Anjloknya Laba $MERK Apakah Karena Induk Makan Dalam?
Laporan keuangan PT Merck Tbk per 30 Juni 2024 memperlihatkan sejumlah tantangan keuangan yang cukup serius, yang dimulai dengan penurunan laba usaha sebesar 51,22% dari Rp 118,49 miliar pada 2023 menjadi Rp 57,79 miliar pada 2024 ❌. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku yang diperoleh dari pemasok internasional, seperti Ares Trading SA dan Merck Sante S.A.S, yang memicu kenaikan beban pokok penjualan (COGS) sebesar 8,33% ❌. Kenaikan ini langsung menekan margin laba perusahaan, meskipun pendapatan hanya turun sedikit. Beli bahan baku yang lebih mahal dari afiliasi induk di luar negeri. Apakah ini makan dalam? https://bit.ly/45FDAJu
Selain itu, laba bersih PT Merck Tbk juga mengalami penurunan yang cukup signifikan, turun 48,37% dari Rp 91,36 miliar pada 2023 menjadi Rp 47,19 miliar pada 2024 ❌. Kenaikan COGS yang tidak diimbangi dengan penurunan biaya operasional lainnya memperparah penurunan ini. Beban penjualan dan administrasi (SGA) meningkat seiring dengan kenaikan biaya promosi dan kompensasi karyawan sebesar Rp 69,19 miliar dari Rp 61,99 miliar pada 2023 ❌, yang turut menekan profitabilitas.
Efek dari tekanan ini juga terlihat pada likuiditas perusahaan, di mana kas dan setara kas menurun drastis sebesar 61,69%, dari Rp 201,44 miliar pada akhir 2023 menjadi Rp 77,19 miliar pada akhir Juni 2024 ❌. Penurunan ini tidak hanya dipicu oleh peningkatan beban operasional, tetapi juga oleh pembayaran dividen tunai sebesar Rp 142,87 miliar, yang sebetulnya tidak mendukung kondisi likuiditas perusahaan yang sudah tertekan ❌. Meskipun membayar dividen merupakan tanda kepatuhan perusahaan kepada pemegang saham, dampaknya memperparah ketersediaan kas untuk operasi sehari-hari. https://bit.ly/3YGX6Dc
Di sisi lain, liabilitas jangka pendek PT Merck Tbk mengalami peningkatan signifikan sebesar 84,15%, dari Rp 125,03 miliar pada akhir 2023 menjadi Rp 230,26 miliar pada Juni 2024 ❌. Peningkatan ini terutama berasal dari utang usaha yang melonjak kepada pemasok utama seperti Ares Trading SA, terkait dengan pembelian bahan baku. Korelasi antara peningkatan utang dan kenaikan COGS sangat jelas di sini, di mana kenaikan biaya bahan baku langsung meningkatkan kewajiban jangka pendek perusahaan.
Sementara itu, arus kas operasional perusahaan mengalami penurunan besar sebesar 71,73%, dari Rp 95,45 miliar pada 2023 menjadi Rp 26,98 miliar pada 2024 ❌. Penurunan ini disebabkan oleh penerimaan kas dari pelanggan yang merosot tajam, yang mungkin mencerminkan perlambatan dalam penjualan atau masalah dalam penagihan piutang. Selain itu, pembayaran kas kepada pemasok yang meningkat memperburuk kondisi ini, menambah tekanan pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi inti. https://bit.ly/3YGX6Dc
Penurunan laba, kas, dan arus kas operasional yang terjadi bersamaan dengan peningkatan liabilitas menciptakan lingkaran masalah yang saling terkait ❌. Kenaikan biaya bahan baku (COGS) yang signifikan berdampak langsung pada peningkatan utang dan liabilitas jangka pendek, sementara penurunan laba bersih dan laba usaha mengurangi ruang bagi perusahaan untuk memperbaiki likuiditasnya ✅. Sementara dividen dibayarkan, keputusan ini mempersempit kas perusahaan yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan operasional atau investasi lainnya ❌. https://bit.ly/3YGX6Dc
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ