Statement Gubernur BI dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI 20 Juni 2024
✔️ BI menilai rate acuan di 6,25% sudah cukup, tidak perlu kenaikan lanjutan.
Kenaikan 25bps pada April 2024 lalu sudah dilakukan untuk menanggulangi dampak ketidakpastian global yang meningkat. Dan saat ini kekhawatiran cenderung mereda.
Pada saat kenaikan BI Rate 25bps April lalu ke 6,25%, BI sudah menggunakan base line kemungkinan kebijakan Fed yang cut Fed Fund Rate satu kali sebesar 25bps di akhir tahun 2024, dan sudah memperkirakan risiko kalau Fed tidak jadi melakukan cut rate.
Sehingga rate 6,25% dengan base line tersebut sudah mengakomodir dot plot (proyeksi) Fed yang mengurangi perkiraan cut rate di tahun 2024. BI sudah preemptive dan forward looking memprediksi hal itu dari bulan-bulan lalu. Sehingga kebijakan lanjutan yang terlalu agresif tidak lagi diperlukan.
BI juga menilai fundamental ekonomi Indonesia masih bagus. Inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi baik, pertumbuhan kredit tinggi, current account masih baik.
Jadi BI dengan tegas menyatakan kalau Rupiah masih dalam tren penguatan menuju ke bawah 16.000 terhadap USD dilatarbelakangi fundamental yang kuat.
Pelemahan Rupiah yang terjadi saat ini lebih karena faktor teknikal sentimen. Gubernur BI tegas menyatakan bahwa persepsi negatif mempengaruhi pelemahan Rupiah, dan tidak perlu mempercayai persepsi yang belum tentu benar, terutama soal defisit fiskal di pemerintahan baru Presiden Prabowo nanti.
Selain itu, kebutuhan valas korporasi untuk repatriasi dividen yang puncaknya pada Q2 ini juga mempengaruhi pelemahan Rupiah saat ini.
Ditambah pula ketidakpastian global yang belum benar-benar terkendali.
Keputusan ECB yang menurunkan suku bunga juga membuat USD menguat.
Sehingga BI meyakini ketika persepsi negatif mereda dan kebutuhan valas korporasi menurun, maka Rupiah akan kembali ke tren penguatan yang semestinya terjadi.
Peluang penurunan BI Rate pun masih terbuka dalam tahun 2024 ini.
Kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) juga menjamin kecukupan cadangan devisa untuk stabilisasi nilai tukar. Nilai DHE yang tersimpan di TD Valas DHE dan Reksus juga meningkat seiring neraca perdagangan Indonesia yang bagus.
Kebijakan moneter BI akan fokus dalam upaya intervensi stabilisasi nilai tukar, serta peningkatan struktur bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan imbal hasil yang mampu menarik modal asing. Sementara BI Rate di 6,25% sudah cukup.
Hal ini diyakini mampu meredam faktor teknikal sentimen pelemahan Rupiah saat ini.
https://cutt.ly/Zead3sUV
$BBTN $ASII $BSDE $BTC $BFIN