COAL : Masih Supercylce ke depan?
===============================
Pertanyaan di atas memang yang paling ditunggu oleh teman2 terutama yang berinvestasi di Coal, tidak ada yang bisa menebak masa depan tapi kalau kita coba mengambil dari berbagai macam sumber , berita , mudah2an puzzle2 ini bisa memberikan gambaran prospek ke depan.
Tentunya masalah supercylce ini berkaitan dengan sisi Demand dan supply batubara di dunia itu sendiri, saya coba bahas di sini ya :
> >Sisi Demad : Konsumsi Coal Dunia
Berdasarkan riset di IEA, Permintaan Komsumsi Coal Dunia mencapai Peak atau puncaknya di 2023 , yaitu sebesar 8.536 Mt, Pertumbuhan tertinggi oleh : China (tumbuh 220Mt, 4,9% yoy), India (tumbuh 98Mt, 8% yoy), Indonesia (tumbuh 23 Mt, 11% yoy) , Penurunan terbesar ada di : Eropa (turun 107Mt, -23%yoy), Amerika (turun 95Mt, -21%). Jadi secara keseluruhan pertumbuhan China, India dan Indonesia mengoffset penurunan di Eropa dan Amerika di 2023.
Tapi diprediksi 2024 -2026, China mulai mengurangi konsumsi Coal sehingga diprediksi demand Coal dunia 2024-2026 berkisar 8.344 Mt per tahun. Hal ini dikarenakan trend resesi dan semakin masifnya investasi ke EBT. (Gbr 2&3)
Kalau kita melihat lebih jeli prediksi angka penurunan ini hanya sebesar 2,2% saja, secara overall demand coal masih tetap tinggi dibandingkan sebelum covid , biarpun ancaman resesi, pengalihan ke EBT dan penurunan konsumsi coal secara besar2an di Eropa dan US. Hal ini disebabkan :
1. Pertumbuhan Ekonomi India dan Negara2 Asean. India yang perlu diperhatikan apakah negara ini akan dijadikan Proxy oleh Amerika, sebagai supply dan kompetisinya China, makanya saat ini sudah mulai deras investasi yang masuk ke India oleh Amerika (Gbr 4)
2. Pertumbuhan Kuat di Coal Conversion Sector China . Meski di hadang ekonomi ketidakpastian, ternyata agenda conversion ini menjadi hal yang penting di China. Bagi yang belum tahu, ternyata coal ini bisa dikonversi menjadi Pupuk (Ammonia), SNG (Synthetic Natural Gas), Polyester sampai ke Bahan bakar seperti Diesel, Gasoline. Strategi ini China lakukan untuk mengurangi ketergantungan impor Gas dan Minyak. (Gbr 5)
3. Pertumbuhan pemakaian coal dimotori oleh Indonesia yang disebabkan salah satunya karena Nickel. Ternyata Coal memegang peranan penting sebagai power generation dalam smelter2 nickel tersebut. Pertumbuhan permintaan EV dan baterai mendorong juga pertumbuhan Nickel yang berujung dengan pemakaian coal yang lebih banyak.
4. Pertumbuhan Data Center & AI (Artificial Intelligent) . Ternyata seiring perkembangan AI dan data center , kebutuhan akan konsumsi listrik meningkat sangat tajam.
5. Proyek2 EBT masih cenderung mahal, memerlukan dana yang besar dan terhambat oleh suku bunga yang tinggi.
> >Sisi Supply : Produksi Coal Dunia
Setelah mencapai pertumbuhan produksinya yang tertinggi di 2023 yaitu sebesar 8.741 Mt, yang dimotori China, Indonesia, Australia dan Rusia, diprediksi menurut IEA produksi Dunia di 2026 akan menurun sebesar 347 Mt di 2026 (turun 4%) dibanding 2023.
Sedangkan penurunan konsumsi di 2026 sekitar 192 Mt (turun 2,25%) dibanding 2023
>> Kesimpulan
1. Penurunan Supply lebih tinggi dibanding dengan penurunan Demand, ini membuat harga coal sulit untuk kembali ke harga sebelum Covid, kecuali ada disrupsi besar2an di demand . Di harga sekarang perusahaan2 Coal akan cenderung menjadi deviden play yang menarik.
2. Dengan Supply yang diprediksi menurun ke depan, apabila terjadi outlier di Demand coal, misal ada lonjakan pertumbuhan ekonomi di India, permintaan EV, Data Center dan AI maka peningkatan tersebut membuat Gap supply demand semakin besar dan peluang itu diperbesar dengan adanya rencana penurunan suku bunga oleh the Fed yang diprediksi akan lebih agresif ke depan
3. Bisa jadi juga peluang terbaik di saat semua takut akan terjadinya hard landing di USA (terjadi Market Crash/Koreksi) sedangkan melihat data yang ada penggerak utama demand saat ini adalah India, Indonesia dan negara2 Asean lainnya.
Sebagai gambaran saya memberikan price akan naik apabila terjadi outlier peningkatan di DEMAND
(GBR 6)
Apakah ini waktunya COAL?
Jangka pendek menarik untuk diperhatikan dikarenakan :
1. Potensi Valuasi yang masih menarik
2. Potensi La nina di akhir tahun 2024 (GBR 7) , hal ini akan membuat supply semakin menurun, dan Demand akan semakin meningkat
3. Perlu diperhatikan beberapa kebijakan dari pemerintah perihal tarif Royalti
4. Corp action yang terjadi di beberapa perusahaan
Jangka Menengah dan Panjang menurut saya masih harus berhati2, dikarenakan potensi Hard Landing Amerika
Jadi menurutmu bagaimana? Apakah Coal menarik?
Emiten mana yang menurutmu menarik ?
Disc On , Bukan ajakan membeli atau menjual
Silahkan Riset sendiri , resiko ditanggung masing2
Random Tag
$ADRO $ABMM $PTBA $ITMG $INDY
1/7