4 Siklus Saham: Akumulasi, Mark Up, Distribusi, dan Mark Down
Siklus saham bagaikan roda yang berputar, menggambarkan fluktuasi harga saham yang tak henti. Bagi investor, memahami siklus ini ibarat memiliki peta untuk menavigasi pasar saham dengan lebih baik. Mari kita telusuri lebih dalam keempat fase siklus saham:
1. Akumulasi: Fase Awal Kebangkitan (Stage 1)
Bayangkan sebuah obral besar di mana saham-saham bagaikan barang diskon. Di fase akumulasi, harga saham umumnya berada di level terendah, menarik minat investor untuk membeli (demand) dengan harapan harga akan naik. Fase ini ditandai dengan:
Harga saham murah: Posisi saham umumnya di bawah harga wajar, menjadikannya menarik bagi investor.
Permintaan beli dominan: Volume pembelian (demand) biasanya lebih tinggi daripada penjualan (supply).
Pergerakan harga datar: Pergerakan harga saham umumnya datar atau sedikit naik.
Tanda-tanda peralihan ke fase berikutnya:
Analisis teknikal: Perhatikan indikator seperti volume transaksi, pola harga, dan indikator momentum untuk mengidentifikasi breakout, yaitu momen ketika harga saham menembus level resistance dengan volume tinggi, menandakan potensi kenaikan harga yang signifikan.
2. Mark Up: Gelombang Kenaikan yang Menggebu-gebu (Stage 2)
Fase mark up bagaikan gelombang yang membawa harga saham menanjak. Di fase ini, optimisme investor mendorong lonjakan harga saham, ditandai dengan:
Kenaikan harga saham: Harga saham terus meningkat, membentuk higher high dalam grafik.
Volume transaksi tinggi: Aktivitas beli investor ritel kian semarak, mendorong kenaikan volume transaksi.
Sentimen positif: Berita positif tentang perusahaan atau industri dapat memperkuat kenaikan harga.
Berapa lama fase ini berlangsung?
Durasi fase mark up tidak pasti, namun biasanya berakhir saat kepercayaan investor mulai memudar atau ketika harga saham mencapai titik jenuh (overbought).
3. Distribusi: Fase Pendistribusian Keuntungan (Stage 3)
Ketika harga saham mencapai puncaknya, fase distribusi menandakan pergeseran dominasi dari pembeli ke penjual. Di fase ini:
Penjualan saham meningkat: Investor yang ingin merealisasikan keuntungan mulai menjual saham (supply).
Volume transaksi beragam: Volume transaksi bisa berfluktuasi, namun umumnya lebih rendah dibandingkan fase mark up.
Pergerakan harga tidak menentu: Harga saham bisa berfluktuasi naik turun, namun trennya mulai melemah.
Berapa lama fase ini berlangsung?
Biasanya, fase distribusi berlangsung hingga target jual investor besar tercapai. Ketika semua investor besar telah menjual sahamnya, harga saham kemungkinan akan kembali turun.
4. Mark Down: Penurunan Harga yang Tak Terelakkan (Stage 4)
Di fase terakhir, mark down, harga saham bagaikan air terjun yang mengalir deras ke bawah. Fase ini diwarnai dengan:
Penurunan harga saham: Harga saham terus menurun, membentuk lower low dalam grafik.
Volume transaksi tinggi: Investor panik dan berbondong-bondong menjual saham (supply), memicu lonjakan volume transaksi.
Sentimen negatif: Berita negatif tentang perusahaan atau industri dapat memperparah penurunan harga.
Berapa lama fase ini berlangsung?
Durasi fase mark down bervariasi, namun umumnya berakhir saat harga saham mencapai level terendah (oversold) atau ketika investor mulai kembali optimis.
1/2