Akhirnya, gosip yang santer beredar beberapa waktu belakangan sudah terkonfirmasi.
Keterbukaan informasi Net Visi Media ($NETV) dan MD Entertainment ($FILM) hari Kamis kemarin mengkonfirmasi bahwa ada aksi korporasi yang secara singkat : MD Entertainment mengakuisisi NET TV. Nama MD Entertainment ini bisa dibilang awet di pergosipan terkait dengan pencarian investor NETV, meski sempat teredam oleh adanya penawaran lain dari konsorsium Deddy Corbuzier (yang selentingannya muncul dari rekaman podcast Deddy sendiri, meski saat itu tidak menyebut nama).
Cerita MD Entertainment ini, seperti mengulang peristiwa manuver pembelian saham grup BTV (B-Universe $KBLV) yang dilakukan oleh rival bin “sodara”nya, Tripar Multivision Plus ($RAAM). Tentu unik melihat bagaimana strategi mereka memiliki stasiun TV sendiri, di tengah tren digitalisasi di sektor media konten yang terus menguat.
Baca postingan terkait di
=======
Seperti skema yang pernah saya cerita sebelumnya di postingan kepuyengan NETV dan RCTI, MD Entertainment akan menyetor modal baru dan mengambil alih (cessie) 75% outstanding piutang kreditur NETV (Newton Capital). Sisa outstanding akan tetap dipegang Newton. Selain penyetoran dan cessie piutang, MD Entertainment akan juga membeli sebagian saham dari pemegang saham eksisting NETV, yang terdiri dari grup Indika dan grup Teladan. Sampai tulisan ini dibuat, tidak ada keterangan apakah saham grup Tokopedia (Semangat Bambu Runcing) akan dibeli atau tidak.
Setelah pengambilalihan piutang tersebut, MD dan Newton akan bersama sama mengkonversi piutang menjadi saham. Selain itu, MD akan menambah modal NETV melalui aksi korporasi private placement yang dilakukan bersamaan dengan aksi korporasi NETV. Secara singkat, prosesnya akan didahului oleh reverse stock split (penggabungan saham) NETV, kemudian ada private placement yang akan dilakukan masing-masing MD dan NETV di waktu hampir bersamaan. Dana dari MD akan disetor bersamaan dengan konversi piutang tadi. Dari private placement MD tersebut, MD mengundang investor untuk masuk ke mereka, dimana mereka sudah mengamankan 2 investor yang bersedia mengikuti private placement MD dan sedang mencari investor sisanya untuk menyerap target dana yang diharapkan.
Tebak siapa yang jadi 2 investor barunya MD ini?
Lagi lagi grup Indika dan grup Teladan. Yang unik, nilai cessie piutang NETV dan nilai setoran dua grup ini di MD sama. Sama sama sekitar Rp 661 milyar. Entah kenapa mereka memilih skema yang agak bikin puyeng ini. Satu sisi melepaskan pengendalian NETV, memperoleh hasil dari penjualan saham mereka kepada MD Entertainment, tapi mereka jugalah yang menyetor modal ke MD Entertainment. Selain secara emosional, nampaknya Agus Lasmono - pemilik Indika - sebagai founder (saat itu bersama Wishnutama) masih belum sepenuhnya “ikhlas” melepas NETV, karena kenyataannya sampai titik terakhir, beliau ini masih melakukan controlling terhadap strategi konten dan produksi NETV, termasuk approval approval program baru, ada kemungkinan mereka masih optimis terhadap sektor media dan konten ini. Makanya, mereka juga masuk ke MD Entertainment sebagai bagian dari investasi strategis.
Keluar dari soal itu, keputusan akhir memilih MD Entertainment sebagai investor NETV nampaknya didasarkan oleh sejumlah pertimbangan. Secara historis, NETV pernah membeli sejumlah konten MD Entertainment. Hal ini bisa ditrack dari ketika Wishnutama resign dari NETV - untuk kemudian jadi menteri - dimana strategi program NETV langsung berubah drastis dan sempat terjadi eksperimen strategi programming mereka. Selain itu, kedekatan NETV dengan partner utama MD di OTT streaming, yaitu WeTV, melalui pembelian konten konten WeTV juga nampaknya membuat MD merasa lebih nyaman. Mungkin ada sebuah project nantinya yang melibatkan WeTV dan NETV? Kita lihat saja nanti.
Yang jelas, langkah seperti ini bukan yang pertama dilakukan rumah produksi pembuat sinetron dan film. Sebelumnya, sudah ada investasi yang dilakukan Multivision Plus - “sodaranya” MD - di B-Universe, induk dari BTV (d/h Beritasatu). Investasi ini dilakukan sekitar tahun 2023 lalu, dimana harapannya BTV akan menjadi proxy dari Multivision untuk mempertahankan eksistensi mereka. Sempat terjadi perubahan strategi programming BTV, yang menayangkan sejumlah film dan sinetron Multivision di masa lalu sampai akhir 2023 - merupakan bagian dari perjanjian investasi dan kerja sama tersebut. Namun, nampaknya karena tidak inline dengan strategi BTV yang sebenarnya lebih berupaya ke news, dan juga nampaknya karena memang sejak awal BTV kebingungan menerapkan strateginya, akhirnya uji coba tersebut tidak berjalan lancar.
Tentu kita perlu melihat, apakah kerja sama MD dan NETV ini bisa lebih lancar dibandingkan kerja sama Multivision dan BTV. Namun, dengan kesamaan target dimana MD dan NETV sama sama bermain di konten hiburan, masih memungkinkan untuk menghasilkan kinerja lebih baik. Masalahnya tinggal 2 : branding NETV dan strategi untuk bisa kompetitif di tengah persaingan. Kedua hal ini menjadi tantangan, karena bagaimanapun juga NETV masih menghadapi citra buruk akibat sejumlah masalah yang mereka hadapi beberapa tahun terakhir. Sementara, dengan citra buruk ini, mereka harus berinvestasi untuk mengubah persepsi dan sekaligus mengotak atik strategi program mereka agar bisa memperbaiki kinerja keuangan melalui peningkatan belanja iklan.
Yang perlu diperjelas lagi adalah, mau dibawa kemana ini NETV. Apakah akan jadi stasiun TV “media sosial” (TV Tiktok)? Apakah akan jadi stasiun TV drama? Apakah akan jadi stasiun TV kuliner, seperti yang dilakukan NETV sekarang? Atau apakah akan kembali jadi stasiun TV general entertainment dengan variasi in house production yang lebih banyak dibanding sekarang? Ini perlu dijawab oleh MD dan manajemen NETV.
Keluar dari semua pertanyaan itu, yang tentu menjadi pikiran saya sampai sekarang adalah investasi di stasiun TV yang masih belum berhenti, di tengah kenyataan kenyataan yang cukup menambah puyeng. Pertama, penonton TV sudah tak lagi seperti dulu. Kedua, digital platform dan belanja iklan digital sangat kuat. Ketiga, penonton anak anak muda dan usia produktif sudah semakin menjauh dari televisi - minimal sudah mulai agak teralihkan, meski dalam konten tertentu seperti sepak bola, masih ada yang mengonsumsi televisi. Meski saya cukup optimis dengan pertelevisian dan eksistensinya, namun persaingan ketat antar stasiun TV menjadi hal yang harus dipertimbangkan matang, serta tentu saja pengembalian investasi stasiun TV yang mungkin akan lebih panjang dibandingkan sebelumnya.
Sudah siap?
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$IHSG
1/2