Laba bersih yang konsisten tumbuh saja tidak cukup
Mari kita coba melihat data statistik:
Selama 10 tahun terakhir (2014-2023), terdapat 51 saham yang laba bersihnya tumbuh rata-rata > 10%/thn. Dari ke-51 saham tersebut, hanya 21 saham (41%) yang harganya juga naik rata-rata sebesar > 10%/tahun.
Gambaran ini tidak terlalu baik.
Mengapa banyak emiten yang labanya naik konsisten namun tidak diiringi oleh kenaikan harga sahamnya?
Saya akan mencoba menambahkan 1 faktor lagi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas.
Bagaimana jika dari ke-51 saham tersebut, kita hanya memilih saham dengan PER yang rendah (< 12x)?
Ternyata hasilnya jauh lebih baik. Dengan menambahkan faktor PER dalam perhitungan, terdapat 82% saham (9 dari 11) yang harganya naik rata-rata > 10%/tahun.
Artinya…
Potensi pertumbuhan baik + harga murah = potensi return yang bagus
Secara historis, kenaikan laba bersih tidak otomatis akan diiringi oleh kenaikan harga, terlebih jika kita membelinya dengan harga yang terlalu mahal.
Artinya, return yang baik bisa dicapai pada saham-saham yang labanya tumbuh stabil dan dijual dengan harga murah (undervalued).
Kelihatannya klise sekali ya? Iya.
Namun perbedaannya, kali ini saya mengatakannya dengan dukungan data.
Sayangnya persoalannya tidak semudah itu.
1. Tidak mudah memprediksi apakah labanya akan tumbuh dengan konsisten di masa mendatang. Kita tidak bisa hanya sekedar melihat data historis untuk itu. Kita harus melakukan analisis yang mendalam untuk mengetahuinya.
2. Biasanya, emiten yang bagus bisnisnya sulit didapatkan dengan harga murah. Artinya, kita harus bisa bersabar menunggu. Tidak selalu saham yang bagus akan memberikan kesempatan yang bagus, terlebih jika harganya terlalu mahal.
Yang tidak kalah pentingnya, kita harus melakukan review secara berkala untuk memastikan bahwa kinerja bisnisnya masih on-track. Tentu saja bisa jadi ada kalanya kinerja kurang baik. Jika memahami bisnisnya dengan baik, kita akan tahu apakah penurunan kinerja itu bersifat permanen atau hanya sekedar 'cegukan' sementara saja.
Dan juga, jangan segan juga mengakui jika kita salah. Misalnya, ternyata kinerja aktualnya tidak sebagus yang kita perkirakan. Jika kita tetap ngotot, maka ongkosnya bisa menjadi sangat mahal bagi return portfolio kita.
Disclaimer: Tulisan ini adalah media edukasi dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala kerugian sebagai akibat dari penggunaan informasi pada tulisan ini bukan menjadi tanggung jawab penulis.
$IHSG