Deja Vu: Astra
Author: Sumadi Surianto

Melihat harga saham ASII (PT Astra International Tbk) +/- Rp 4.900 / lembar, saya seakan Déjà vu. Mengingatkan saya akan tahun 2015, saya baru bergabung menjadi karyawan di Astra International Head Office, hanya berbekal pengalaman investasi selama 1 tahun. Saya merasakan market crash pertama kali.

Pasar modal mengalami crash disebabkan China Slowdown. Salah satu dampak dari China Slowdown ialah penurunan harga batu bara sampai ke titik terendah $54/ton pada Oktober 2015. Media dan para analis pada saat itu takut akan kondisi pasar modal, terutama pada kondisi Astra. Laba bersih Q3 2015 mengalami penurunan 17% bila dibandingkan dengan Q3 2014. Sedangkan dari sisi Heavy Equipment & Mining-nya masih menunjukkan peningkatan 15% YoY (Q3), ditambah Astra masih membagikan dividen interim di bulan Oktober, saya sebagai orang dalam merasakan “Everything is fine kok”. Namun harga saham berkata lain di bulan Oktober itulah harga saham ASII jatuh ke harga +/- Rp 4.900 / lembar. Hal ini membuat saya semakin yakin bila market itu sangatlah irasional.

Long story short, kini saya merasa Déjà vu kembali melihat banyak berita-berita buruk yang menghantam Astra seperti tahun 2015. Dari skandal sertifikasi Daihatsu, rangka eSAF Honda yang patah, ketakutan pangsa pasar Astra tergilas mobil/motor listrik, Astra tidak ESG, Astra ekspansi segmen nikel saat harga nikel turun, hingga ketakutan harga batu bara yang sudah turun ke $120/ton.

Apakah kondisi Astra separah yang diberitakan? Menurut saya tidak. Q2 2024 tidak seburuk yang dikatakan, bahkan tahun 2015 masih lebih parah. Bila Anda bandingkan performanya dengan Q2 2023 hanya turun 4%, bila dibandingkan Q1 2024 bahkan naik 12%. Saya coba poinkan dari 3 segmen yang paling material di dalam grup Astra secara YoY karena Astra memiliki seasonality dan cyclicality.

1. Automotives
Penjualan otomotif mengalami penurunan baik 4W (-12% YoY) & 2W (-3% YoY). Apakah akan berlangsung seterusnya? Butuh waktu untuk membangun infrastruktur EV, dan apakah insentif pajak EV akan selamanya?

Dari sisi manufaktur, laba meningkat. AHM menghasilkan Rp 1,2 triliun (+15% YoY) & ADM Rp 292 miliar (+217% YoY). Market share Astra meningkat menjadi 60% untuk 4W & 77% untuk 2W. Ini menandakan Astra tetap berhasil menjaga pangsa pasar.

2. Financial Services
Bila dibandingkan tahun 2023 meningkat 8% YoY, menjadi Rp 2,2 triliun. Terlebih bila tahun ini ada penurunan suku bunga, akan memberikan angin segar.

3. Heavy Equipment , Mining , Construction & Energy
Secara agregat Operating Profit -16% YoY disebabkan penjualan Komatsu yang turun dan harga peak batu bara sudah turun. Namun volume overburden Pama meningkat 10% YoY, dengan baseline harga kontrak overburden pada Newcastle Coal $120/ton. Sudah hampir tiga kuartal harga batu bara terjaga dan di bulan Agustus 2024, Newcastle coal masih berada di level +/- $140/ton.

Side note: Impairment aset tambang Rp 7,6 triliun (2015 Rp 5,2 triliun & 2014 Rp 2,4 triliun) saat decision akhir tahun 2015 diekspektasikan pada harga batubara $72/ton. Sedangkan harga batu bara sudah kembali di atas $100/ton dan hingga kini tidak pernah dilakukannya recovery nilai aset tambang,

4. Others
Surprisingly Operating Profit segmen Agriculture dan Infrastructure meningkat Rp 211 miliar menjadi Rp 874 miliar (29% YoY).

Coba bayangkan harga saham kurang lebih sama dengan 9 tahun lalu, kini owner’s income 6M 2024 saja sudah mencapai Rp 15,8 triliun, dibandingkan 2015 yang laba setahun penuhnya Rp 15,2 triliun. Saya rasa sebelum menghitung valuasinya pun Anda sudah bisa merasakan “irasionalitas” market terhadap Astra. Pada 16 Agustus 2024, market cap Astra adalah Rp 201 triliun dengan nilai buku Rp 199 triliun, dan P/E 6,2x. Bahkan market cap pernah sempat di bawah nilai buku pada bulan Juli.

To sum up, kemampuan manajemen dalam capital allocation, kemauan untuk terus ekspansi, dan brand reputation membuat kondisi bisnis Astra cukup stabil di tengah gempuran kompetisi, dan kondisi makro yang tidak menentu. Harga saham yang turun bukan mengartikan perusahaan sedang terpuruk. Saya yakin sooner or later, ASII will eventually come to their intrinsic value.

------------------------
THINK juga memiliki artikel lain yang dapat kalian akses melalui (https://cutt.ly/deQIG0kQ). Agar tidak ketinggalan notifikasi artikel baru dari THINK, join THINK onboarding group! Disini akan ada pembelajaran mengenai investasi juga. Gabung melalui Telegram dengan cara: search “Think onboarding group” pada bagian channels!

$IHSG

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy