Bank Jago & "Ketergantungan" Pada GOTO
--------------------------------------------------------------
Per May 2024, $GOTO lewat entitas anaknya PT Dompet Karya Anak Bangsa menggenggam 21,4% saham ARTO, sehingga $ARTO dicatat sebagai entitas asosiasi GOTO.
Dalam perkembangannya, sejak GOTO menjadi shareholder ARTO pada akhir 2020 lalu, semakin banyak pula kolaborasi yang dilakukan diantara keduanya. Kolaborasi teranyar mereka adalah Gopay Tabungan by Jago. Di mana akun Gopay yang awalnya sebagai dompet digital kini diintegrasikan ke rekening Bank Jago.
Jika melihat laporan keuangan GOTO Q1 2024, kita bisa melihat bahwa ada saldo dompet gopay senilai Rp 1,2 Triliun. Alih-alih dibiarkan “menganggur” di Gopay, manajemen melihat bahwa dana ini bisa dimanfaatkan lebih menjadi DPK (Dana Pihak Ketiga), untuk disalurkan kredit dengan “bunga” yang lebih tinggi. Mungkin inilah yang dilihat oleh kedua belah pihak.
Gopay punya nasabah dengan “duit nganggur” dan JAGO membutuhkan DPK sebagai amunisi dalam penyaluran kredit, yang menjadi core business mereka.
Kalau kita melihat LDR (Loan to Deposit Ratio) JAGO (Gambar 1) maka kita bisa melihat bahwa nilainya sudah di atas 100% dalam beberapa tahun terakhir. Bisa dibilang, amunisi JAGO dalam penyaluran kredit ini sudah terbatas. Sehingga untuk bisa menyalurkan kredit sebagai pertumbuhan bisnis, JAGO segera membutuhkan DPK.
Kalau mau dilihat lagi secara detail dalam laporan keuangan JAGO, DPK yang menjadi amunisi dalam penyaluran kredit memang bertumbuh cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tapi pertumbuhan DPK ini juga disebabkan oleh pihak afiliasi, terutama GOTO (Gambar 2).
DPK Bank Jago per Q1 2024 adalah sebesar Rp 13,2 Triliun, di mana sebesar Rp 4,2 Triliun atau 32% dari total DPK Bank Jago berasal dari GOTO. Tak berlebihan pula kalau kita mengatakan bahwa dalam operasional nya, Bank Jago cukup bergantung pada GOTO.
Sinergi dari ekosistem sebuah grup bisnis memang cenderung kurang lengkap jika tidak ada bisnis “bank” didalamnya. Karena bisa dibilang bahwa Bank merupakan perantara yang bisa mengconnect ekosistem tersebut. Sejalan dengan itu, Super Bank tampaknya juga menangkap peluang yang sama.
“Terbaru” Superbank, yang merupakan kongsi antara $EMTK dengan Grab mulai tertanam pada aplikasi Grab. Hal ini mengingatkan kami pada sinergi yang juga dilakukan oleh GOTO-ARTO.
Sebenarnya hal yang sama juga terjadi pada Super Bank, kalau kita melihat laporan keuangan Tahun 2023, bisa dibilang bahwa setengah dari DPK Super Bank berasal dari pihak berelasi. “Memanfaatkan” DPK dari pihak berelasi, memang dapat mengakselerasi laju pertumbuhan bank.
Bukan hanya DPK, tapi penyaluran kredit juga. Per Q1 ARTO juga menyalurkan 4% total kredit nya kepada pihak berelasi (Gambar 3), yaitu PT Multifinance Anak Bangsa dan PT BFI Finance Indonesia ( $BFIN ).
Sebagai penutup, mungkin pertanyaan ini bisa mengasah kita untuk melakukan PR dan melakukan analisis lebih dalam:
- Dari skema kolaborasi antara GOTO-ARTO-BFIN, kira-kira maa perusahaan yang lebih diuntungkan?
- Apakah ARTO bisa menumbuhkan DPK jika tidak ada bantuan GOTO?
- Kira-kira berapa rata-rata jumlah tabungan tiap nasabah di ARTO?
--------------------------------------------------------------------------
Oh ya, untuk menyambut launching nya KelaSaham dalam misi membuat Indonesia #JadiInvestorIndependen, KelaSaham kembali membuat webinar.
Untuk yang mau ikut webinar boleh klik link di bawah ini untuk indo pendaftaran ya!
https://cutt.ly/DepXCP1p
1/4