imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

UNTR: Produsen Batubara yang Tak Kalah “Besar”
------------------------------------------------------------------------
Banyak yang mengenal bahwa $UNTR merupakan distibutor tunggal alat berat Komatsu dan merupakan kontraktor tambang terbesar di Indonesia lewat anak usahanya, PT Pamapersada Nusantara (PAMA).

Tapi taukah teman-teman kalau UNTR kini juga menjelma menjadi salah satu pemain “besar” di bisnis pertambangan, khususnya pertambangan batu bara?

UNTR mengelompokkan segmen bisnisnya menjadi 6 bagian. Mesin konstruksi, kontraktor penambangan, penambangan batu bara, penambangan emas & mineral lainnya, industri konstruksi, dan energi. Tak berlebihan pula kalau kita sebut UNTR merupakan subholding dari Astra sektor “Penambangan.”

Di tahun 2023, UNTR berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 128,6 Triliun. Jika kita bedah, pendapatan UNTR ini dikontribusi oleh 3 segmen utama (Gambar 1)

- Kontraktor penambangan - Rp 53,9 Triliun (42% dari total pendapatan)
- Mesin konstruksi - Rp 36,6 Triliun (28% dari total pendapatan)
- Penambangan batubara - Rp 30,5 Triliun (24% dari total pendapatan)

Pendapatan UNTR dari segmen batubara memang cukup naik signifikan dalam beberapa tahun terakhir yang tak lain akibat harga jual batubara yang memang mengalami kenaikan harga dalam beberapa tahun terakhir.

Pendapatan dari segmen penambangan batubara “hampir” menyerupai pendapatan penjualan mesin konstruksi yang merupakan bisnis “original” UNTR.

UNTR di bisnis penambangan batu bara sebenarnya bukan hal yang baru, karena pada 1989, UNTR sebenarnya sudah memiliki tambang batu bara lewat akuisisi 60% saham PT Berau Coal (Gambar 2). Namun pada 29 Juli 2004, UNTR memutuskan untuk mendivestasi PT Berau Coal kepada PT Armadian Tritunggal dengan harga penjualan Rp 407 Miliar. Dana hasil divestasi dipakai untuk pelunasan sebagian utang UNTR waktu itu.

Tapi tak lama kemudian, pada 30 April 2007, UNTR kembali masuk pada bisnis tambang batu bara setelah mengakuisisi tambang batu bara PT Dasa Eka Jasatama lewat PT Pamapersada Nusantara (PAMA), dan setahun setelahnya UNTR kembali mengakuisisi PT Tuah Turangga Agung. 6 Tahun kemudian, PT Tuah Turangga Agung akhirnya menjadi “induk” dari aset-aset tambang batu bara UNTR.

Semakin besarnya bisnis penambangan batu bara milik UNTR membuatnya jadi menarik untuk dibandingkan dengan perusahaan batu-bara lainnya. Sebenarnya seberapa “besar” segmen ini?

Untuk menjawabnya, mari kita bandingkan dengan $PTBA , $ITMG dan $GEMS yang dikenal sebagai perusahaan “murni” di sektor penambangan batubara.

VOLUME PENJUALAN & REVENUE
Di 2023, volume penjualan batubara UNTR 11,8 juta ton (Gambar 3). Tergolong “mini” jika kita bandingkan dengan

Dari volume penjualan batubara, UNTR tergolong “mini” dibandingkan GEMS yang bisa menjual 46,9 juta ton di tahun yang sama. Begitu pula dari segi pendapatan (Gambar 4), masih kalah jika dibandingkan peers-nya.

Pendapatan 2023: Di posisi pertama GEMS (Rp 44,8 Triliun), lalu PTBA (Rp 38 Triliun), lalu ITMG (Rp 36,5 Triliun), dan diposisi terakhir, UNTR (Rp 30,5 Triliun).

Tapi total pendapatan tidak bisa menjadi tolak ukur dalam mengukur ptofitabilitas, yang paling penting dari total pendapatan yang ada, berapa yang jadi laba bersih?

Itu yang penting.

Di Gambar 5, kita bisa lihat bahwa pada tahun 2023,total laba bersih UNTR untuk segmen batu bara lebih tinggi dibandingkan PTBA, bahkan hampir menyerupai laba bersih ITMG dan GEMS yang dikenal sebagai perusahaan tambang batu bara “murni”

Kok bisa?

Pertanyaan inilah yang harusnya bisa kita gali ketika ingin menjadi investor independen.
Belajar menggali cerita dibalik angka, bukan hanya melihat rasio dan ikut-ikut semata.
Next time, mari kita bedah model bisnis UNTR.

Read more...

1/5

testestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy