Big Bank vs Everybody
Beberapa orang mendambakan bank (terutama big bank) di Indonesia sebagai perusahaan terbaik di IDX. Sampe beberapa orang menganggap perusahaan di luar sektor itu kurang investible buat jangka panjang atau ga worth researching karena jadinya ga bersaing kalo P/E nya di atas big bank.
Tapi kalau bank secara model bisnis paling resilient dan bagus, kenapa secara global bank "all star" hampir selalu gabisa dihargai terlalu premium terutama dibanding "all star" non bank companies?
Di US sekelas JPM sama Bank of America 11-14x P/E. Tanpa perlu ngmgin tech, saham best-in-class lain di sektor lain lebih premium. Mulai dari ritel (Costco, Walmart, Home Depot dll), F&B (Chipotle, McD, Starbucks, Domino's, Yum Brands, dll), consumer (Monster Beverage, P&G dll), apparel (Lululemon, Nike dll) dan industrial (3M, Dow dll) banyak yang secara sustainable lebih premium dari itu. Kebanyakan secara konsisten >20x P/E.
Di India yang valuasi lagi bubble, saham bank termasuk yang valuasinya juga ga stretched. Bisa liat ICICI sama HDFC dll P/E sekitar 15-20x. SBI bahkan 10x. Beda jauh sama consumer goods macem Nestle India dan Britannia / Tata Consumer, Dabur, dll, atau bahkan insurance yg dimiliki bank2 tersebut (SBI Life, HDFC Life), ataupun retail (contoh Titan, Dmart, dll), yang pada di atas 50x.
Di China yang valuasi lg murah pun, bank termasuk valuasi big cap paling murah (kebanyakan 4x P/E). Beda jauh sama blue chip main-shares lain macem consumer goods kayak Moutai, Wuliangye, Tingyi, Yili sampe electronic (Midea, Gree dll) ataupun utilities (Yangtze Power, dll).
Secara regional UOB, DBS, CIMB (parentnya) juga sekitar 9-10x P/E.
Apakah market seluruh dunia emang crazy atau emg ada factor lain? Atau emang bank Indonesia paling special di dunia jadi beda kasus? Atau krn saham Indo non-bank nya emg semua ampas jadi ga bs dibandingin? Apakah bener gaada exception jd ga worth studying kalo valuasi lbh premium?
Dari secara headline metrics, keliatannya bank Indo memang lbh "superior" dari negara lain. Walau bisa jadi kalo dikulik secara detail bisa berbeda.
Tapi apakah pertanyaan yang lainnya benar? Kalau tidak, tentunya ada opportunity cost yang besar bila tidak mengulik saham sektor lain yang secara sekilas valuasi trailing nya di atas, karena bisa jadi memang bagus secara quality dan resilience bisnis dan management, growth potential sangat tinggi jadinya bisa aja ternyata ga mahal.
Kemarin ane iseng ambil data bank by country, trus mau liat korelasi dan scatter plot hubungan dari country NIM, NPL, top 3 concentration sama credit rating negara tersebut (makin tinggi TE makin bagus credit rating), dibantu chatGPT Plus.
Hasilnya (terlampir di gambar) korelasi antar variabel, dan keliatan juga bahwa posisi bank Indonesia dibantu ChatGPT:
Secara NIM vs. Peringkat Kredit (TE): Margin Bunga Bersih (NIM) Indonesia secara signifikan lebih tinggi daripada rata-rata negara-negara dengan peringkat kredit yang sama, yang menunjukkan profitabilitas perbankan yang kuat relatif terhadap risiko kreditnya.
NPL vs. Peringkat Kredit (TE): Persentase NPL Indonesia selaras dengan negara-negara lain yang memiliki peringkat kredit serupa, yang menunjukkan bahwa pinjaman bermasalahnya berada dalam level yang diharapkan untuk profil risikonya.
NIM vs. NPL: NIM yang tinggi di Indonesia menunjukkan bahwa bank-bank mencapai pengembalian yang lebih tinggi, yang mungkin mengkompensasi potensi risiko kredit, tetapi itu juga berarti bahwa mereka beroperasi dengan trade-off risiko-pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar yang serupa.
Semua pake data Trading Economics. Cuma iseng bikin pas mumet kerja jadi mungkin aja ada yang kurang benar. Take it with a grain of salt. Kalo mau studi lanjutan yang lebih baik, konklusif dan lebih akurat secara statistika monggo.
Tagging big banks and contender banks $BBCA $BBRI $BMRI $NISP $BNGA
Bukan pom2 ataupun tebar fear. Buat diskusi dan menyentil pikiran aja 馃槑
1/2