DIVIDEND INVESTING, GOOD OR BAD MOVE?

Saya ingin disclaimer dulu: saya suka dengan yang namanya dividen. Dan dividen menjadi salah satu matriks bagi saya dalam membeli saham.

Apabila kita melihat perusahaan2 di Indonesia, banyak dari mereka yang membagikan dividen dalam jumlah besar, bukan hanya nominal tetapi juga secara payout ratio/DPR maupun yield/DY. Maka tak jarang banyak investor dividend hunter sengaja membeli emiten2 seperti ini untuk strategi dividend investingnya. Tetapi apakah langkah ini bijak? Is it a good move?

Jawaban singkatnya: bisa iya dan tidak.

Iya, apabila kita menargetkan kinerja porto dengan return konservatif di 8-10% pa CAGR, maka kita bisa berinvestasi di perusahaan2 dividend aristocrat semacam DMAS, MPMX, TOTL, BJTM dsb yang menghasilkan DY 8-10% tiap tahunnya. Kunci dari pembelian saham dengan dividen besar (apabila strateginya adalah dividend investing) adalah membeli emiten2 tersebut SEMURAH mungkin. Harga saham semakin turun semakin baik, karena DY yang kita dapatkan akan membesar. Dividen yang kita dapatkan per tahun bisa kita gulung/reinvest lagi.

Lalu apa yang menjadikan strategi ini BAD move?

Ada beberapa alasan dan faktor yang perlu kita perhatikan:

1.Kita tidak menormalize earning, dan menganggap bahwa lonjakan earning maupun dividend payout ratio (DPR) akan terjadi di tahun2 mendatang. Contohnya: apabila kita FOMO membeli saham TOTL dikarenakan tahun kemarin membagi dividen 100 rupiah/share (33% yield di harga saat itu di 300), dan berasumsi ini akan terjadi di tahun2 berikutnya, kita harus siap2 kecewa. Dan benar saja di tahun ini TOTL “hanya” membagikan sebesar 40 rupiah saja. Atau misalnya kita membeli emiten batubara karena tergoda dengan lonjakan earningnya yang fantastis di tahun 2022 sehingga dividen yang kita terima pun besar, kita harus me”normalize” earning dari perusahaan batubara tersebut dan menggunakan patokan dividen payout ratio yang sewajarnya saja. Misal, $PTBA menghasilkan net profit 12T pada 2022 dan membagikan seluruhnya sebagai dividen (DPR 100%). Pertanyaannya: berapakah normalized earning PTBA? Apakah akan bertahan terus di 12T? Lalu berapakah payout wajarnya? Apakah bisa konsisten membagikan 100%? Setelah kita bisa menjawab pertanyaan2 di atas, barulah kita memutuskan berapa kira2 berapa target DY yang kita inginkan dari normalized earning tersebut, dan apakah yieldnya masih menarik untuk kita beli.
2.Kita membeli perusahaan dengan performa yang menurun/declining. Perusahaan yang sudah tidak bertumbuh bahkan earningnya menurun biasanya memiliki payout ratio besar (diatas 80 bahkan 90%). Apesnya apabila kita mengandalkan dividen dari perusahaan semacam ini, seringkali dividen yang akan kita terima ditahun2 mendatang juga akan menurun besarannya, sehingga yield kita pun akan turun. Contoh: apabila kita mengandalkan dividen dari HMSP atau $UNVR dengan expected yield 8% tetapi apabila tahun depan dan seterusnya earning turun, maka dividen yang kita terima juga akan turun. Ini menjadi bad move apabila kita melakukan strategi dividend investing di perusahaan2 yang declining, walaupun saat ini mungkin yield terlihat besar.
3.Kita membeli emiten yang tidak konsisten membagikan dividen. Kadang di tahun2 tertentu dividen besar sekali, tetapi di tahun berikutnya tidak membagi dividen. Atau dividen yang dibagikan oleh perusahaan di satu tahun itu ternyata hasil dari one off gain.

Lalu bagaimana kita bisa mengoptimalkan strategi dividend investing ini?

This is the better move of dividend investing:

Yes, growing dividend!

Berinvestasilah di perusahaan yang masih bertumbuh dan membagikan dividen dengan yield yang lumayan, serta payout ratio yang masih belum terlalu besar. Ingat, kuncinya adalah dividen yang bertumbuh. Pertumbuhan dividen bisa didapat dari pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba didapat dari pertumbuhan kinerja perusahaan (sales yang meningkat dgn mempertahankan margin).

Jadi, pilihkah perusahaan yang:
1.Revenuenya terus bertumbuh, diiringi dengan margin yang stabil/terjaga, bahkan membaik apabila revenue bisa semakin besar. Misal: $SIDO , $ADES, $BBCA dll

2.Labanya terus bertumbuh, sehingga dividen yang kita dapat ditahun2 berikutnya juga akan bertumbuh (asumsi DPR tetap atau bahkan meningkat). Sehingga di tahun ke X, yield at cost kita yang mulanya mungkin berkisar 4-5% bisa mencapai double digit.

3.Yield (at current price) yang tidak terlalu kecil. Saya sendiri mengincar yield di angka 5-7%. Bagi saya ini cukup baik. Apabila perusahaan mampu meningkatkan laba 10% per tahun, maka di tahun ke 5, yield at cost saya sdh mencapai 10%, di tahun ke-12 yield at cost saya bahkan mencapai 20%!

4.Payout ratio yang tidak terlalu besar. Incaran saya di range 40-50%. Mengapa? Apabila payout ratio masih rendah, maka ada kemungkinan ke depannya perusahaan akan menaikkan payout. Perusahaan yang baik akan bijak dalam capital allocation. Apabila dirasa pertumbuhannya sdh tidak bisa agresif, maka pilihannya hanya 3, menurunkan utang, buyback, atau membagi dividen lebih besar. Bandingkan perusahaan yang sudah membagikan payout 100% setiap tahunnya. Maka satu2nya harapan adalah perusahaan tersebut bisa bertumbuh agar dividen yang kita terima makin besar, tetapi ini sulit. Karena perusahaan yg sdh membagikan payout 100% biasanya sdh mature.

Benang merahnya apa? Jangan tergiur dengan company yang sekadar membagikan dividen besar. Jangan hanya berfokus pada DY yang tinggi. Yang lebih penting adalah membeli company yang dalam jangka panjang masih ada kesempatan untuk bertumbuh secara berkelanjutan.

Dalam menjalankan dividend investing pun kita tetap harus memilih company yang wonderful. Kecuali anda mau menggunakan momentum dividen sesaat untuk berjudi mendapat capital gain, tapi hati2 jangan complain dividen trap trep trap trep.

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy