$FIRE ini menarik karena perusahaan ini memang agak laen dari emiten batubara lainnya yang suka untung tapi emiten ini sukanya rugi seperti $ARII
Bagaimana tidak dari IPO 9 Juni 2017 harga pasarnya digoreng sangat tinggi melebihi fundamentalnya tapi kinerjanya yang bagus di tahun 2019 dengan rekor produksi tertinggi sepanjang masa sebesar 908.273 MT dan penjualan sebesar 1.221.662 MT hanya menghasilkan laba bersih bagian entitas induk hanya Rp 10,5 miliar.

Tahun 2020 disaat covid merebak perusahaan batubara lain mengalami penurunan kinerja tapi FIRE lagi lagi agak laen malah mencetak rekor laba bersih tertinggi sepanjang sejarah yaitu Rp 13,8 miliar setelah itu berturut turut disaat perusahaan batubara lain mencetak keuntungan fantastis FIRE malah mencetak kerugian fantastis rekor rugi tertinggi sepanjang masa yaitu rugi berturut turut Rp 45,8 miliar dan Rp 94,67 miliar yang disebabkan piutang lain lain sebelum IPO yaitu PT Batuah Energy Prima (BEP) dan PT Permata Resources Borneo Makmur (terkait emiten TKGA Toko Buku Gunung Agung yang dibackdoor listing Permata Prima Sakti (PPS) group) – silahkan diriset kembali siapa PT BEP dan PPS Group.

Pembelajaran sebelum IPO memberikan pinjaman yang belum dibayarkan sebesar Rp 57,1 miliar ternyata tidak membuat FIRE kapok dengan murah hatinya tahun 2022 kembali meminjamkan Rp 69,2 miliar kepada PT Gunung Bara Utama (GBU) yang dicadangkan kembali dengan potensi gagal bayar karena GBU sendiri merupakan anak usaha batubara $TRAM yang disita kejaksaan karena kasus asuransi Jiwasraya dan ASABRI
Lalu bagaimana dengan valuasinya saat ini per 1 Juli 2024 ?
Valuasi batubara perusahaan sendiri saya hitung dengan menggunakan metode akuisisi yang telah terbukti pada praktek di $SMMT tapi gagal di $ARII karena factor owner pemegang saham pengendali yaitu :

1. Tanpa memperhitungkan Sumber daya untuk meminimalkan resiko didapat hasil MINUS Rp 76,- persaham

2. Dengan memperhitungkan Sumber daya dengan DISKON 50% maka didapatkan Rp 13,96 persaham

Demikian ! Masih tertarik ?