Key Takeaways from site visit ke Terminal BBM Tembilahan milik $ELSA
Minggu lalu, saya bersama dengan beberapa analis mendapat kesempatan untuk mengunjungi salah satu Terminal BBM (TBBM) milik ELSA yang berada di Tembilahan, Riau.
Perjalanan kami dimulai dengan penerbangan dari Jakarta - Pekanbaru selama kurang lebih 2 jam. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan darat selama kurang lebih 8 jam ke area (ini sudah termasuk berhenti untuk istirahat dan makan, serta pengawalan dari patwal untuk mempercepat perjalanan).
Hal yang menarik dari site visit kali ini, selain melihat bagaimana operasional dari pengelolaan TBBM, kami juga mendapat insight baru terkait emiten. Sepanjang perjalanan kami mengupas jenis pekerjaan di setiap segmen ELSA. FYI, buat temen2 yang belum mengikuti, ELSA ini merupakan emiten jasa penunjang migas mulai dari kegiatan di hulu migas (eksplorasi hingga produksi migas) hingga hilir migas (mendistribusikan BBM ke berbagai wilayah di Indonesia).
Jasa hulu migas milik ELSA ini merupakan segmen yang berkontribusi sebesar 39% dari total pendapatan ELSA per 1Q24. Segmen ini merupakan kontributor kedua terbesar setelah jasa distribusi dan logistik yang menyumbang 53,7% dari total pendapatan emiten per 1Q24. Yang menarik, berbeda dari jasa distribusi dan logistik, jasa hulu migas ini merupakan bisnis cyclical yang berfluktuasi seirama dengan aktivitas pada hulu migas Indonesia, terutama Pertamina Hulu Energi. Kegiatan yang dilakukan segmen ini sangat beragam, mulai dari jasa seismic, well intervention, drilling workover, hingga operation and maintanance sumur migas. Namun, berbeda dengan emiten produsen migas, kegiatan hulu migas tidak berkorelasi langsung dengan harga minyak global. Memang, diperlukan harga minyak yang cukup tinggi dan stabil, serta prospek industri migas yang cerah untuk emiten produsen migas (seperti $MEDC, $ENRG, Pertamina, shell, occidental dkk) untuk mau melakukan eksplorasi dan meningkatkan produksi migas mereka. Namun, sebenarnya tidak diperlukan peningkatan harga minyak yang ekstrem seperti tahun 2022 untuk aktivitas hulu migas terus aktif. Malahan lebih baik harga minyak ga kemana-mana tapi stabil di angka yang favorable untuk produsen migas melakukan eksplorasi. Berdasarkan presentasi dari Valaris, salah satu emiten global penyedia rig, harga minyak di kisaran $70-$75 ini telah cukup untuk membuat lebih dari 93% produsen migas BEP ketika mengembangkan reserve mereka (yang artinya akan terjadi peningkatan aktivitas hulu migas). Untuk Indonesia sendiri, saya biasanya melihat perkembangan aktivitas hulu migas Indonesia pada konferensi pers yang diadakan oleh SKK Migas setiap kuartalnya di youtube SKK migas. ELSA sendiri telah berhasil membalik kerugian segmen hulu migas sejak 2017 pada tahun 2022 kemarin. Tidak jauh berbeda, jasa penunjang migas milik ELSA juga berkorelasi dengan kinerja jasa hulu migas, namun pada derajat yang lebih stabil.
Nah untuk jasa distribusi dan logistik, ELSA berkontribusi dalam mengelola TBBM (depo BBM raksasa yang menerima BBM dari kilang minyak, untuk selanjutnya di distribusikan ke SPBU) seperti yang kami kunjungi di Tembilahan, mengelola SPBU, penjualan BBM non subsidi untuk industry & marine, dan masih banyak lagi. Dengan pertumbuhan CAGR sebesar 6% dalam 5 tahun terakhir, serta nature bisnis yang stabil, segmen ini cocok menjadi penetralisir penurunan kinerja ELSA yang berpotensi terjadi apabila siklus dari jasa penunjang migas telah berakhir nanti.
Berikut beberapa foto terkait site visit di TBBM Tembilahan Riau
Thank you stockbit untuk pengalaman seru kali ini!
see you on the other site visit.
https://cutt.ly/iedG7sjF
1/6