FAKTA-FAKTA TENTANG NAIK TURUNNYA SAHAM
(*Isinya daging guys ini saya susun berdasar pengalaman dan browsing-browsing ini juga sekaligus pengingat agar saya sendiri terus menerapkan saat trading saham)
Setelah aktif trading saham akhirnya pikiran saya makin terbuka guys kalau ilmu matematika seolah nggak bisa diterapkan saat trading saham.
Karena di dunia saham 1 tambah satu belum tentu jawabannya 2 bisa 11 bisa 20 bisa minus 100.
Kenapa bisa demikian? Contoh ketika sudah mempelajari analisis teknikal kita tahu saham ini bakal naik, apalagi setelah melakukan penelusuran berdasar laporan keuangan juga kondisi perusahaan atau analisis dari sisi fundamental, harusnya saham ini naik tapi karena kondisi ekaternal seperti geopolitik dll akhirnya saham yang diharap naik dengan pertimbangan matang malah harganya jatuh, ndlosor sampai ke dasar.
Ternyata pemahaman dalam menganalisa teknikal, fundamental atau berbagai instrumen bantuan untuk memprediksi naik turunnya harga masih kurang.
Di atas ini ada yang namanya fakta-fakta tentang saham yang juga penting untuk dipahami.
Berikut fakta-fakta tentang naik turunnya saham:
1. Siklus Alamiah Saham (Cyclical Nature of Stocks): Saham memang memiliki pola naik dan turun yang mengikuti siklus tertentu, sering disebut sebagai "market cycles". Setelah periode penurunan (bear market), umumnya ada masa kenaikan (bull market), dan sebaliknya. Namun, meskipun pola ini bisa diamati secara historis, tidak ada cara pasti untuk memprediksi kapan puncak kenaikan atau dasar penurunan akan terjadi. Analisis teknikal dan fundamental hanya dapat memberi perkiraan yang didasarkan pada pola masa lalu, tapi selalu ada unsur ketidakpastian yang tidak dapat dihindari.
Kalau saya mengibaratkan seperti tali tambang yang digoyang menimbulkan efek naik turun yang berurutan. Tapi tingkat naik turunnya tidak pasti.
2. Pergerakan Setelah Sideways (Sideways Market): Saat harga saham bergerak sideways (tidak naik atau turun secara signifikan dalam waktu lama), biasanya terjadi fase konsolidasi. Ini bisa menjadi tanda pasar sedang menunggu katalis, baik positif maupun negatif, yang bisa mendorong harga naik atau turun. Faktor internal perusahaan, seperti laporan keuangan yang bagus, keberhasilan produk baru, atau aksi korporasi (misalnya, merger, akuisisi, buyback saham), dapat mendorong harga naik. Sebaliknya, kinerja yang buruk atau masalah internal dapat menyebabkan penurunan. Selain itu, faktor eksternal seperti kondisi makroekonomi, regulasi pemerintah, atau bencana alam juga berperan besar. Sebagai contoh, perusahaan sektor agrikultur dapat mengalami penurunan saham saat terjadi badai atau bencana alam yang mempengaruhi hasil panen.
3. Pengaruh Musiman (Seasonal Trends): Beberapa sektor industri sangat terpengaruh oleh siklus musiman. Contohnya, saham perusahaan batubara cenderung naik saat musim dingin tiba, terutama di wilayah dengan iklim dingin yang membutuhkan energi ekstra untuk pemanasan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan permintaan energi yang berdampak pada kenaikan harga komoditas seperti batubara. Perusahaan yang bergantung pada sektor konsumsi tertentu, seperti ritel atau pariwisata, juga sering mengalami fluktuasi harga saham berdasarkan musim atau waktu dalam setahun, seperti saat liburan akhir tahun.
Nah bentar lagi guys Eropa musim dingin siap-siap pantengin beberapa emiten yang jualan batubara nih $BUMI $ADRO $PTBA $ITMG $HRUM BYAN.
4. Kondisi Geopolitik Global (Global Geopolitical Events): Konflik politik atau perang dapat sangat mempengaruhi pergerakan saham, terutama di sektor-sektor yang terkait erat dengan kebutuhan militer dan energi. Perusahaan yang menyediakan alat tempur atau teknologi pertahanan biasanya akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan di masa konflik, yang mengakibatkan harga saham mereka naik. Selain itu, krisis energi seperti kenaikan harga minyak selama ketegangan geopolitik juga dapat menyebabkan lonjakan saham perusahaan energi. Di sisi lain, ketidakstabilan politik dapat berdampak negatif pada sektor-sektor yang tergantung pada stabilitas ekonomi global, seperti sektor pariwisata atau manufaktur global.
5. Pengaruh Bandar dan Manipulasi Pasar (Market Manipulation): Pada saham-saham dengan kapitalisasi kecil atau saham gorengan, pergerakan harga sering kali lebih dipengaruhi oleh aksi bandar (market makers) yang memiliki modal besar. Mereka dapat mempengaruhi harga saham dengan cara melakukan pembelian atau penjualan dalam jumlah besar. Misalnya, ketika saham dengan harga rendah diborong dalam jumlah besar, harga dapat naik secara signifikan, walaupun tidak ada faktor fundamental yang mendasarinya. Namun, ketika bandar memutuskan untuk menjual saham dalam jumlah besar, harga bisa turun drastis. Fenomena ini sering kali membuat pergerakan harga saham sulit diprediksi berdasarkan analisis fundamental saja.
Makanta kalau di Stockbit ada bandar detector ada instrumen bandarmology.
6. Kondisi Ekonomi Makro (Macro-Economic Conditions): Saham sangat dipengaruhi oleh indikator ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pengangguran. Misalnya, ketika inflasi tinggi, bank sentral cenderung menaikkan suku bunga, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan harga saham. Di sisi lain, saat suku bunga rendah, saham cenderung naik karena biaya pinjaman lebih murah untuk perusahaan dan konsumen.
Jadi investor harus memperhatikan kebijakan moneter dan ekonomi makro. Investasikan pada sektor-sektor yang lebih tahan terhadap inflasi, seperti komoditas atau utilitas, dan hindari sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga tinggi, seperti properti dan otomotif.
7. Krisis Finansial Global (Global Financial Crises): Krisis keuangan global seperti yang terjadi pada tahun 2008 dapat menyebabkan penurunan tajam dalam harga saham di seluruh dunia. Krisis ini biasanya disebabkan oleh masalah di pasar kredit, gelembung properti, atau kegagalan sistemik dalam perbankan.
Saran terbaik lakukan diversifikasi investasi secara global dan sektor. Selalu miliki cadangan dana tunai untuk memanfaatkan harga saham yang jatuh selama krisis, serta pertimbangkan investasi dalam aset defensif seperti emas atau obligasi pemerintah.
8. Perubahan Kebijakan Pemerintah (Government Policy Changes): Perubahan regulasi atau kebijakan pemerintah, seperti pajak yang lebih tinggi untuk sektor tertentu, kebijakan proteksionisme, atau deregulasi, dapat mempengaruhi kinerja sektor-sektor saham tertentu. Misalnya, kenaikan pajak untuk industri tertentu bisa menurunkan profitabilitas perusahaan.
Jadi pantau kebijakan pemerintah dan dampaknya terhadap sektor yang diinvestasikan. Diversifikasi ke sektor-sektor yang lebih mungkin diuntungkan oleh perubahan kebijakan. Investasi pada perusahaan yang memiliki rekam jejak baik dalam beradaptasi dengan perubahan regulasi.
Contohnya sebentar lagi beralih kepemimpinan ke Presiden Prabowo saat ini baru saja dipanggil calon-calon menteri, hingga nanti sudah ada kepastian menteri dan kebijakan, saham-saham tertentu akan naik atau turun tergantung efek dari kebijakan tersebut.
9. Kemajuan Teknologi (Technological Advancements): Perubahan teknologi dapat menguntungkan atau merugikan saham perusahaan. Misalnya, munculnya teknologi baru dapat memicu lonjakan saham perusahaan teknologi, sementara perusahaan yang gagal berinovasi akan tertinggal dan harga sahamnya turun.
Banyak contoh perusahaan yang gagal berinivasi seperti Kodak, Nokia, BlackBerry, Yahoo dan lain-lain.
Dulu mereka raja di bidangnya tapi salah langkah akhirnya terjerembab.
Saran saya bisa cek perusahaan yang aktif dalam inovasi atau teknologi yang disruptif. ETF (Exchange-Traded Funds) yang berfokus pada teknologi masa depan juga bisa menjadi pilihan yang bagus untuk menangkap peluang dari kemajuan teknologi.
10. Sentimen Pasar (Market Sentiment): Pergerakan harga saham sering kali didorong oleh sentimen pasar, yang mencerminkan emosi kolektif investor. Sentimen positif dapat memicu kenaikan harga saham, sementara sentimen negatif bisa menekan harga meskipun tidak ada perubahan fundamental dalam kinerja perusahaan.
Maka sebaiknya hindari berinvestasi hanya berdasarkan emosi atau mengikuti arus massa. Gunakan analisis fundamental untuk mengevaluasi apakah harga saham saat ini mencerminkan nilai yang sebenarnya atau tidak.
11. Laporan Keuangan (Earnings Reports): Kinerja keuangan perusahaan yang dirilis setiap kuartal bisa menjadi faktor penentu utama naik atau turunnya harga saham. Jika perusahaan melaporkan laba di bawah ekspektasi, saham bisa turun tajam meskipun kinerja perusahaan secara keseluruhan masih kuat.
Dengan meninjau laporan keuangan secara mendalam dan tidak hanya fokus pada laba bersih, tetapi juga pada pertumbuhan pendapatan, arus kas, dan prospek jangka panjang maka saham yang dipilih bukan saham abal-abal. Siapkan strategi beli di harga diskon jika saham turun akibat ketidakpastian sementara.
12. Merger dan Akuisisi (Mergers and Acquisitions): Pengumuman merger atau akuisisi sering kali mempengaruhi harga saham kedua perusahaan yang terlibat. Biasanya, saham perusahaan yang diakuisisi akan naik, sementara saham perusahaan yang melakukan akuisisi mungkin akan turun karena biaya yang harus dikeluarkan.
Jadi cari peluang pada perusahaan yang mungkin menjadi target akuisisi berdasarkan valuasi yang rendah atau potensi sinergi yang jelas. Namun, pastikan untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dari kesepakatan tersebut sebelum membuat keputusan investasi.
13. Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO): IPO dapat menyebabkan lonjakan harga saham jika permintaan pasar tinggi, tetapi harga saham juga bisa jatuh jika perusahaan overvalued pada penawaran awal.
Hindari berinvestasi pada IPO berdasarkan hype. Tunggu beberapa bulan untuk melihat bagaimana kinerja saham setelah hype mereda, atau jika ingin berinvestasi di IPO, lakukan riset mendalam tentang valuasi dan prospek jangka panjang perusahaan.
Apalagi ada skandal pemecatan oknum-oknum yang mendapatkan gratifikasi atas IPO yang diterbitkan.
14. Tingkat Likuiditas (Liquidity of Stocks): Saham dengan likuiditas rendah cenderung lebih volatil karena volume perdagangan yang rendah dapat menyebabkan fluktuasi harga yang tajam. Ini sering terjadi pada saham-saham dengan kapitalisasi kecil atau harga-harga receh.
Saran terbaik sebaiknya Investasi dalam saham dengan likuiditas tinggi untuk mengurangi risiko volatilitas. Jika berinvestasi di saham berkapitalisasi kecil, gunakan strategi jangka panjang dan hindari jual beli dalam jangka pendek untuk meminimalkan dampak volatilitas.
15. Perubahan Manajemen (Management Changes): Penggantian CEO atau perubahan tim manajemen perusahaan bisa berdampak besar pada harga saham. Investor sering kali bereaksi positif atau negatif berdasarkan reputasi atau rekam jejak manajemen baru.
Maka penting banget pelajari latar belakang dan strategi manajemen baru sebelum memutuskan untuk tetap berinvestasi atau keluar dari saham. Jika manajemen baru memiliki rekam jejak yang solid, bisa menjadi peluang untuk membeli saat harga saham masih rendah.
16. Kenaikan/ Penurunan Dividen (Dividend Changes): Saham perusahaan yang sering memberikan dividen dapat mengalami kenaikan harga jika perusahaan meningkatkan dividen, dan sebaliknya, bisa jatuh jika dividen dipotong.
Nah, berinvestasilah pada perusahaan dengan kebijakan dividen yang konsisten dan sehat. Evaluasi rasio pembayaran dividen untuk memastikan perusahaan mampu terus membayar dividen dalam jangka panjang tanpa merusak pertumbuhan.
17. Fluktuasi Mata Uang (Currency Fluctuations): Perubahan nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi laba perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai negara. Penguatan mata uang domestik dapat mengurangi laba dari ekspor, sementara pelemahan dapat meningkatkan keuntungan.
Pilihan untuk diversifikasi portofolio dengan saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi mata uang, atau pertimbangkan lindung nilai (hedging) terhadap risiko mata uang jika Anda berinvestasi dalam perusahaan multinasional merupakan langkah yang tepat.
Nah terakhir guys ini sara guru trading saya ya, yakni:
18. Cangkul yang dalam
Artinya saat membeli saham upayakan membeli di harga dengan histori termurah, cek support, resistance, pivot dll agar kita mendapat harga yang bagus.
Meski saham bagus tapi kalau kita belinya kemahalan atau pas di harga saham yang mahal ya remuk rego krupuk hahahahaa