Membuat Screener Saham yang Memiliki EPS Growth Positif dan Harganya Masih Diskon
Bulan Juli & Agustus adalah bulan musim perusahaan merilis laporan keuangan kuartal 2 (kinerja bulan April - Juni). Ini menjadi kesempatan mencari perusahaan yang profitnya naik, dan diharapkan harga sahamnya juga akan naik.
Memang sih ada yang bilang menunggu keluarnya laporan keuangan itu sudah telat, harga sahamnya sudah naik duluan. Masalahnya, bagi sebagian besar dari kita, memprediksi apakah profit perusahaan akan naik itu tidaklah mudah. Alternatifnya, kita tunggu laporan keuangan keluar, cari perusahaan yang profitnya meningkat, tapi harga sahamnya belum naik, atau belum naik tinggi, atau masih ada potensi kenaikan, atau sebut saja harganya masih diskon.
Gambar 1 adalah screener yang kita buat untuk mencari saham-saham tersebut.
Kita pilih yang market cap di atas 1 triliun dan harga di atas gocap, untuk menghindari saham gorengan yang biasanya market cap kecil dan harga nominal kecil. Tapi pilihan Market Cap ini bisa disesuaikan. Misalnya jika mau menjaring saham perusahaan dengan market cap lebih kecil, tapi perusahaanya memiliki GCG yang baik & prospek bisnis yang bagus, bisa saja diset market cap di atas 250 miliar, atau angka lainnya.
Yang dilingkari merah adalah kriteria utama, yaitu EPS Growth. Untuk hasil laporan Q2 ini, kita pilih yang EPS Q2 tahun ini lebih besar daripada EPS Q2 tahun lalu. Kita juga pilih yang gabungan EPS Q1 + EPS Q2 tahun ini lebih besar daripada gabungan EPS Q1 + EPS Q2 tahun lalu. Quarterly YoY Growth positif, YTD YoY Growth positif.
Yang dilingkari warna jingga adalah kriteria harga dibandingkan 52 week high & 52 week low. Kita pilih yang harganya minimal 10% di bawah 52 week high, dan maksimal 30% di atas 52 week low. Ini menghindari beii pucuk, dan menghindari beli yang sudah naik terlalu tinggi dari harga 52 week low.
Yang dilingkari warna kuning adalah kriteria harga dibandingkan secara rasio fundamental yaitu PE ratio. Kita cari yang PE ratio saat ini minimal 10% di bawah rata-rata PE ratio 3 tahun & rata-rata PE ratio 1 tahun.
Yang dilingkari warna hijau adalah kriteria harga dibandingkan secara teknikak yaitu moving average. Kita cari yang harganya maksimal 5% di atas MA20 & maksimal 5% di atas MA50. Ini untuk menghindari beli saham yang baru saja terbang tinggi. Kalaupun udah terbang, kita jaring yang harganya mengalami koreksi mendekati MA20 & MA50.
Yang dilingkari warna biru adalah kriteria fundamental untuk saham-saham dengan earning positif & book value positif. Dalam case ini kita hindari yang profitnya tumbuh, tapi masih merugi.
Gambar 2 sampai gambar 8 adalah daftar saham hasil screener diurut berdasarkan EPS Quarterly YoY Growth paling tinggi. Pada saat screener ini dijalankan hari ini, tanggal 31 Juli 2024 pasca market tutup, di urutan pertama adalah SCMA, yang memiliki market cap 10,35 T dan harga 140. Kita bahas kolom lain hasil screener untuk saham SCMA ini.
Sebelumnya, kita pastikan apakah SCMA sudah merilis LK kuartal terbaru, dalam hal ini Q2 2024. Gambar 3 mengkonfirmasi SCMA sudah mengeluarkan LK Q1 & Q2 2024.
Gambar 4 menunjukkan SCMA EPS Q2 2024 dibandingkan EPS Q2 2023 naik 4.500 persen lebih, dan EPS YTD (Januari - Juni) 2024 divandingkan Januari - Juni 2023 naik 371 persen lebih. Yang kita bandingkan di sini adalah EPS (Earning Per Share) growth. Dalam case ini kita tidak membandingkan revenue growth & net income growth.
Gambar 5 menunjukkan harga tertinggi & terendah SCMA dalam 1 tahun terakhir. Harga tertinggi 170 dan harga terendah 117. Harga saat ini 140, sudah turun 17,65 % dari 170, dan sudah naik 19,66% dari 117. Jika dari 140 harga naik ke 170, ada potensi kenaikan 21,4%. Tetapi jika dari 140 harga turun ke 117, ada potensi penurunan 16,43%. Potensi kenaikan ini bisa menjadi target taking profit. Potensi penurunan ini bisa menjadi target average down, bagi yang suka average down, atau bisa jadi target cut loss bagi yang suka cut loss. Terserah bagaimana menyikapinya, yang penting sudah aware dengan potensi risikonya dan saat kejadian tidak kaget dan bingung mau ngapain.
Gambar 6 & gambar 7 menunjukkan PE ratio saat ini 17,47, rata2 PE ratio 3 tahun 22,8, dan rata2 PE ratio 1 tahun 36,26. Apa arti angka-angka ini? Secara PE ratio, harga saat ini lebih murah 23% dibanding rata2 PE 3 tahun, dan lebih rendah 51% dibanding rata2 PE 1 tahun terakhir. Angka ini juga menunjukkan jika PE ratio SCMA kembali menjadi 22,8, maka ada potensi kenaikan harga menjadi 22,8 / 17, 47 x 140 = 182. Pun jika PE ratio kembali menjadi 36,26, maka ada potensi kenaikan harga menjadi 36,26 / 17,47 x 140 = 290. Kapan terakhir harga SCMA 182? April 2023. Kapan terakhir harga SCMA 290? April 2022. Apakah mungkin harga SCMA kembali ke 182 bahkan 290? Kita tidak tahu. Perlu analisa lebih mendalam untuk melihat potensi-potensi angka tersebut. Yang kita lakukan di sini yang mudah-mudah saja 馃槑 Kita banding-bandingkan angka-angka, cari peluang kenaikan harga, fahami risikonya. Untuk fundamental dalam case ini kita common sense saja, misalnya untuk SCMA, bagaimana kira-kira prospek bisnis media di era digital seperti saat ini.
Gambar 8 & gambar 9 menunjukkan rata-rata harga 20 hari terakhir yaitu 142,9, dan rata-rata harga 50 hari terakhir yaitu 141,18. Secara teknikal, harga saat ini, harga MA20, & harga MA50 berdekatan. Artinya dalam beberapa hari terakhir harga bergerak di rentang harga yang sempit, yang mungkin setelah ini harga angkat melompat.
Bonus: Gambar 9. Di stockbit juga ada fitur untuk menampilkan prediksi harga dari para analis yang wawasannya lebih luas daripada penulis. Dari 10 analis, ada 6 yang merekomendasikan buy SCMA dengan target harga rata-rata 231.
Oh ya masih banyak saham-saham lain yang muncul di screener tersebut dan mungkin memiliki potensi upside yang menarik, seperti LSIP atau lainnya.
Tulisan ini tidak bermaksud merekomendasikan SCMA atau saham lainnya.
Tulisan ini bermaksud untuk berbagi pengalaman utak-atik screener stockbit, dan mudah-mudahan ada manfaatnya bagi sebagian stockbitor yang membaca tulisan ini.
$SCMA $LSIP $ISSP
1/10