馃挕 3Q24 Stock Ideas: AKRA, MSTI, TPMA
Menjelang musim laporan keuangan pada akhir Oktober 2024, kami menilai terdapat kesempatan buy on weakness pada saham $AKRA, $MSTI, dan $TPMA. Ketiga saham tersebut mengalami pelemahan harga dalam beberapa waktu terakhir, tetapi memiliki prospek kinerja yang solid dan/atau membaik pada 2H24. Oleh karena itu, kami optimis ketiganya memiliki potensi pemulihan harga dalam waktu dekat.
鈻笍 AKRA (Recent High: Rp1.865, Last Closing Price: Rp1.550)
AKRA membukukan kinerja yang lemah pada 2Q24, dengan laba bersih turun -4% YoY dan -32% QoQ ke level Rp408 M. Hasil tersebut utamanya disebabkan oleh kinerja segmen perdagangan dan distribusi yang lemah seiring turunnya permintaan dari sektor pertambangan pada Maret鈥揗ei 2024 akibat tertundanya izin pertambangan (RKAB). Namun, manajemen AKRA optimistis bahwa kinerja akan mulai pulih seiring naiknya volume permintaan dari emiten pertambangan karena permasalahan izin yang sudah selesai, serta peningkatan penjualan lahan JIIPE pada 2H24. Pada harga Rp1.550, AKRA diperdagangkan dengan 10,1x 1鈥揧ear Forward P/E, di bawah rata鈥搑ata historis 5 tahun terakhir di level 12,4x.
鈻笍 MSTI (Recent High: Rp1.925, Last Closing Price: Rp1.600)
Harga saham MSTI sempat mengalami kenaikan hingga ke level ~Rp1.900 pada Agustus 2024, tetapi kembali melemah hingga ke level ~Rp1.500 pada akhir September 2024. Kami optimistis bahwa kinerja MSTI akan berakselerasi pada 2H24 dan MSTI masih on鈥搕rack untuk mencapai proyeksi laba bersih kami sebesar Rp531 M pada 2024, yang merepresentasikan pertumbuhan sebesar +19% YoY. Pada harga Rp1.600, MSTI diperdagangkan dengan valuasi 9,5x FY24F P/E, level yang atraktif menurut kami untuk perusahaan dengan kualitas yang baik dan prospek pertumbuhan yang tinggi.
鈻笍 TPMA (Recent High: Rp770, Last Closing Price: Rp695)
TPMA membukukan laba bersih sebesar US$5 juta (-13,1% QoQ) pada 2Q24, menandai penurunan laba bersih berturut鈥搕urut selama 2 kuartal terakhir. Penurunan kinerja pada 2Q24 utamanya disebabkan oleh volume angkut yang lebih rendah akibat bencana alam pada pit tambang salah satu klien perseroan. Berdasarkan keterangan manajemen TPMA, klien terkait telah berhasil menangani bencana alam di tambangnya per Juli 2024. Selain itu, manajemen TPMA juga mengekspektasikan untuk mengkonsolidasikan laporan keuangan BEST yang baru saja diakuisisi. Berdasarkan laporan keuangan yang tersedia, BEST mencatatkan kinerja yang relatif lemah pada 1Q24, yang juga disebabkan oleh bencana alam pada salah satu tambang milik klien serta adanya regular docking yang menyebabkan terjadinya penurunan margin. Namun, menurut IR TPMA, masalah tambang klien utama BEST tersebut telah terselesaikan pada 2Q24. Oleh karena itu, kombinasi prospek pemulihan kedua entitas berpotensi menjadi sentimen positif harga saham TPMA.
------------
Edi Chandren (@edichand)
Investment Analyst Lead Stockbit