imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

ASET NGANGGUR

Tidak semua 100% aset bisa dimanfaatkan maksimal oleh perusahaan untuk menghasilkan laba.

Sebagian aset benar-benar "bekerja penuh". Sementara sebagian lainnya belum berkontribusi sebagaimana mestinya. Inilah yang diistilahkan "aset nganggur".

Bentuk aset nganggur ini bisa macam-macam, oleh karenanya tidak bisa dilihat sekilas dari keystats, rasio-rasio, atau angka headline laporan keuangan saja.
Ada yang bentuknya kas, persediaan, investasi, aset tetap, piutang, dll.

Tiap perusahaan punya aset nganggur ini, tapi porsinya terhadap total aset tentu berbeda-beda, ada yang punya banyak, ada yang sedikit.

Nah, keberadaan aset nganggur ini juga membuat profitabilitas perusahaan (ROA, ROE, ROIC, dan rasio serupa lainnya) terlihat lebih rendah dari semestinya.
Misalnya saja dari 100% aset, hanya 80% yang benar-benar dipakai maksimal untuk mencapai kinerja tercatat saat ini, sementara 20% adalah aset nganggur.
Karena rumus rasio profitabilitas yang ada tidak memilah aset nganggur ini, tetap 100% jadi pembagi, maka hasil angka ROE dkk itu bakalan kecil. Padahal aset yang benar dipakai cuma 80% saja.

Jika perusahaan bisa memanfaatkan 20% aset nganggur itu, maka akan ada potensi tambahan profit, menaikkan rasio profitabilitas ke potensi yang semestinya.
Tapi risiko sebaliknya pun ada yang malah bisa jadi kerugian.

Oleh karena itu, saya bagi jenis aset nganggur ke 4 klasifikasi berikut :

1. Aset nganggur yang perlu tambahan sumber daya (modal/aset lain, SDM, teknologi, kolaborasi, dll) supaya bisa bekerja memberi nilai tambah.

Contoh : kas nganggur yang dimiliki $MPMX. Operasional rutin MPMX hanya butuh kas sekitar Rp 700 miliar untuk menghasilkan tingkat laba sebesar sekarang ini. Maka kelebihan Rp 1 triliun adalah aset nganggur.
Tapi untuk memanfaatkan kas itu tentu perlu investasi lagi ke bisnis baru (merger dan akuisisi) atau strategi lainnya yang butuh sumber daya tambahan.

Contoh lainnya adalah investasi cadangan tanah jangka panjang yang dimiliki perusahaan properti, perlu tambahan sumber daya untuk develop hingga jadi properti siap jual.


2. Aset nganggur yang jika dijual bisa menjadi "keuntungan" buat perusahaan.

Bisa dibilang ini salah satu "investasi" yang kontribusinya ke kinerja tidak terlihat di laporan keuangan saat ini.
Sering kali potensi ini jadi tersembunyi karena kinerja dari segmen bisnis utama yang lebih dapat perhatian khalayak.

Misalnya : perusahaan yang jual aset tetap lalu dapat selisih keuntungan dari harga perolehan.
Kemudian, perusahaan yang divestasi unit bisnis lebih tinggi dari nilai yang tercatat di laporan keuangan.


3. Aset nganggur yang jika dijual masih bernilai, tapi menimbulkan "kerugian" buat perusahaan.

Ini istilahnya "penyelamatan". Lebih baik aset tersebut segera dilepas untuk mengamankan nilai yang ada saat ini, daripada nanti nilainya turun terus bahkan tak berharga lagi.

Misalnya : perusahaan yang jual aset bekas di bawah nilai tercatat pada laporan keuangan.
Perusahaan yang jual obral murah stok yang sudah mau expired.


4. Aset nganggur yang sudah tidak bernilai, bahkan bisa menyebabkan perusahaan kehilangan aset lainnya.

Aset macam ini sebenarnya hanya tinggal memindahkan nominal "aset di neraca" menjadi "beban di laporan laba-rugi".

Misalnya : stok yang sudah usang dan harus dimusnahkan, tidak bisa dijual lagi.
Piutang yang tidak tertagih.

Dan lebih parahnya lagi bisa jadi "benalu" yang menyedot aset dan sumber daya lainnya dengan minim harapan bisa kembali lagi.

Misalnya : piutang tidak tertagih lalu diajukan gugatan ke pengadilan, perlu ongkos untuk urusan hukum lagi, tapi belum tentu asetnya balik.
Kemudian, aset yang jadi jaminan utang bank, apabila utang tak terbayar, aset pun ditarik.
Lalu, aset yang kena kasus hukum, contohnya emiten-emiten terkait kasus korupsi Jiwasraya Asabri yang asetnya disita Kejagung sampai perusahaannya berhenti operasional.


Klasifikasi yang 1 dan 2 ini tentu contoh yang baik.
Sering kali publik tidak sadar ada emiten yang punya potensi seperti ini. Ya karena dari rasio sekilas tidak terlihat, bahkan bisa saja dianggap jelek karena profitabilitasnya rendah.
Jika kita menemukan emiten macam ini, bakalan dapat "jackpot" kalau aset nganggur ini termanfaatkan suatu waktu. Bila jumlahnya besar, siap-siap dividen jumbo dan/atau capital gain didapat.

Sementara, klasifikasi yang 3 dan 4 ini tentu contoh yang buruk.
Kekayaan perusahaan berpotensi menyusut, begitupun uang yang kita investasikan ke perusahaan macam begini.


Kalau perusahaan punya aset nganggur sedikit, tidak ada yang bisa diidentifikasi oleh publik, ya gapapa juga berarti perusahaannya efisien dan efektif memanfaatkan seluruh aset yang dipunya.
Tapi kalau mulai kelihatan gejala aset nganggur klasifikasi 3 dan 4 ini bertambah, lebih baik hindari.

Random tag
$ASRI $NISP $ASII $ADRO

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy