ARTO
1/2